• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GENDER TERHADAP PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO DALAM KOMUNITAS

6.1. Kondisi dan Peran Perempuan Kepala Rumahtangga (PKRT) Usaha Mikro da lam Komunitas

6.1.1. Pembagian Kerja PKRT Usaha Mikro dalam Komunitas

Pembagian kerja gender terutama bagi PKRT usaha mikro merupakan suatu analisis yang digunakan untuk melihat perbandingan aktivitas gender dalam suatu komunitas yang terdiri dari kerja produktif, reproduktif dan kerja komunitas/sosial. Kerja produktif merupakan aktivitas yang menyumbang pada pendapatan keluarga; kerja reproduktif adalah aktivitas yang menjamin kelangsungan hidup manusia; dan kerja komunitas/sosial adalah aktivitas yang tidak terbatas pada pengelolaan rumahtangga, tetapi aktivitas dalam komunitas. Pemahaman terhadap pembagian kerja gender terutama PKRT usaha mikro

dalam komunitas dapat memudahkan melihat beban kerja baik laki-laki ataupun perempuan. Tabel 22. berikut ini menjelaskan tentang aktivitas gender untuk mengetahui pembagian kerja gender yang ada dalam komunitas.

Tabel 22. Profil Kegiatan Gender di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005

NO KEGIATAN PD LD AP AL

1. a.

Kerja Produktif (Productive Work) Usaha Tani (sawah)

Mengolah tanah (membajak, mencangkul) v

Mengairi sawah (mengatur perairan) v

Menanam padi v

Menyiangi rumput v

Memupuk v

Menyemprot (membasmi hama) v

Menjaga dari gangguan hama dan burung v

Memanen vv v

Merontokkan padi v

Pengeringan v

Penyeleban (mengubah dari padi menjadi beras) v

Pengepakan ke dalam karung v

Penjualan atau pemasaran v

b. Mengelola warung vv v

c. Pekerjaan buruh bangunan/bengkel v

d. Pekerjaan peternakan vv v

e. Pekerjaan jasa v

f. Berdagang v

2. Kerja Reproduktif (Reproductive Work)

Melahirkan v

Mengasuh anak v

Menyusui anak v

Menyediakan makanan v

Mengambil air dan bahan bakar

Berbelanja v

Perawatan pekarangan rumah v vv

Membersihkan rumah & menjaga kesehatan keluarga vv v v 3. Kerja Komunitas/Sosial (community Work)

Upacara dan Peringatan

Aktivitas pembangunan komunitas v

Partisipasi dan kelompok, dan organisasi v vv

Mempersiapkan pesta v v

Menyiapkan pemakaman v

Aktivitas politik lokal v

Kegiatan keagamaan v vv v v

Sumber: Diadaptasi dari Aus AID’s to Gender and Development dalam IASTP II, 1999.

Keterangan: • PD : Perempuan Dewasa. • LD : Laki-laki Dewasa. • AP : Anak Perempuan. • AL : Anak Laki-laki. • vv : Lebih dominan.

Data pada Tabel 22. menunjukkan bahwa Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang sebagian besar merupakan daerah pertanian. Pekerjaan produktif dalam komunitas adalah bertani yang banyak dilakukan oleh laki-laki. Perempuan hanya melakukan pekerjaan produktif yang ringan seperti menanam

padi, menyiangi rumput dan memanen. Kondisi fisik secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas dan kegiatan antara laki -laki dan perempuan. Laki-laki mempunyai kondisi fisik yang kuat dan bidang pekerjaan yang dilakukannya adalah yang bersifat penggunaan otot seperti mencangkul, perbengkelan, dan sebagainya. Perempuan sesuai dengan kondisi fisiknya juga mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan kewanitaan dan paling terbesar adalah kegiatan reproduktif.

