• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL

PELATIHAN KADER DAN PELAKU PPK D

6.2.2. Pendefinisian kebutuhan

Pendefinisian kebutuhan keluarga miskin berkaitan dengan kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya. Kekuasaan keluarga miskin dalam mendefinisikan kebutuhan diri belum tercermin dalam bantuan yang diberikan oleh PPK. Keluarga miskin menerima bantuan dari apa yang telah diusulkan pelaku PPK tingkat kecamatan pada saat MAD.

Pelaku PPK baik tingkat kecamatan dan kabupaten menilai PPK berhasil dalam mencapai tujuan yaitu mendukung program pembangunan infrastruktur desa (pembangunan sarana fisik). Namun demikian, PPK belum berhasil mengakomodir kebutuhan keluarga miskin. Dalam hal ini, PPK belum memberikan ruang bagi keluarga miskin untuk menyampaikan secara langsung kebutuhan mereka.

Kebutuhan yang dibicarakan di tingkat desa dan kecamatan merupakan kebutuhan desa secara keseluruhan. Kebutuhan desa tersebut adalah pembangunan sarana fisik. Pembangunan sarana fisik kurang sesuai dengan kebutuhan keluarga miskin yaitu peningkatan pendapatan, beasiswa, dan bantuan biaya kesehatan. Perbedaan kebutuhan desa dan keluarga miskin mengakibatkan bantuan PPK belum dapat mengentaskan kemiskinan di pedesaan.

Proses pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam proyek desa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemberdayaraan masyarakat melaksanakan program bantuan yang difokuskan pada kegiatan yang memberikan peluang kepada keluarga miskin untuk mendefinisikan kebutuhannya. Program mengarah pada tujuan agar keluarga miskin dapat berpartisipasi dalam upaya pemberdayaan keluarga miskin.

105 6.2.3. Ide atau gagasan

Pemberdayan keluarga miskin menurut perspektif pekerjaan sosial, salah satunya keluarga miskin memperoleh kesempatan dalam penyampaian ide atau gagasan. Keluarga miskin diharapkan mampu mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. PPK belum memberikan ruang kepada keluarga miskin untuk berperan dalam kegiatan, sehingga transfer kemampuan untuk menyampaikan ide belum terlaksana dengan baik . Berdasarkan pelaksanaan kegiatan PPK melalui forum- forum musyawarah, penyampaian ide masih didominasi pelaku PPK dan elit desa.

MUSDES pengambilan keputusan masih didominasi elit desa. Hal ini ditegaskan oleh salah seorang keluarga miskin yang bernama S warga Desa Sialang Indah:

“Saya mengikuti pertemuan PPK baru tahun ini. Beberapa tahun yang lalu saya tidak diundang sehingga tidak mengetahui adanya PPK di desa kami. Pada saat sekarangpun bapak bisa lihat siapa- siapa yang mempunyai usul dalam pertemuan ini. Mereka yang usul orang-orang yang pinter saja. Kami dari dulu kalau mengikuti pertemuan hanya sekedar meramaikan saja. Yang kebetulan kemarin diajak oleh Pak RT”.

PPK berusaha menghidupkan kembali peran masyarakat dalam membangun desa melalui forum-forum PPK. Namun demikian, keluaga miskin belum memperoleh ruang dalam penyampaian ide dalam forum tersebut.

Keluarga miskin hanya menyetujui kegiatan atas hasil keputusan bersama. Hal ini juga terjadi d i desa lain, kurangnya partisipasi keluarga miskin dan perempuan dalam menyampaikan ide atau gagasan dalam musyawarah. Mereka dikumpulkan dalam rapat pertemuan desa untuk memenuhi syarat saja. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak Kades Kemang bahwa:

Musdes dihadiri sekitar 100 orang yang sebagian besar laki-laki, 90 laki-laki dan perempuan 10 orang. Sedikitnya perempuan yang hadir, karena perempuan disini belum terbiasa dengan acara-acara pertemuan resmi. Oleh karena itu, tidak ada pertemuan khusus perempuan di desa ini. Kehadiran di desa berdasarkan undangan dan perwakilan tiap RT. Penduduk kami sedikit. Hampir seperlima keluarga yang ada di desa ini miskin atau sekitar 19,67 peren sebagai keluarga miskin dari total kelurga 427 keluarga. Penduduk miskin did esa kami memerlukan bantuan modal untuk usaha,

106 jaminan sekolah, keringanan biaya dalam di rumah sakit,

perumahan serta perningkatan keterampilan. 6.2.4. Lembaga-lembaga:

Proses pemberdayaan dalam PPK, keluarga miskin belum mampu menjangkau manfaat adanya PPK. PP K belum memfasilitasi keluarga miskin dalam menjangkau dan memanfaatkan lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan secara baik, sehingga Keluarga miskin masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan.

Masalah tersebut mengak ibatkan keluarga miskin belum mampu meningkatkan kepercayaan dalam keterlibatannya pada sebuah program; keluarga miskin belum mampu mengatasi hambatan dalam menjangkau sumber-sumber bantuan; keluarga miskin mampu bertindak setara dengan unsur masyarakat lainnya dalam kontrol konsumsi keluarganya.

Lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pendidikan seperti dinas pendidikan dan perusahaan yang memberikan beasiswa kepada anak dari keluarga miskin masih sulit dijangkau. Keluarga miskin memerlukan bantuan tersebut dalam bentuk fasillitas untuk menjangkau lembaga-lembaga tersebut. Para pelaku PPK belum dapat memfasilitiasinya karena para pelaku PPK menterjemahkan kebutuhan pendidikan keluarga miskin dalam bentuk gedung sekolah bukan beasiswa bagi anak dari keluarga miskin.

Keluarga miskin memerlukan bantuan biaya dan obat-obatan yang dapat dijangkau oleh keluarga miskin yang anggota keluarganya sakit. Lembaga yang bergerak dibidang inipun belum mampu dijangkau oleh keluarga miskin. Keluarga miskin masih membayar penuh untuk beaya pengobatan di rumah sakit. Sementara beaya pengobatan di rumah sakit sangat mahal.

Lembaga kesejahteraan sosial, lembaga pendidikan dan lembaga kesehatan yang berada di ibukota kabupaten belum bisa dijangkau oleh keluarga miskin melalui bantuan PPK. Pengerasan jalan dan pembuatan jembatan dengan bantuan PPK, karena letak pembangunan sarana fisik tersebut belum dapat mendukung keluarga miskin dalam mengakses lembaga-lembaga yang dibutuhkan oleh masyarkat tersebut.

107 6.2.5. Sumber-sumber

Keluarga miskin belum mampu memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan. Sumber-sumber tersebut dikuasai oleh elit desa dan keluarga mampu, sehingga keluarga miskin berada diluar sumber-sumber tersebut. Kondisi ini membuat keluarga miskin tidak memperoleh peluang untuk memanfaatkan sumber formal seperti sumber kesejahteraan sosial, kesehatan, dan pendidikan.

Sumber-sumber tersebut tidak dapat dijangkau keluarga miskin karena mereka tidak memiliki kemampuan ekonomi, sosial dan politik. Bidang ekonomi, keluarga miskin berpendapatan rendah, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membayar sekolah dan berobat sesuai kebutuhan. Bidang sosial, keluarga miskin belum memiliki kemampuan untuk berperan dalam kegiatan yang dilaksanakan di desa mereka. Bidang politik, keluarga miskin termasuk lapisan bawah dalam struktur sosial masyarakat. Mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menyampaikan pendapat bahkan menjadi pemimpin di desa karena pendidikan yang rendah dan kurang pengalaman di bidang politik.