B. Matriks SWOT/TOWS
VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
6.2 Organisasi dan Manajemen Umum
Analisis mengenai organisasi dan manajemen umum PKPBDD dilakukan berdasarkan fungsi dasar manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Perencanaan dilakukan pada tahap perumusan strategi dalam proses manajemen strategis.
Pada umumnya, perencanaan jangka panjang PKPBDD masih mengikuti perencanaan yang dilakukan oleh pihak Dinas Pertanian Kota Depok. Hal ini disebabkan karena adanya PKPBDD sendiri termasuk ke dalam rencana strategis pemerintah Kota Depok untuk menjadikan belimbing sebagai ikon kota.
Kegiatan perencanaan yang dilakukan sendiri oleh pihak PKPBDD lebih bersifat kondisional. Kegiatan perencanaan pada PKPBDD dilakukan bersama-sama oleh pengurus dan manajer setiap divisi. Rentang waktu untuk perencanaan selama ini belum ditentukan. Koperasi masih melakukan perencanaan berdasarkan permasalahan yang ada.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian di dalam tubuh PKPBDD dilakukan berdasarkan struktur organisasi yang ada. Pelaksana tugas harian PKPBDD dipimpin oleh dewan pengurus, yaitu ketua koperasi dengan dibantu oleh bendahara dan sekretaris. Pengurus dipilih melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT) berdasarkan kriteria tertentu, misalnya memiliki pengaruh dan akses dalam menyampaikan informasi serta memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam budidaya dan agribisnis belimbing.
PKPBDD memiliki tiga divisi yang masing-masing dipimpin oleh seorang manajer divisi, yaitu divisi produksi, divisi keuangan, dan divisi pemasaran. Bagan struktur organisasi PKPBDD selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Manajer divisi diangkat oleh ketua dengan persetujuan Rapat Anggota. Dalam menjalankan tugasnya, manajer divisi dibantu oleh supervisor dan beberapa orang staf. Staf atau karyawan direkrut melalui proses wawancara yang dilakukan oleh ketua koperasi.
Pelaksanaan tugas dan wewenang di PKPBDD telah diatur dalam job description dan job specification yang jelas. Job description yang dimiliki
PKPBDD berisi ringkasan pekerjaan, tanggung jawab utama, kondisi kerja, indikator keberhasilan, dan wewenang yang dimiliki setiap posisi sesuai dengan struktur organisasi. Job specification berisi kriteria atau persyaratan pengetahuan
dan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap posisi dalam struktur organisasi.
Gambar 9. Struktur Organisasi PKPBDD. Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007 Pengurus Direksi Divisi Produksi Divisi Keuangan (Manajer Keuangan) Divisi Pemasaran (Manajer Pemasaran) Supervisor Produksi Buah Supervisor
Produksi Olahan Staf Staf
3. Pemotivasian
Proses pemotivasian merupakan usaha yang diarahkan untuk membentuk tingkah laku manusia. Berdasarkan hasil wawancara, setiap pengurus dan karyawan di PKPBDD memiliki motivasi tinggi dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepatuhan serta kedisiplinan dalam menaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Setiap karyawan selalu datang dan pulang sesuai dengan jam kerja dan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik.
Tingginya motivasi dari pengurus dan karyawan terutama disebabkan karena kesadaran bahwa PKPBDD merupakan lembaga yang menjadi harapan banyak kalangan di Kota Depok untuk memajukan perekonomian daerah dari sektor pertanian. Disamping itu, kepemimpinan dari ketua koperasi turut mempengaruhi motivasi bekerja karyawan.
4. Penunjukkan Staf.
Aktivitas penunjukkan staf berpusat pada manajemen personalia atau sumber daya manusia. Perekrutan staf dilakukan berdasarkan referensi dari staf yang sudah ada. Proses perekrutan dilakukan melalui seleksi administrasi dan wawancara oleh ketua koperasi. Setiap pengurus dan staf mendapatkan insentif berupa gaji tetap setiap bulan. Selain itu, karyawan juga mendapat insentif berupa uang makan, uang transport dan upah lembur. Saat ini, pengurus dan karyawan PKPBDD berjumlah 24 orang dengan rincian jabatan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rincian Jumlah Pengurus dan Karyawan PKPBDD
Jabatan Jumlah (orang)
Pengurus 3 Manajer divisi 3 Supervisor Produksi 2 Supervisor Olahan 1 Staf Keuangan 1 Staf Pemasaran 1 Staf Produksi 6 Staf Olahan 2 Staf Umum 5 Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007
Hingga saat ini, PKPBDD belum memiliki program pengembangan karyawan. Berdasarkan hasil wawancara, koperasi membutuhkan pengembangan atau pelatihan karyawan terutama yang berhubungan dengan perdagangan internasional. Hal ini bertujuan untuk mendukung rencana koperasi untuk menjajaki kemungkinan ekspor belimbing.
