• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL

PELATIHAN KADER DAN PELAKU PPK D

6.3. Perbaikan Kualitas Hidup

6.3.2. Sasaran Perubahan Program

Sasaran perubahan program pemberdayaan melalui PPK, pada dasarnya mencakup perubahan sikap, perubahan perilaku sosial, partisipasi sosial warga masyarakat, ket erlibatan perempuan dalam proses pembangunan, serta aspek - aspek ekonomi dan sosio budaya. Sasaran perubahan program tersebut adalah perubahan sikap masyarkat, perubahan perilaku prososial, peningkatan partisipasi sosial masyarakat dalam kegiatan PPK, perbaikan ekonomi, peningkatan sarana dan prasarana sosial ekonomi serta fisik.

Kelompok masyarakat (khususnya keluarga miskin) di desa penerima bantuan PPK belum berubah baik peningkatan pendapatan maupun kondisi ekonominya. Masyarakat juga belum ada perubahan sikap terhadap program bantuan yang telah diberikan kepadanya. Masyarakat menganggap bantuan itu adalah bantuan hibah yang aturan dan syaratnya telah diatur oleh pemerintah, sehingga mereka hanya menerima bantuan tersebut dan pasrah kepada elit desa serta pemerintah lokal.

114 Keluarga miskin dianggap tidak mampu oleh kelompok elit masyarakat (kepala desa) dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan, sehingga elit desa belum melibatkan keluarga miskin dalam pengelolaan proyek (kepengurusan). Oleh karena itu, perilaku masyarakat belum berubah meskipun telah ada PPK di desa mereka.

Berdasarkan hal tersebut, masyarakat mengikuti kegiatan ini tidak didasarkan pada kebutuhan tetapi pada kepentingan PPK. Masyarakat mengikuti kegiatan-kegiatan secara prosedural menurut prinsip -prinsip PPK. Pada kegiatan ini keluarga miskin tidak mendapatkan tempat untuk berperan. Kegiatan ini telah dibatasi oleh peraturan -peraturan dan prinsip PPK yang terbutki menghambat partisipasi dan proses pemberdayaan keluarga miskin di desa .

Perilaku sosial didefinisikan sebagai bentuk segala tindakan yan g dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperhatikan motif-motif si penolong, yang berkisar pada tindakan-tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri dan tanpa pamrih. Perilaku prososial yang muncul di masyarakat penerima bantuan PPK antara lain kesediaan warga untuk menjadi Tim Teknis Desa (TTD), Fasilitator Desa (FD), Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Unit Pengelola Keuangan (UPK), tanpa memperhitungkan besar kecilnya honor. Kesepahaman dan kemampuan untuk menerima keputusan bersama diantara warga masyarakat dalam musyawarah. Pembangunan sarana dan prasarana fisik, warga rela melakukan gotong-royong. Masyarakat juga mampu melakukan swadaya untuk menunjang pembangunan fisik.

Perilaku masyarakat semata -mata seperti: keluarga miskin bersedia menerima bantuan dan terlibat sebagai TTD dan FD, bukan karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga miskin di desa, tetapi elit desa mempengaruhi keluarga miskin agar mau menerima bantuan yang diberikan PPK. Elit desa memiliki tujuan agar proyek PPK diberikan di desa mereka.

Peningkatan partisipasi sosial masyarakat dalam kegiatan PPK belum dimanifestasikan dalam pemberian peran kepada keluarga miskin. Masyarakat belum mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan merumuskan definisi-definisi situasi. Masyarakat belum

115 mempunyai kekuasaan untuk menafsirkan permasalahan yang dihadapinya. Penyebabnya adalah PPK telah mengatur jumlah peser ta, sehingga masyarakat yang hadir adalah masyarakat yang telah ditentukan dalam PPK. PPK belum menyebutkan secara khusus keluarga miskin sebagai peserta yang hadir dalam pertemuan dan menentukan kebutuhannya sendiri berkaitan bantuan dana program pengentasan kemiskinan yang ada.

Perbaikan ekonomi keluarga miskin didasarkan pada peningkatan pendapatan keluarga miskin dan pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan. Pembangunan sarana fisik yang didanai oleh PPK belum ada peningkatan ekonomi keluarga miskin secara signifikan. Pemanfaat bantuan adalah orang - orang yang telah mempunyai kemampuan ekonomi baik dan mapan.

Pembangunan sarana dan prasarana fisik yang tersebar di desa-desa se- kecamatan meningkat setelah turunnya bantuan PPK, seperti jalan sirtu, MCK, sumur galian, gedung sekolah, jembatan dan los pasar. Proyek ini belum mampu meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga miskin. Hal ini dapat dipahami bahwa proyek sarana fisik yang dibangun tidak memberikan akses kepada keluarga miskin untuk meningkatkan pendapatan keluarga miskin. Hasil proyek cenderung dinikmati oleh keluarga-keluarga kaya yang ada di desa. Seperti sekolah yang dibangun tidak serta merta memberikan kebebasan atau keringanan dalam membayar uang sekolah. Tidak ada dispensasi dalam kegiatan administrasi sekolah dalam pembayaran maupun penggunaan fasilitas sekolah.

Keluarga miskin dalam PPK tidak mendapatkan peluang dan kekuasaan untuk dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan PPK dikarenakan adanya pembatasan ruang partisipasi dalam forum-forum musyarawarah untuk menentukan kegiatan dalam pengentasan keluarga miskin. Hal ini telah diatur dalam PTO dan prinsip PPK. Keluarga miskin hanya berperan dalam kegiatan pembangunan fisik sebagai buruh upahan. Selain itu, pengaruh elit desa dalam setiap kegiatan dan budaya menghormati yang atas dan taat bagi yang bawah.

Faktor-faktor interen keluarga miskin seperti percaya kepada pemimpin, merasa tidak diperhitungkan dan faktor eksteren yang mempengaruhi rendahnya peran keluarga miskin adalah dominannya kelompok elit desa dalam pengambilan

116 keputusan dan berpendapat, target dan waktu pelaksanaan proyek yang didanai oleh PPK yang sangat mendesak. Faktor interen dan eksteren inilah yang kemudian menyebabkan rendahnya partisipasi keluarga miskin dalam kegiatan - kegiatan yang ada di desa itu.

PPK belum memberikan jaminan kepada keluarga miskin mampu keluar dari belenggu kemiskinan. Bantuan tidak menyentuh langsung kepada kepentingan keluarga miskin. Kepentingan PPK mengukur target, waktu dan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara fisik mempengaruhi keputusan - keputusan musyawarah masyarakat telah diarahkan pada sebelumnya. Pengambilan keputusan dari musyawarah desa menjadi seremonial yang telah diatur oleh PPK yang dilaksanakan oleh aparat desa.

Oleh karena itu, diperlukan bantuan disesuaikan dengan perlindungan sosial bagi keluarga miskin seperti memberikan hak -hak dalam pengambilan keputusan, jaminan sosial seperti asuransi untuk menyentuh kebutuhan keluarga miskin. Hal ini dapat berbentuk asuransi sosial desa. Untuk memberikan tambahan pendapatan keluarga miskin dengan cara memberikan pekerjaan di waktu luang yang dapat dikerjakan secara individu dan kelompok.

Hasil kajian tentang tujuan, proses serta hasil program ini tidak efektif. Analisis tujuan membuktikan tidak terjadi peningkatan pendapatan keluarga miskin, sehingga keluarga miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri secara baik. Analisis proses menyatakan keluarga miskin tidak menjadi berdaya karena keluarga miskin tetap tidak mampu berperan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh PPK. Analisis hasil program membuktikan proyek dinikmati keluarga kaya karena syarat -syarat kontrak kerja dengan keluarga miskin tidak terpenuhi. Peraturan cenderung membatasi keterlibatan keluarga miskin dalam proses pemberdayaan keluarga miskin.

Saran untuk mengatasi permasalahan di atas dibagi dua yaitu berkaitan dengan (1) PPK diperlukan perbaikan atau perubahan pada aturan-aturan yang membatasi partisipasi dan kompetisi sehat difokuskan pada desa-desa yang jumlah keluaga miskinnya banyak; (2) asesmen kebutuhan keluarga miskin dilaksanakan dengan melibatkan keluarga miskin Kegiatan bertujuan untuk

117 meningkatkan partisipasi keluarga miskin dan meningkatkan kapasitas penggalian kebutuhannya sendiri. Keluarga miskin mempunyai peran yang besar dalam merumuskan, memilih kebutuhan mereka dan mewujudkannya dalam kegiatan baik yang didanai secara swadaya maupun donator dari luar desa. Kegiatan juga tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik desa, tetapi mengarah kepada peningkatan kesejahteraan sosial keluarga miskin pedesaan.

VII

RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA