• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Pembahasan

Seperti yang disebutkan di awal bab IV bahwa penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah pada bab I yaitu keterlaksanaan pembelajaran, penerimaan siswa dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode worked examples yang menekankan HOTS, maka untuk menjawab rumusan masalah tersebut peneliti akan membahasnya.

1. Keterlaksanaan Pembelajaran

Dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung oleh observer, menunjukkan bahwa presentase pembelajaran berdasarkan tahap – tahap pembelajaran yang telah dirancang sebesar 83 %.

Pembelajaran yang dilakukan dengan materi bentuk aljabar dilakukan selama 3 pertemuan. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode worked examples yang menekankan penanaman HOTS. Dari hasil pengamatan terkait tahap – tahap pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, dapat dilihat bahwa keterlaksanaan pembelajaran pada kriteria sangat tinggi.

Observasi pada pertemuan pertama yaitu pada pembelajaran tanggal 30 oktober 2018 yang dilakukan selama 2 jp.

Pada pembelajaran yang pertama materi yang disampaikan terkait dengan mengenal bentuk aljabar. Observasi pada pertemuan ini, dilakukan oleh satu observer. Dari hasil pengamatan dari awal sampai akhir pembelajaran pada pertemuan pertama, menunjukkan bahwa keterlaksanaan 75%. Dari presentase tersebut,menunjukan ada beberapa indikator yang belum tercapai selama pembelajaran. Misalnya, peneliti yang juga sebagai guru belum memberikan motivasi ( aspek 6), belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya (aspek 12), belum memberikan penguatan atas jawaban siswa ( aspek 13) dan belum mengajak siswa untuk merefleksikan pembelajaran (aspek 15) pada pertemuan pertama.

Observasi pada pertemuan kedua yaitu pada pembelajaran tanggal 2 november 2018 yang dilakukan selama 3 jp. Pembelajaran yang kedua ini membahas tentang penjumlahan dan pengurangan pada bentuk aljabar tetapi juga sedikit menyinggung sedikit materi tentang perkalian bentuk aljabar.Observasi juga hanya dilakukan oleh satu observer. Dari hasil pengamatan yang kedua ini ada peningkatanketerlaksanaan pembelajaran dengan presentase keterlaksanaan 87,5 %. Tetapi menurut observer masih ada yang belum dilaksanakan oleh peneliti antara lain masih belum memberikan motivasi (aspek 12) dalam pembelajaran dan belum memberi

kesempatan kepada siswa untuk memberikan kesan dan pesan (aspek 13) selama pembelajaran.

Observasi pada pertemuan ketiga yaitu pada pembelajaran tanggal 6 november 2018 yang dilakukan selama 2 jp dan merupakan observasi terakhir. Observasi dilakukan oleh satu observer. Dari hasil pengamatan yang terakhir ini, presentase keterlaksanaan sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu 87,5%. Ini menunjukkan belum semua tahap – tahap dalam pembelajaran terlaksana sesuai rencana dalam RPP atau ada beberapa aspek yang belum terlaksana. Dalam observasi yang ketiga ini, yang belum dilaksanakan oleh peneliti yaitu guru tidak memberikan penguatan atas jawaban siswa (aspek 13)dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan memberikan tanggapan (aspek 12) selama pembelajaran.

Dilihat juga dari tingkat keberhasilan secara keseluruhan, dikategorikan masih dalam kategori kurang. Tetapi untuk peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode worked examplesyang menekankan penanaman HOTS, setiap siswa mengalami peningkatan hasil belajar dan presentase peningkatan hasil belajar secara keseluruhan adalah 43,35%. Dilihat dari presentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 87,5% dan adanya peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan 43,35%, maka keterlaksanaan pembelajaran dalam kriteria sangat tinggi.

2. Penerimaan siswa

Berdasarkan analisis hasil wawancara dengan siswa, diperoleh tanggapan siswa, berhubungan dengan pembelajaran model kooperatif tipe STAD dan metode worked examples yang menekankan penanaman HOTS. Menurut hasil wawancara, siswa suka dan tidak bosan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD atau pembelajaran dengan sistem kelompok. Hal tersebut karena pembelajaran tidak hanya disampaikan guru tetapi dengan model kooperatif, siswa dapat belajar dengan teman.

Walaupun ada juga yang masih kesulitan dan kebingungan dengan materi yang diberikan, tidak membuat siswa bosan.

Pembelajaran yang dilakukan adalah dengan memberikan contoh soal dengan jawaban. Dari hasil wawancara siswa, siswa antusias dengan membaca dan memahami contoh soal dengan jawaban walaupun masih kebingungan. Ada juga salah satu siswa yang setelah diberikan contoh soal dengan jawaban, siswa tersebut tidak hanya membacanya saja tetapi siswa tersebut juga meminta soal yang belum ada jawabannya untuk dicoba dikerjakan dengan melihat contoh soal yang ada jawabannya. Jika ada yang tidak paham dalam contoh soal dengan jawaban, siswa saling bertanya dengan teman atau guru.

Setelah memberikan contoh soal dengan jawaban ke setiap siswa, pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi secara kelompok. Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa siswa suka dengan belajar secara berkelopok dan tidak mebuat bosan. Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan pendapat siswa yang menagatakan bahwa ikut terlibat

dalam kelompok saat mengerjakan soal. Tetapi disisi lain siswa masih kebingungan dan masih kesulitan dengan soal yang menekankan penanaman HOTS. Kesulitan dan kebingungan yang dialami siswa saat mengerjakan soal saat dalam kelompok juga sebanding dengan hasil belajar yang diterima siswa, bahwa sebagian besar belum tuntas atau hasil belajar belum memenuhi kriteria ketuntasan.

Dalam pembelajaran secara keseluruhan siswa juga berpendapat jika asih mengalami kesulitan dalam materi bentuk aljabar yang menekankan pada penanaman HOTS. Kesulitan tersebut seperti diungkapakan dalam wawancara, terutama dalam penjumlahan dan perkalian pada bentuk aljabar. Tetapi dalam menjawab soal, beberapa siswa sudah yakin dengan jawabannya, yaitu siswa S5 dan siswa S6, sehingga dilihat dari hasil post-test, untuk siswa S5 yang yakin dengan jawabannya ternyata siswa S5 juga memenuhi kriteria ketuntasan.

Dari hasil wawancara, disimpulkan bahwa siswa menerima pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dan metode worked examples yang menanamkan HOTS. Akan tetapi siswa masih kesulitan dalam menerima materi bentuk aljabar yang menekankan penanaman HOTS, sehinggadilihat dari hasil belajar masih banyak yang belum tuntas.

3. Hasil Belajar

Dari hasil pre-test dan post test menunjukkan bahwa hasil post-test lebih tinggi dari hasil pre-test tetapi untuk tingkat keberhasilan, hanya

belum ada siswa yang mencapai keberhasilan. Berdasarkan hasil pre-test dan post-pre-test dapat diketahui bahwa untuk hasil belajar siswa dikategorikan kurang karena presentase ketuntasan hanya 3,85%. Tetapi untuk rata – rata peningkatan hasil belajar siswa yaitu 43,35% yang dapat dilihat di tabel 4.8. Meskipun dari presentase ketuntasan hanya 3,85% tetapi setiap siswa mengalami peningkatan hasil belajar dengan pembelajaran model kooperatif tipe STAD dan metode worked examples yang menekankan penanaman HOTS.

Dapat dilihat pada tabel bahwa pada pre-test tidak ada siswa yang mencapai kategori tuntas. Sedangkan pada post-test hanya 1 siswa saja atau 3,85 % yang mencapai kategori tuntas dan yang belum mencapai standar ketuntasan sebanyak 25 siswa atau 96,15%.