5. Pengendalian
Proses pengendalian bertujuan untuk memastikan hasil yang didapat konsisten dengan hasil yang direncanakan. Proses pengendalian yang telah berjalan baik di PKPBDD adalah pengendalian mutu. Tanggung jawab pengendalian mutu dilakukan oleh dua orang supervisor produksi yang mengawasi jalannya proses produksi mulai dari sortasi, grading, packaging, dan
transportasi. Kedua supervisor ini bertugas memastikan kualitas produk yang dihasilkan selalu sesuai dengan permintaan konsumen. Kriteria dalam proses produksi tersebut selengkapnya akan dijelaskan pada analisis bidang produksi dan operasi. Pengendalian penjualan di PKPBDD belum dapat berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan karena jumlah pasokan belimbing dari petani yang belum konstan setiap bulannya.
6.3 Pemasaran
Pemasaran merupakan fungsi utama dari PKPBDD. Pemasaran dilakukan oleh satu orang manajer dibantu oleh satu orang staf pemasaran dan lima orang staf umum. Sistem pemasaran menggunakan sistem order. Pelanggan yang
hendak membeli belimbing dapat melakukan order melalui telepon atau langsung
datang ke kantor PKPBDD. Jika stok belimbing berlebih, divisi pemasaran biasanya melakukan penawaran dengan menghubungi calon-calon pelanggan.
Pemasaran pada PKPBDD selama ini masih mengalami kendala. Jumlah belimbing yang dibeli masih lebih besar daripada jumlah yang dijual. Hal ini dapat dilihat dari data pembelian dan penjualan pada Tabel 14.
Tabel 14. Selisih Penjualan dan Pembelian Belimbing di PKPBDD pada Bulan Januari-April 2008
Bulan
Pembelian Penjualan Selisih Jumlah (kg) Nilai (Rp) Jumlah (kg) Nilai (Rp) Jumlah (kg) Nilai (Rp) Januari 60273 267.466.500 19911,7 123.717.700 40361,3 -143.748.800 Februari 61219 237.907.000 33335,59 206.034.800 27883,41 -31.872.200 Maret 21437,5 114.429.750 16283,5 130.615.730 5154 16.185.980 April 28470 145.034.500 25146,66 191.515.000 3323,34 46.480.500 Sumber : Manajemen PKPBDD, 2008 (diolah)
Adanya kesenjangan antara pembelian dan penjualan terutama dikarenakan jumlah produksi yang besar dan tidak sebanding dengan pangsa pasar yang dimiliki koperasi. Kondisi ini terutama terlihat pada saat panen raya belimbing. Pada saat panen raya bulan Januari 2008, PKPBDD hanya dapat memasarkan 33 persen dari total pembelian. Pada bulan Februari, meningkat menjadi 54,45 persen. Pada bulan Maret, suplai belimbing menjadi jauh berkurang, yaitu hanya 35 persen dari suplai bulan Februari. Penjualan bulan ini mencapai 73 persen dari total pembelian. Pada bulan April, suplai belimbing
bertambah 32,8 persen dari bulan Maret dan koperasi berhasil menjual 88,32 persen dari total pembelian. Belimbing yang tidak terjual menjadi busuk dan dijual sebagai bahan baku pakan ikan atau dibuang.
Tingkat penjualan PKPBDD masih berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Maret dan April, PKPBDD mulai mendapatkan penerimaan dari hasil penjualan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai penjualan yang lebih besar dari nilai pembelian. Selisih tersebut terus mengalami pertumbuhan sejak bulan Januari hingga April. Pertumbuhan terbesar terjadi dari bulan April yaitu mencapai 187 persen dibanding bulan sebelumnya. Pertumbuhan penerimaan PKPBDD selengkapnya dapat dilihat di Tabel 15.
Tabel 15. Pertumbuhan Penerimaan (penjualan – pembelian) Bulan Januari-April 2008. Bulan Penjualan (Rp) Pembelian (Rp) Penerimaan (Rp) Pertumbuhan (%) Januari 123.717.700 267.466.500 -143.748.800 Februari 206.034.800 237.907.000 -31.872.200 77,8 Maret 130.615.730 114.429.750 16.185.980 150,7 April 191.515.000 145.034.500 46.480.500 187,16
Sumber : Manajemen PKPBDD, 2008 (diolah)
Walaupun terjadi peningkatan, jumlah penjualan secara kuantitas belum dapat mencakup semua belimbing yang dibeli dari petani. Belum semua belimbing yang dibeli habis terjual. Hal ini disebabkan adanya susut kuantitas maupun akibat pasokan yang tidak sesuai order (pada saat ada pasokan, tidak ada order). Terlebih lagi jumlah belimbing yang diserap oleh PKPBDD baru berasal
dari 239 petani dari total 650 jumlah petani belimbing di Kota Depok. Peningkatan penjualan harus terus dipertahankan hingga mencapai angka 100 persen.
Kontinyuitas suplai belimbing dari petani belum dapat menjamin persediaan belimbing yang konstan setiap hari. Dalam beberapa kasus, koperasi terpaksa membatalkan order akibat tidak tersedianya stok belimbing dari petani
pada hari pengiriman. Kondisi ini terutama terlihat tepat sesudah musim panen raya. Akibatnya, koperasi terpaksa kehilangan 30 hingga 40 persen pangsa pasar yang didapat pada saat panen raya.
Analisis mengenai bidang pemasaran pada PKPBDD akan dikaji berdasarkan empat aspek bauran pemasaran. Aspek-aspek tersebut adalah aspek produk, harga, promosi, dan distribusi.
1. Produk
Bauran produk PKPBDD terdiri dari dua lini produk, yaitu produk belimbing segar dan produk olahan belimbing. Produk belimbing segar merupakan belimbing varietas Dewa dan Dewi yang merupakan jenis varietas ungggulan. Belimbing dibedakan menjadi tiga grade berdasarkan standarisasi
mutu. PKPBDD mengacu pada tiga standarisasi, yaitu berdasarkan komponen mutu, berdasarkan bobot buah, dan berdasarkan indeks kematangan. Standarisasi mutu selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Belimbing grade A dan B dijual dalam bentuk kemasan dan juga dalam bentuk curah. Kemasan yang digunakan adalah wrapping dan karton. Satu wrapping biasanya terdiri dari tiga sampai enam buah belimbing, tergantung dari
grade. Grade A dikemas tiga sampai empat buah per wrapping sedangkan grade B
dikemas lima sampai enam buah per wrapping. Belimbing yang telah dikemas
dengan wrapping kemudian dimasukkan ke dalam karton dengan kapasitas 10 wrapping per karton dengan berat bersih tujuh kilogram per karton. Belimbing
dengan kemasan karton dipasarkan ke pasar-pasar modern seperti supermarket dan toko buah. Belimbing tersebut dipasarkan menggunakan merek Belimbing Dewa Depok. Merek tersebut terdapat pada masing-masing wrapping dan
kemasan karton.
Belimbing grade C dipasarkan dalam bentuk curah 50 kilogram per keranjang. Belimbing tersebut dipasarkan ke pasar-pasar tradisional dan pihak pengolahan. Pihak pengolahan adalah enam UKM yang berada di bawah pembinaan PKPBDD. Hasil pengolahan akan dipasarkan melalui koperasi dengan menggunakan label khusus PKPBDD.
Olahan belimbing merupakan bentuk diversifikasi produk di PKPBDD. Pengolahan yang telah berjalan adalah jus dan sari buah belimbing, instant belimbing, dan selai belimbing. Pengolahan yang sedang dikembangkan adalah keripik belimbing. Pengendalian mutu untuk produk olahan dilakukan dengan menetapkan standar bahan baku yang digunakan. Untuk standarisasi, produk olahan ini telah memiliki sertifikasi halal dan uji komposisi. Pengendalian mutu pada produk olahan masih memiliki beberapa kekurangan, terutama dalam hal keseragaman rasa antara produk yang dihasilkan UKM yang satu dengan yang lain.
Penggunaan standarisasi, kemasan khusus dan merk produk merupakan bagian dari strategi bauran produk PKPBDD. Tujuan dari stategi tersebut adalah :
• Menghasilkan produk yang berkualitas dengan karakteristik sesuai dengan sementasi pelanggan, yaitu grade A dan B untuk pasar modern dan grade
• Menanamkan image Belimbing Dewa Depok sebagai produk belimbing berkualitas yang dihasilkan oleh Kota Depok kepada pelanggan.
• Menembus pasar buah untuk kalangan menengah ke atas yang sebagian besar didominasi oleh buah-buahan impor.
2. Harga
Kebijakan harga yang diterapkan PKPBDD adalah berdasarkan mekanisme pasar dan kualitas produk yang dihasilkan. PKPBDD sendiri memiliki standar harga pokok penjualan, yaitu sebesar harga beli ditambah Rp 3000. Nilai tersebut terdiri dari biaya karyawan Rp 1000, biaya pengemasan Rp 1000, dan keuntungan Rp 1000. Dengan standar harga tersebut, PKPBDD menetapkan target minimal penjualan yang harus terpenuhi adalah 30 ton/bulan.
Penetapan harga, baik harga beli dan harga jual belimbing dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Pada bulan Februari 2008 yang bertepatan dengan panen raya, harga beli belimbing per kilogram untuk grade A seharga Rp 5000, B seharga Rp 4000, dan C seharga Rp 2000. Pada bulan Maret 2008 dimana suplai belimbing telah berkurang, harga per kilogram grade A seharga Rp 6500, grade B seharga Rp 5000, dan grade C seharga Rp 2500.
Harga jual belimbing grade A dan B memiliki rentang harga terendah dan tertinggi. Harga jual per kilogram belimbing grade A adalah Rp 8000 sampai Rp 12000, grade B dengan harga Rp 7000 sampai Rp 8000. Belimbing grade C memiliki harga tetap, yaitu Rp 3500 per kilogram. Pada saat panen raya, harga jual belimbing dapat turun dengan drastis. Sebagai contoh, pada saat panen raya bulan Januari dan Februari 2008, belimbing grade A dapat turun hingga Rp 6500 per kilogram dan grade B hingga Rp 5000 per kilogram. Selain dipengaruhi
mekanisme pasar, penentuan harga jual dalam rentang harga biasanya dilakukan berdasarkan kualitas belimbing yang dijual dan sistem pembayaran yang digunakan.
Sistem pembayaran yang digunakan dalam pembelian belimbing dari petani pada umumnya dilakukan secara tunai. Sistem pembayaran dalam penjualan belimbing menggunakan sistem cash dan kredit. Jika pembayaran
dilakukan secara kredit, maka waktu dan ketentuan pembayaran ditentukan berdasarkan kesepakatan. Pada umumnya, penjualan secara tunai mendapatkan potongan harga. Sebagai contoh, harga belimbing grade A untuk pembelian tunai
umumnya tidak lebih dari Rp 8500 per kilogram 3. Promosi
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PKPBDD terutama bertujuan untuk lebih mengenalkan keunggulan belimbing Depok kepada konsumen. Promosi dilakukan melalui media cetak, media elektronik, mengikuti pameran dan event
lomba, serta kegiatan-kegiatan lain. Beberapa media cetak yang pernah memuat dan ikut mempromosikan belimbing Depok adalah majalah Trubus, Inti Cerdas, Monde, Monitor Depok, harian Republika dan Berita Kota. Selain itu, promosi juga dilakukan secara langsung, yaitu dengan mendatangi pihak yang menjadi calon konsumen.
Pada awal bulan April 2008, PKPBDD telah meluncurkan situs website
www.belimbingdewa.com. Pembukaan website tersebut bertujuan untuk
memperluas jangkauan promosi. Fasilitas website telah menunjukkan hasil dengan
adanya tawaran dari Malaysia dan Arab Saudi yang telah memasuki tahap negosiasi.
4. Distribusi
Salah satu tugas dari PKPBDD adalah menciptakan jaringan distribusi yang berpihak pada petani. Sebelum adanya PKPBDD, petani biasanya menjual belimbing pada tengkulak dengan sistem ijon, dimana harga yang berlaku tidak
menguntungkan petani. Oleh karena itu, PKPBDD didirikan sebagai koperasi sekunder yang diupayakan untuk menjadi satu-satunya pintu pemasaran buah dan olahan Belimbing Dewa hasil produksi petani se-Kota Depok.
