bar 13. Flu Sumber
IX. FORMULASI STRATEGI
9.1 Tahap Masukan .1 Matriks IFE .1 Matriks IFE
Matriks IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha yang disebut faktor strategis internal. Pengisian matriks IFE maupun EFE dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang berkompeten di bidangnya berdasarkan intuitif dan pendalaman terhadap faktor-faktor strategis yang diajukan. Pihak-pihak tersebut adalah Ketua dan Manajer Pemasaran PKPBDD.
Pengisian matriks IFE dilakukan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor strategis internal yang diajukan. Bobot didapatkan dengan menggunakan tabel perbandingan berganda (paired comparison). Bobot dan
rating dari kedua responden kemudian dirata-ratakan. Rata-rata dari bobot dan rating kemudian dikalikan untuk mendapatkan skor dari setiap faktor strategis. Faktor yang memiliki skor tertinggi untuk kekuatan dan skor terendah untuk peluang menunjukkan faktor tersebut memiliki pengaruh yang besar pada kinerja perusahaan.
Berdasarkan analisis Matriks IFE, kekuatan PKPBDD dengan skor rata-rata tertinggi secara berurutan adalah : (1) produk belimbing yang berkualitas (0,235) ; (2) letak yang strategis terhadap pemasok dan pasar (0,209) ; (3) kemasan sesuai permintaan dan memiliki brand image (0,206) ; (4) Konsep
kelembagaan pemasaran yang efisien didukung oleh armada yang memadai (0,184). Faktor produk yang berkualitas memiliki kombinasi bobot 0,059 dan rating 4, letak yang strategis memiliki bobot 0,060 dan rating 3,5, sedangkan faktor kemasan memiliki bobot 0,051 dan rating 4. Faktor yang menjadi kekuatan utama harus tetap dipertahankan untuk meningkatkan kinerja dan prestasi PKPBDD.
Terdapat dua faktor yang dianggap cukup penting (bobot 0,059 dan 0,057) tetapi bukan merupakan kekuatan utama (rating 3), yaitu faktor diversifikasi produk dan fasilitas internet. Kedua faktor ini memiliki skor rendah, yaitu 0,176 dan 0,170. Walaupun dianggap cukup penting, kedua faktor tersebut belum dimanfaatkan secara masimal sehingga belum menjadi kekuatan utama PKPBDD.
Faktor-faktor yang menjadi kelemahan utama PKPBDD dengan skor terendah secara berurutan adalah : (1) pasokan yang masih berfluktuasi 0,071) ; (2) belum memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai (0,071) ; (3) ketergantungan sumber modal pada pemerintah (0,073) ; (4) jumlah penjualan lebih kecil dari pembelian (0,073). Faktor – faktor yang menjadi kelemahan utama harus mendapat perhatian khusus oleh PKPBDD untuk memperbaiki atau menghilangkan kelemahan tersebut.
Faktor pasokan yang berfluktuasi serta belum memiliki fasilitas penyimpanan memiliki bobot dan rating yang sama, yaitu bobot 0,071 dan rating
1. Faktor ketergantungan modal pada pemerintah dan faktor jumlah penjualan yang lebih kecil dari pembelian juga memiliki bobot dan rating yang sama, yaitu bobot 0,073 dan rating 1. Hal ini berarti faktor-faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sama dan dianggap sebagai kelemahan utama PKPBDD.
Secara keseluruhan, nilai total skor matriks IFE adalah 2,406. Nilai tersebut menunjukkan bahwa PKPBDD berada pada posisi di bawah rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhan. Matriks IFE hasil rata-rata dapat dilihat pada Tabel 23, sedangkan matriks IFE untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 23. Matriks IFE
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
A Struktur organisasi ringkas dengan pengurus
berpengalaman 0,052 3,0 0,157
B Memiliki target dan segmentasi pasar yang jelas 0,052 3,5 0,183 C Produk belimbing berkualitas memenuhi persyaratan mutu 0,059 4,0 0,235 D Kemasan menggunakan brand image dan disesuaikan
dengan permintaan 0,051 4,0 0,206
E Kebijakan harga fleksibel sesuai mekanisme pasar 0,054 3,0 0,163 F Olahan belimbing sebagai lini produk tambahan 0,059 3,0 0,176 G Letak yang strategis terhadap pemasok dan pasar 0,060 3,5 0,209 H Konsep kelembagaan pemasaran yang efisien didukung
oleh armada yang memadai 0,046 4,0 0,184
I Memiliki fasilitas internet dan website sebagai media
promosi. 0,057 3,0 0,171
J Pertumbuhan penerimaan selama 4 bulan awal
menggambarkan kinerja keuangan yang terus membaik. 0,050 3,0 0,151
Kelemahan
K
Pengkomunkasian dan implementasi strategi belum berjalan dengan efektif hingga ke tingkat petani dan karyawan.