Penyebab siswa yang tidak tuntas pada pre-test dikarenakan siswa masih kesulitan di soal yang diberikan karena belum terbiasa dengan soal tipe HOTS. Dalam soal nomor 1 pada pre-test siswa masih kebingungan dengan konsep setimbang pada timbangan. Sehingga siswa belum bisa memodelkan ke bentuk matematika. Pada soal nomor 2 soal terkait dengan keliling sebuah bangun datar yang dihubungkan dengan penjumlahan pada bentuk aljabar. Siswa ternyata masih belum memahami penjumlahan pada bentuk aljabar dan juga belum memahami konsep mencari keliling bangun datar sehingga masih terjadi banyak kesalahan. Pada soal nomor 3, terkait dengan penjumlahan bentuk aljabar. Kesulitan siswa dikarekanan masih belum

memahami maksud soal yang diminta untuk menghitung panjang rute, dan belum menguasai penjumlahan bentuk aljabar. Pada soal nomor 4, siswa tidak menjawab dikarenakan masih kebingungan dengan konsep luas bangun datar.

Sementara itu, dari hasil post-test hanya satu siswa yang mencapai tingkat keberhasilan. Dari hasil post-test menunjukkan masih 25 siswa masih belum mencapai tingkat keberhasilan dengan soal yang bertipe HOTS sebagai upaya untuk menanamkan HOTS ke setiap siswa.

Dilihat dari hasil penyelesaian siswa terkait dengan 4 soal post-test, pada soal nomer 1 masih banyak siswa yang kurang maksimal dalam pekerjaannya. Beberapa siswa sudah mulai dengan memodelkan ke bentuk matematika. Tetapi untuk langkah selanjutnya yang harus menghubungkan dengan konsep setimbang masih banyak siswa yang masih kebingungan. Pada soal nomor 2 dalam post-test, soal tidak jauh berbeda dengan pre-test yaitu tentang penjumlahan bentuk aljabar yang dihubungkan dengan konsep keliling bangun datar. Dilihat dari pekerjaan siswa, beberapa siswa sudah mulai menganalisis dengan membuat sketsa sehingga menemukan panjang sisi yang belum diketahui. Tetapi langkah selanjutnya yaitu menghubungkan dengan konsep keliling bangun datar dan dengan menjumlahkan panjang sisi – sisinya, kebanyakan jawaban siswa masih belum tepat. Pada soal nomor 3, berkaitan dengan perkalian pada bentuk aljabar yang dihubungkan dengan konsep luas bangun datar, sebagian besar siswa masih kesulitan.

Dilihat dari jawaban, siswa masih kesulitan dengan konsep luas bangun datar dan perkalian pada bentuk aljabar. Sehingga sebagian besar siswa tidak menjawab secara maksimal. Sedangkan pada soal nomor 4, berkaitan dengan penjumlahan pada bentuk aljabar, sebagian siswa juga masih kesulitan.

Maka dari itu, dari hasil post –test dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dengan medel pembelajaran kooperatif dan metode worked examples yang menekakankan penanaman HOTS siswa masih kurang karena sebagian besar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan.

Tetapi dari pre-test dan post-test dapat dilihat ada peningkatan untuk hasil belajarnya.

Meningkatnya HOTS (higher order thinking skill) siswa dilihat dari hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achivement divisions) dengan metode worked examples setara dengan hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Hal tersebut dibuktikan oleh Arifin (2016) yang menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran PBL, hasil belajar siswa dapat meningkat sebesar 86,67%. Peningkatan tersebut dihitung dari perbandingan hasil pre-test sebelum menggunakan PBL dan hasil post-pre-test setelah menggunakan PBL. Sementara, peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran STAD dengan metode worked examples sebesar 43,35%. Meningkatnya HOTS siswa juga dibuktikan oleh Suwarsi

(2018) yang menyatakan bahwa dengan membiasakan siswa berlatih soal HOTS melalui kartu soal dalam model pembelajaran PBL dapat meningkatkan HOTS siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa yang tuntas sebelum tindakan sebesar 56% dan setelah tindakan sebesar 88%.