• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL

PELATIHAN KADER DAN PELAKU PPK D

6.1.2. Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan

Keluarga miskin memperoleh kesempatan berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan proyek desa yang didanai PPK sebagai tenaga upahan. Kesempatan tersebut belum memberikan kekuasaan kepada keluarga miskin untuk

98 terlibat mendesain proyek. Mereka hanya melaksanakan pembangunan fisik yang telah ditentukan dalam MUSDES dan yang dimenangkan dalam MAD Prioritas Usulan Kegiatan.

Keluarga miskin tidak memiliki kekuasaan untuk menunda kegiatan karena proyek segera dilaksanakan. Berkaitan dengan hal tersebut, ada kerugian materi yang dialami keluarga miskin dengan asumsi bahwa keluarga miskin memilih salah satu pekerjaan sebagai buruh di perkebunan dan sebagai buruh di proyek desa yang didanai oleh PPK. Jika kegiatan ini dikaitkan dengan tujuan diadakannya PPK di desa tersebut, bahwa PPK bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga miskin, maka tidak ada tambahan penghasilan dari kegiatan PPK.

Keluarga miskin tidak memiliki peran dalam pengelolaan proyek di desa itu. Sebagai tenaga upahan tidak dapat memilih waktu yang tepat untuk mencari alternative dalam menambah penghasilan sebagai buruh. Ketentuan telah diatur dan diarahkan oleh PPK yang dalam pelaksanaannya disusun oleh masyarakat desa terlibat dalam kegiatan pengelolaan proyek yaitu Tim Pelaksana Kegiatan.

Keluarga miskin berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan perspektif pekerjaan sosial, memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (1) kesadaran; (2) kemampuan; (3) kesempatan; (4) kontak awal; dan (5) tanggapan info.

Kesadaran keluarga miskin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan desa cukup tinggi dengan kehadiran pada saat diundang dalam pertemuan yang dilaksanakan desa. Mereka berharap agar kegiatan ini memberikan manfaat kepada masyarakat. Kehadiran itu dapat dibuktikan dengan jumlah warga yang dating pada hari pertemuan yang telah ditentukan oleh kepala desa. Di Desa Sialang misalnya: peserta terdiri dari kepala desa dan aparatnya, Pengurus BPD, Tokoh Masyarakat, dari 21 RT, yang hadir berjumlah 131 orang atau 87,33 %, maka hampir semua memenuhi panggilan kepala desa. Ini menunjukkan patuhnya rakyat terhadap kepemimpinan lokal.

Masyarakat tidak keberatan dengan adanya PPK di desanya, bahkan senang sekali. Mereka senang terlibat dalam kegiatan itu. Namun kuantitas dan kualitas keterlibatan keluarga miskin dalam pelaksanaan program di atas masih

99 dipertanyakan. Papan informasi yang masih digunakan hanya di kecamatan, sementara di desa-desa telah menjadi papan kosong atau papan dengan informasi yang telah kadaluwarsa. Prinsip keterbukaan yang berjalan seperti yang diinginkan bersama. Kondisi ini diketahui dari beberapa warga yang ditemui secara acak di pinggir jalan menuju lokasi desa tidak semua mengenal PPK, bahkan dari 5 orang yang ditemui hanya 1 orang yang mengetahui adanya proyek PPK di desa itu. Kesadaran untuk menempelkan laporan di papan informasi desa masih slogan keterbukaan belum sampai pada pelaksanaan.

Keluarga miskin menyadari keberadaannya di desa, sehingga ia tetap melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan desa. Keluarga miskin masih taat dan patuh pada kepemimpinan lokal dengan menghadiri pertemuan dan kegiatan yang memerlukan tenaga mereka. Program -program yang sifatnya datang dari atas selalu disambut antusias oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan keluarga miskin dengan mendahulukan pelaksanaan gotong royong daripada kepentingan pribadinya. Seperti yang disampaikan oleh Bapak T dari Desa Sialang bahwa

“Saya siap melakukan gotong royong dengan jika pemberitahuannya jelas. Selama ini saya tidak mengetahui karena banyak kerja di luar desa. Setelah bekerja di desa sendiri kami lebih banyak mengetahui perkembangan desa kami”.