0,060 1,5 0,090
L
Kuantitas dan kontinyuitas pasokan yang masih
berfluktuasi dan belum mencapai target kecuali pada saat panen raya.
0,071 1,0 0,071
M Selisih kuantitas penjualan dan pembelian masih bernilai
negatif. 0,073 1,0 0,073
N Belum memiliki sumber modal sendiri, masih tergantung
pada pemerintah. 0,073 1,0 0,073
O Belum memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai. 0,071 1,0 0,071 P Bangunan dan lahan kantor masih berstatus sewa. 0,052 2,0 0,105 Q Kegiatan pengembangan karyawan belum berjalan. 0,061 1,5 0,091
TOTAL 1,000 2,406
9.1.2 Matriks EFE
Matriks EFE meringkas dan mengevaluasi peluang dan ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan. Pengisian matriks EFE dilakukan dengan cara yang sama dengan matriks IFE. Faktor-faktor peluang terpenting yang mendapat respon terbesar dari PKPBDD secara berurutan dari skor terbesar adalah : (1) pemasaran belimbing satu pintu (0,187) ; (2) potensi pasar lokal yang besar, baik pasar tradisional, modern, dan olahan (0,167) ; (3) peningkatan jumlah permintaan dari pelanggan tetap (0,165) ; dan (4) dukungan pemerintah (0,160)
Faktor yang dianggap cukup penting tetapi belum mendapat respon baik adalah adanya pengembangan produk olahan belimbing melalui pembinaan beberapa UKM. Faktor tersebut memiliki bobot 0,056 dengan rating 2,5. Hal ini disebabkan karena pengembangan produk olahan masih menemui beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah kualitas produk yang belum seragam antar UKM serta kurangnya informasi dan jaringan pasar. Belum adanya aturan yang jelas terkait hubungan antara PKPBDD dengan UKM juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan produk olahan.
Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman terpenting dan mendapat respon terbesar secara berurutan dari skor terbesar adalah : (1) kesulitan dalam pengaturan waktu panen untuk menjamin kuantitas dan kontinyuitas pasokan (0,261); (2) pesaing lokal di Kota Depok (0,226) ; (3) tingkat persaingan dengan produk subtitusi (0,194) ; dan (4) adanya koversi lahan pertanian di Kota Depok yang mencapai 25 persen pada jangka waktu tahun 2000 sampai 2005.Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang menjadi ancaman terbesar dan harus diwaspadai oleh PKPBDD.
Secara keseluruhan, total skor matriks EFE adalah 2,801. Nilai ini berarti bahwa PKPBDD berada di atas rata-rata dalam usahanya menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman eksternal secara keseluruhan. Matriks EFE hasil rata-rata dapat dilihat pada Tabel 24, sedangkan matriks EFE untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 24. Matriks EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
A Pertumbuhan ekonomi Jabar 0,83 % dengan didominasi sektor
pertanian 14,47 % 0,035 2,5 0,088
B Belimbing dikenal luas sebagai buah yang berkhasiat mengobati
beberapa macam penyakit. 0,048 3 0,143
C Dukungan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan
maupun pendanaan. 0,053 3 0,160
D Pengembangan berbagai produk olahan belimbing melalui UKM 0,056 2,5 0,139 E Potensi pasar lokal yang besar, baik tradisional maupun modern 0,056 3 0,167 F Potensi pasar ekspor yang masih terbuka, baik dalam bentuk
segar maupun olahan. 0,046 2,5 0,115
G Peningkatan jumlah permintan dari pelanggan tetap. 0,055 3 0,165 I Letak yang strategis terhadap pusat perkembangan ekonomi dan
teknologi. 0,052 3 0,155
J Konsep pemasaran satu pintu memungkinkan PKPBDD untuk
mengelola seluruh produksi belimbing di Kota Depok. 0,062 3 0,187
Ancaman
K Kenaikan harga BBM memicu efek multiplier pada harga-harga
input dan daya beli 0,052 2,5 0,129
L Tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia yang
cenderung menurun. 0,045 2,5 0,113
M Peralihan fungsi lahan pertanian di Kota Depok yang mencapai
25 % pada jangka waktu 2000-2005 0,053 3,5 0,186
N Pesaing lokal (tengkulak, pedagang besar, seuplier) masih cukup
berperan di Kota Depok. 0,075 3 0,226
O
Tingkat persaingan yang tinggi dengan buah-buahan lain yang lebih populer dikonsumsi (lokal/ekspor) sebagai produk subtitusi.
0,065 3 0,194
P Kesulitan dalam pengaturan waktu panen untuk menjamin
kuantitas dan kontinyuitas pasokan. 0,075 3,5 0,261
Q Perilaku pembelian pelanggan akhir yang lebih mementingkan
harga daripada varietas belimbing. 0,044 2 0,088
R Perkembangan agribisnis belimbing madu dari Blitar yang
cukup pesat dan telah memasuki pasar DKI Jakarta. 0,061 3 0,184
TOTAL 1,000 2,801