Kegiatan perempuan kepala rumahtangga yang mengelola usaha mikro di Desa Sekarwangi lebih banyak pada kegiatan produktif yaitu mengelola usaha warungan atau dagang dan melakukan pekerjaan reproduktif yaitu mengelola pekerjaan domestik. Seorang PKRT usaha mikro dengan demikian mempunyai beban kerja ganda apabila dilihat dari jam kerja harian yaitu dari subuh hingga malam hari PKRT lebih banyak melakukan pekerjaan produktif dan reproduktif. Kalaupun pekerjaan tersebut dilakukan bersama-sama dengan suami atau anaknya, tetapi tetap lebih banyak dilakukan oleh PKRT, terutama untuk pekerjaan reproduktif. PKRT yang mengelola usaha mikro juga ikut serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Mereka terhimpun dalam kegiatan PKK, kegiatan arisan yaitu arisan telur dan arisan barang menjelang hari raya dan kegiatan keagamaan seperti kegiatan pengajian yang diadakan setiap minggu yaitu pada hari Jumat (hasil PRA).

Kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh PKRT usaha mikro adalah warungan atau berjualan makanan atau sayuran. Sedikit perempuan yang bergerak dalam kegiatan usaha yang lebih berat misalnya konveksi, perbengkelan, berjualan beras, jasa seperti angkutan umum dan sebagainya, yang penghasilannya jauh lebih besar daripada berjualan warungan.

PKRT yang pasangan hidupnya menganggur mempunyai jadwal harian yang padat. Apabila suaminya mengerti akan kesulitan PKRT, maka ia akan berusaha untuk membantu istrinya, tetapi apabila tidak memahami pekerjaan istrinya tentu akan menjadi masalah. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar waktu PKRT habis untuk mengerjakan pekerjaan domestik rumahtangga dan setelah itu mengerjakan usaha mikronya. Suami PKRT yang menganggur lebih santai menikmati waktunya di rumah. Laki -laki juga terlibat dalam mengelola warungan, yaitu pada saat istrinya mengantar anak sekolah, maka suami yang menjaga warung. Kadang-kadang membuat keterampilan kecil-

kecilan untuk mengisi waktu luang, tetapi sebagian besar waktunya digunakan untuk santai sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu NG (PKRT usaha mikro):

Suami saya baru kena PHK dari pabrik sepatu, sudah hampir satu Tahun dia menganggur. Usaha yang saya jalankan sekarang adalah dagang bakso. Setiap hari kerjaan dia moyan (berjemur) dan setelah itu menonton televisi. Urusan dapur sampai anak saya yang mengasuh sambil menjaga dagangan saya. Suami saya kadang-kadang membuat sepatu dari bahan-bahan sisa pabrik.

Uraian di atas menggambarkan bahwa PKRT yang mengelola usaha mikro mengalami double burden atau beban ganda dalam mengelola urusan rumahtangga dan usaha mikronya. Selain menjaga warungnya, seorang PKRT juga mengerjakan pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah, memasak dan mengasuh anak. Suaminya yang menganggur akibat PHK kadang-kadang mengisi waktu luangnya dengan mengerjakan pekerjaan ringan seperti membuat atau memperbaiki sepatu dan jarang membantu mengerjakan pekerjaan istrinya apabila tidak diminta. Hal tersebut dapat menyebabkan konflik peran bagi PKRT usaha mikro yaitu ada keinginan untuk mengurus rumahtangga tetapi di lain pihak ia juga menjalankan usaha mikronya.

Sebagian PKRT usaha mikro berkeinginan untuk melepaskan diri dari himpitan tersebut, tetapi tidak tega meninggalkan anak-anaknya karena sebagai penopang perekonomian keluarga, seorang PKRT bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan pendidikan anaknya. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Ibu LI (PKRT usaha mikro):

Kalau saya tidak ingat sama anak-anak saya, ingin saya pergi meninggalkan rumah kembali sama orang tua, karena saya capek dan bingung harus bagaimana mencari uang lagi. Suami menganggur dan sulit mencari kerja lagi karena sudah tua, sedangkan anak-anak memerlukan biaya sekolah.

Uraian tersebut menggambarkan bahwa seorang PKRT usaha mikro mengalami posisi tidak mengenakkan dan mengalami konflik peran, sehingga dapat menimbulkan stres karena terlalu lelah bekerja. Ia ingin menenangkan diri dan beristirahat dengan kembali ke orang tuanya, tetapi ia tidak tega meninggalkan anak-anaknya yang masih sekolah. Pilihan yang sulit tersebut menyebabkan seorang PKRT usaha mikro tetap bertahan menjalankan usahanya untuk membiayai kehidupan dan pendidikan bagi anak-anaknya agar mereka tidak mengalami nasib seperti dirinya dan bisa maju melebihi kehidupan orang tuanya.