Untuk mengetahui kesadaran memelihara hasil proyek, beberapa warga sekitar lokasi proyek bantuan PPK diketahui ada 2 model. Pertama, warga desa induk memelihara jalan lingkungan bantuan PPK tidak terawat dengan baik. Batu berserakan dan hamper habis. Kedua warga desa eks transmigrasi jalan lingkungan bantuan PPK gotong royong kalau sudah rusak berat. Warga desa eks transmigrasi memelihara jalan desa bantuan PPK dipelihara oleh KUD dengan memotong penghasilan petani setiap per kilo kelapa sawit per bulan.

Bantuan gedung sekolah di bagi menjadi 2 model cara pemeliharaannya. Pertama, bantuan gedung sekolah yang dibantu telah menjadi sekolah negeri sehingga pemeliharaannya diambil alih oleh pemerintah melalui anggaran pemeliharaan gedung sekolah (SMPN 3 Pangkalan Kuras dan SDN 026 Desa

100 Palas). Sedangkan gedung SMK Pertanian Desa Sialang mengharapkan bantuan orang tua murid.

Kemampuan keluarga miskin yang rendah mempengaruhi dalam berpartisipasi. Keluarga miskin berpartisipasi berupa sumbangan tenaga kerja dalam membangun sarana dan prasarana fisik dalam PPK. Partisipasi tenaga kerja lokal memberikan manfaat pada peningkatan pendapatan sementara. Partisipasi ini dibayar oleh PPK separoh dari upah yang sesungguhnya. Selain itu, keswadayaan masyarakat desa mewujudkan dalam bentuk gotong royong. Implikasi keterbatasan kemampuan keluarga miskin adalah tidak diikutkan dalam mengelola proyek secara keseluruhan dan ruang partisipasi menjadi sempit.

Keluarga miskin belum memiliki kesempatan untuk berp eran dalam mengelola kegiatan. Penyebabnya adalah pendapatan rendah, pendidikan rendah, tidak mempunyai keterampilan selain bertani dan mencari ikan sungai. Hal ini juga lemahnya kemampuan memberikan usulan di depan orang banyak. Keluarga miskin yang sempat hadir dalam pertemuan hanya memberikan persetujuan tanpa ada keberanian dan kemampuan untuk menyanggahnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Bapak S mengatakan bahwa:

Sebenarnya kami menginginkan dana itu digunakan untuk membuat pabrik batu -bata. Karena di sini tanahnya cocok dan banyak warga sedang membangun rumahnya. Batu bata harus kami beli ke Desa Kemang atau Desa Palas. Dengan membangun pabrik batu -bata kami bisa menambah penghasilan kami selain buruh tani di kebun kelapa sawit milik warga.

Swadaya masyarakat yang dihasilkan dari pelaksanaan PPK berupa materi (uang, bahan bangunan), tenaga kerja (gotong-royong), dan ide yang disampaikan pada saat rapat pengambilan keputusan desa. Keterbatasan kemampuan masyarakat memelihara kesinambungan program disebabkan adanya kurang adanya kesadaran kesinambungan manfaat proyek yang telah dibangun bersama. Apalagi dana hibah dianggap masyarakat sebagai bantuan pemerintah pemerintah yang bertanggung jawab, pendapat ini muncul adanya pemikiran bahwa keluarga miskin dan desa yang miskin tidak akan mampu memelihara sarana fisik bantuan PPK. Masyarakat tetap menunggu bantuan pemerintah selanjutnya.

101 Kemampuan menjadi kendala besar dalam upaya pemberdayaan keluarga miskin. Meskipun data sekunder memberikan hasil positif dalam kegiatan PPK (seperti dalam tabel 13), tetapi berbeda dengan realitas kemampuan dalam pelaksanaan sesungguhnya. Pengalaman penelitian di Desa Sialang memberikan gambaran kecilnya peran mengambil keputusan kegiatan desa dan pelaksanaan program. Hal ini menyangkut kemampuan yang dimiliki keluarga miskin dan tidak adanya kesempatan untuk memperoleh peran tersebut.

Melibatkan keluarga miskin dalam kegiatan proyek tidak dapat dilakukan maksimal karena PTO telah mengatur keterlibatan seseorang dalam proyek. Pembatasan jumlah peserta dalam pertemuan, ketatnya jadwal kegiatan dan sosialisasi program tidak maksimal. Permasalahan ini menjadi kendala keberhasilan program. Tidak adanya keterlibatan yang jelas dalam setiap tahapan kegiatan, menyebabkan program pemberdayaan PPK tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan keluarga miskin.

Kesempatan keluarga miskin untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan merupakan kebutuhan. Namun demikian, model undangan yang diberikan kepada anggota masyarakat tidak menyertakan keluarga miskin secara khusus, keluarga miskin tidak memiliki kesempatan untuk memilih wakil desa (Fasilitator Desa, dan utusan untuk menghadiri MAD di kecamatan). Keluarga miskin tidak memiliki ruang partisipasi dalam pertemuan desa (MUSDES) baik dalam menyampaikan pendapat maupun memutuskan kegiatan desa. Kejelasan partisipasi keluarga miskin terletak pada perannya sebagai pekerja dalam proyek pembangunan fisik di desanya. Karena kegiatan itu memerlukan tenaga lokal untuk melaksanakan pembangunan. Kepala Desa Palas yang sebelumnya adalah FD mengatakan bahwa:

”Untuk membangun MCK, gedung SD, jalan dan jembatan kami menggunakan tenaga lokal sebagai bentuk partisipasi seperti yang telah disepakati sebelumnya”. Sehingga kesempatan keluarga miskin untuk memperoleh pengetahuan dalam mengelola kegiatan secara utuh tidak mendapatkan, mereka hanya melaksanakan. A sebagai warga Desa Palas menambahkan bahwa: “kami mengusulkan sama-sama atas usul Pak Kadus dan biarlah dipimpin orang c erdik pandai desa kami. Kami membantu tenaga saja”.

102 Pendapat itu menegaskan adanya ketidakadilan dalam program yang sesungguhnya untuk keluarga miskin. Kegiatan pemberdayaan semacam PPK lebih menonjolkan kepentingan proyek. Partisipasi menjadi semu, karena partisipasi yang dirancang telah membatasi proses pemberdayaan yang diinginkan dalam tujuan program.

Kontak awal merupakan bagian dari sosialisasi. Keberhasilan atau kegagalan sosialisasi mempengaruhi pelaksanaan kegiatan . Keberhasilan sosialisasi program PPK hanya di kalangan elit desa dan warga masyarakat tertentu. Sosialisasi program kepada keluarga miskin terasa kurang menyentuh. Sosialisasi hanya dilakukan dari pertemuan ke pertemuan yang terbatas. Keinginan fasilitator untuk memberikan informasi kepada seluruh warga masyarakat tidak dapat terpenuhi karena adanya pembatasan waktu yang sangat sempit dalam kegiatan itu. Sosialisasi kurang maksimal ini ditandai adanya banyak warga di level bawah tidak mengerti adanya PPK. Warga yang mengetahui adalah warga yang mempunyai kesempatan hadir dalam pertemuan desa (MUSDES). Keluarga miskin yang tidak mendapatkan kesempatan ini tidak akan mengetahui secara pasti PPK.

Kontak awal ini menjadi penting untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. Hal ini mempengaruhi keterlibatan mereka dalam tahapan kegiatan - kegiatan yang akan dilakukan. Apakah keluarga miskin mendapatkan peran, ikutserta menentukan keputusan, melaksanakan dan keikutsertaan memelihara program.

Tanggapan info yang positif merupakan salah satu pengaruh terhadap keberhasilan program pada awal program dilaksanakan, selanjutnya tergantung pada pelaksanaan substansi program itu sendiri. Masyarakat desa secara keseluruhan sangat antusias dengan bantuan PPK. Apalagi kegiatan PPK mengharuskan bermusyawarah untuk memutuskan kebutuhan desanya. Sehingga masyarakat desa hadir dalam pertemuan yang diadakan desa untuk mendapatkan bantun PPK. Kepala desa memobilisasi warganya untuk hadir dalam pertemuan dengan memotivasi warganya bahwa desanya akan menerima dana bantuan dari PPK.

103 6.2.Transfer kekuasaan dalam setiap Kegiatan

Transfer kekuasaan dalam proses pemberdayaan diperlukan untuk memberikan peluang yang luas kepada keluarga miskin dalam setiap kegiatan. Beberapa kekuasaan yang diperlukan dalam mengembangkan model pemberdayaan dalam masyarakat adalah: