• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peleburan harta bersama dalam perkawinan

1.4. Peraturan-peraturan tentang tinggal bersama tanpa nikah (kohabitasi)

1.7.8. Peleburan harta bersama dalam perkawinan

Pasal 1:99 BW menyatakan bahwa kebersamaan pasangan dibubarkan berdasarkan ketentuan hukum:

a. ketika perkawinan atau kehidupan bersama yang terdaftar berakhir melalui kematian, pada saat kematian;

b. ketika perkawinan diakhiri melalui perceraian atau pembubaran kehidupan bersama yang terdaftar oleh pengadilan, pada saat permohonan perceraian atau aplikasi untuk pembubaran kehidupan bersama yang terdaftar diajukan;

c. dalam kasus pemisahan secara hukum, pada waktu permohonan untuk pemisahan secara hukum diajukan;

d. dalam kasus penghentian harta bersama dengan perintah pengadilan, pada saat aplikasi untuk penghentian dari harta bersama diajukan;

e. dalam kasus penghentian kehidupan bersama yang terdaftar dengan persetujuan bersama, pada saat perjanjian pengakhiran berlaku;

f. ketika salah satu pasangan hilang dan pasangan lainnya menikah lagi atau masuk ke dalam suatu kehidupan bersama yang terdaftar,

pada saat perintah pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417 (1) telah menjadi definitif;

g. dalam hal terjadi pemutusan hubungan melalui perjanjian pascanikah, pada saat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 (1). Menurut Pasal 1:149 BW perkawinan dapat berakhir tidak hanya melalui perceraian, tetapi juga:

a. melalui kematian;

b. jika pasangan yang hilang yang diperkirakan telah meninggal, atau telah dinyatakan meninggal, ternyata masih hidup pada hari pasangan yang ditinggal itu menikah atau masuk ke dalam suatu kehidupan bersama yang terdaftar, melalui penyelenggaraan upacara janji perkawinan atau kehidupan bersama yang terdaftar; c. melalui pemutusan perkawinan setelah pemisahan secara hukum. Ketika perceraian berlaku, harta bersama dibubarkan. Konsekuensi dari pembubaran harta bersama diatur dalam Bagian 3 dari Titel 7 Buku 1 BW dan dalam Titel 7 Buku 3 BW.

Sebuah keuntungan yang tak terbagi kini telah terwujud, dan masing-masing pihak berhak atas setengah dari hal itu (Pasal 1:100 BW). “Gaya magnetis” dari harta bersama tidak ada lagi. Kedua mantan pasangan itu sekarang mengakumulasi lagi aset mereka sendiri, di samping bagian mereka dalam harta bersama yang dibubarkan. Harta bersama yang dibubarkan harus dibagi sesuai dengan aturan atau ketentuan dalam Titel 7 Buku 3 BW. Rincian pembagian dapat diatur dalam perjanjian perceraian.

Kewajaran dan keadilan memainkan peran penting dalam pembagian harta bersama yang dibubarkan. Untuk pasangan yang manakah rumah yang dimiliki selama perkawinan akan diperuntukkan? Haruskah utang yang timbul ketika salah satu pasangan menerima kurang dari bagiannya yang sah dibayar sekaligus, atau bisakah dicicil? Kewajaran dan keadilan dapat memiliki efek yang luas, sebagaimana dibuktikan oleh putusan Mahkamah Agung Belanda (HR 7 Desember 1990, NJ 1991, 593 (Perkawinan Pembunuhan)):

Seorang pria menikahi seorang wanita yang jauh lebih tua yang kaya tetapi yang membutuhkan bantuan, dengan maksud untuk membunuhnya. Dia kemudian mewujudkan rencananya dalam praktik. Namun, pembunuhan itu diketahui dan pria itu pun dihukum. Menurut hukum waris, orang ini telah kehilangan haknya untuk mewarisi harta dari wanita tersebut. Namun, ia menikah disertai ketentuan akan kepemilikan bersama atas harta kekayaan, dan ia pun mengklaim setengah dari harta perkawinan yang dibubarkan itu. Menurut pertimbangan Mahkamah

Agung, Pengadilan Banding benar dalam pertimbangannya bahwa dalam kasus ini, sesuai dengan kriteria kewajaran dan keadilan (Pasal 6:2 (2) BW) penerapan yang penuh dari Pasal 1:100 (1) BW (membagi harta bersama yang dibubarkan ke dalam dua bagian yang sama) tidak akan dapat diterima.

Mengenai utang, Pasal 1:102 BW menyatakan bahwa pasangan yang telah menimbulkan utang tetap bertanggung jawab sepenuhnya untuk utang itu. Pasangan lainnya menjadi sepenuhnya bertanggung jawab, tetapi dengan ketentuan bahwa utang hanya dapat dipulihkan atau dibayarkan dari apa yang telah dia peroleh melalui pembagian harta perkawinan. Dalam amendemen terbaru untuk undang-undang tersebut, Pasal,. 1:102 diubah sedemikian rupa sehingga aset dari seorang pasangan yang tidak termasuk dalam harta bersama tidak bisa lagi dipakai untuk pemulihan utang bersama yang ditimbulkan oleh pasangan lainnya.

Para kreditur hanya dapat memulihkan utang dari aset pribadi pasangan yang bertanggung jawab atas utang dan dari harta bersama (yang tak terbagi). Selama belum terjadi pembagian, kedua mantan pasangan tersebut masih memiliki kewajiban yang sama untuk memberikan kontribusi terhadap pelunasan utang bersama.

Jika Herman membeli sebuah mobil Ferrari dengan harga EUR 100.000 selama perkawinan, sehingga menimbulkan utang ke diler Ferrari, maka utang ini merupakan utang bersama yang mana Herman harus bertanggung jawab. Selama perkawinan berlangsung, Herman dan Annelies secara bersama-sama bertanggung jawab atas utang tersebut. Aset-aset yang dapat digunakan untuk pemulihan atau pembayaran utang adalah setiap aset pribadi milik Herman dan aset-aset dari harta bersama dalam perkawinan.

Setelah harta bersama dibubarkan, Herman tetap bertanggung jawab sepenuhnya untuk utang tersebut. Selain itu, Annelies menjadi bertanggung jawab sepenuhnya atas utang tersebut, dengan ketentuan bahwa jumlah yang diperoleh kembali tidak boleh melebihi apa yang dia peroleh melalui pembagian harta bersama. Sekarang kreditur dapat memulihkan utang dari aset-aset dalam harta bersama yang dibubarkan itu, tetapi juga dari aset-aset pribadi milik Herman (untuk seluruh utang) dan setelah pembagian sampai batas tertentu juga dari aset-aset milik Annelies.

Annelies ingin tetap tinggal di rumah yang telah mereka tinggali selama perkawinan. Rumah ini akan diserahkan padanya. Namun, ini berarti dia harus mengambil alih utang hipotek. Herman harus dikeluarkan oleh bank dari tanggung jawab bersama dan tanggung jawab masing-masing atas utang ini. Annelies harus membayar kepada Herman atas bagiannya dalam kepemilikan atau haknya atas rumah tersebut.

Herman dan Annelies sepakat akan pengaturan pembayaran dengan cara angsuran tahunan. Barang-barang rumah tangga, saldo bank dan mobil juga akan dibagi. Ini akan diatur dengan perjanjian.

Untuk melaksanakan pembagian, khususnya soal rumah, Herman dan Annelies meminta bantuan notaris hukum perdata lagi. Rumah tinggal selama perkawinan mereka akan diserahkan untuk Annelies. Pengalihan hak atas rumah tersebut dilakukan dengan akta notaris (Pasal 3:89 BW). Annelies akan memikul tanggung jawab atas utang hipotek dari rumah tersebut. Notaris hukum perdata memeriksa dan memastikan apakah bank telah mengeluarkan Herman dari tanggung jawab bersama dan tanggung jawab masing-masing atas utang ini.

Notaris juga melihat kembali wasiat Herman dan Annelies. Wasiat-wasiat itu dicabut kembali. Dalam surat Wasiat-wasiat yang baru itu, Annelies dan Herman saling meniadakan pasangannya sebagai ahli waris.

Perceraian ini diselesaikan seperti yang disepakati dalam perjanjian perceraian. Anak-anak akan terus hidup bersama Annelies. Herman hanya akan melihat Ruben dan Janneke di akhir pekan. Dia dan Annelies akan tetap bersama-sama menjadi pengelola aset Robin dan dia juga akan tetap menjadi pembimbing untuk Robin. Dia pindah ke sebuah apartemen di Assen, berniat untuk membuat awal yang baru dari sana.

1.7.9. Pembubaran kebersamaan (kehidupan bersama) selama