Jaringan distribusi yang digunakan PKPBDD berusaha untuk memutuskan keterlibatan tengkulak yang merugikan petani. Belimbing yang dibeli dari petani langsung dipasarkan ke pihak agen, distributor, dan pihak pengolahan. Dengan demikian, PKPBDD berperan sebagai penghubung antara petani dengan pasar secara langsung. Alur distribusi belimbing yang dilakukan oleh PKPBDD dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Alur Distribusi PKPBDD. Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007
Petani Belimbing
Anggota PKPBDD
Pasar Modern (Super/Hypermarket)
dan Toko Buah Pasar Tradisional (Pasar
Induk) Agen/Supplier Pengolahan buah Konsumen Akhir
Pasar yang dibidik oleh PKPBDD sesuai dengan segmentasi pasar yang telah dilakukan adalah pasar modern (supermarket dan toko buah) dan pasar tradisional. Belimbing yang dipasok pada pasar modern merupakan belimbing grade A dan B. Pasar modern dan toko buah yang telah dimasuki PKPBDD diantaranya adalah PT. Carrefour, PT. Lion Superindo, PT. Makro Indonesia, Papa Ho Supermarket, Total Buah Segar, Jakarta Fruit Market, dan beberapa outlet/toko buah modern yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Selain pasar-pasar di atas, PKPBDD juga menjadi pemasok bagi pihak supplier seperti PT. Sewu
Segar yang menjadi supplier buah belimbing untuk wilayah Jakarta dan Surabaya.
Pasar tradisional yang telah dimasuki oleh PKPBDD adalah Pasar Induk Kramat Jati dan beberapa pasar tradisional di wilayah Depok dan Jakarta. Belimbing yang dipasok di pasar tradisonal sebagian besar adalah belimbing grade C. Belimbing grade C yang dipasarkan di pasar tradisional biasanya menggunakan sistem curah. Selain untuk pasokan ke pasar tradisonal, belimbing grade C juga dipasok ke pihak pengolahan yang merupakan UKM di bawah binaan koperasi. Hasil dari pengolahan tersebut kemudian akan dipasarkan kembali melalui koperasi dengan label khusus.
Sehubungan dengan letak PKPBDD dengan pemasok dan pasar, maka dapat dikatakan bahwa lokasi PKPBDD cukup strategis. Lokasi PKPBDD yang berada di kecamatan Sawangan berada dalam jarak yang terbilang dekat dengan lahan-lahan belimbing petani di seluruh kecamatan se-Kota Depok. Jarak yang dekat ini memudahkan pengangkutan belimbing dari lokasi panen ke koperasi. Mengingat sifat belimbing yang mudah rusak, maka jarak yang dekat akan meminimalkan kerusakan tersebut.
Pengangkutan belimbing dari lahan ke koperasi maupun dalam distribusi ke pasar-pasar tujuan dilakukan menggunakan fasilitas mobil yang dimiliki koperasi. Koperasi memiliki fasilitas pengangkutan berupa tiga unit mobil berbahan bakar solar. Fasilitas tersebut terdiri dari satu unit mobil box, satu unit
mobil pick up, dan satu unit mobil engkel. Untuk mempercepat distribusi dan
mencegah kerusakan pada belimbing akibat faktor cuaca, pendistribusian belimbing biasanya dimulai pada pukul 05.00 WIB.
6.4 Keuangan
Modal utama dari PKPBDD hingga saat ini berasal dari bantuan pemerintah melalui program PPK-IPM. Masalah permodalan masuk ke dalam prioritas kegiatan pengembangan belimbing Kota Depok tahun 2008, yaitu fasilitasi permodalan dana bergulir melalui Bank Mandiri sebesar 1,5 milyar untuk 25 kelompok tani. Kebutuhan modal ke depan diperkirakan akan terus terpenuhi oleh program tersebut. Hal ini disebabkan karena minat pemerintah maupun pihak legislatif yang besar untuk mengembangkan belimbing sebagai penghasil pendapatan daerah. Omset dari usaha belimbing manis di Kota Depok sendiri mencapai Rp 17 milyar. Pada bulan Maret 2008, pihak koperasi telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah dan legislatif untuk perencanaan pendanaan pada tahun 2009.
Analisis mengenai kondisi keuangan PKPBDD tidak dapat dilakukan secara mendalam dengan mempelajari laporan keuangan dikarenakan keterbatasan data. Akan tetapi berdasarkan data pembelian dan penjualan, dapat dilihat bahwa PKPBDD mengalami kerugian pada bulan Januari dan Februari 2008. Hal ini dapat dilihat dari selisih penjualan dan pembelian yang bernilai negatif. Pada
bulan Maret dan April 2008, PKPBDD berhasil meningkatkan penjualan sehingga selisih antara penjualan dan pembelian bernilai positif, yaitu Rp 16.185.980 pada bulan Maret dan Rp 46.480.500 pada bulan April. Walaupun nilai tersebut belum merupakan laba bersih perusahaan, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan PKPBDD semakin membaik.