• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 52-56)

AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 15 Penanggulangan Kemiskinan

19. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dan strategis dalam meningkatkan aktivitas ekonomi nasional, dan sekaligus mendorong pemerataan pendapatan yang lebih baik. Kegiatan UMKM dan koperasi yang tersebar luas di seluruh daerah berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sekitar lebih dari 85,4 juta tenaga kerja (96,2 persen dari jumlah tenaga kerja tahun 2006) bekerja pada

UMKM, dan menyumbang sekitar 53,3 persen dalam pembentukan PDB. Produktivitas per tenaga kerja UMKM pada tahun 2006 tetap menunjukkan kenaikan, yaitu sebesar 2,70 persen. Sementara itu, pada tahun yang sama, jumlah koperasi sebanyak 140 ribu unit dengan jumlah anggota mencapai sekitar 28 juta orang.

Untuk memfasilitasi terselenggaranya iklim usaha yang kondusif bagi kelangsungan usaha dan peningkatan kinerja UMKM, langkah pokok yang dilakukan, antara lain, adalah menyempurnakan peraturan perundangan untuk membangun landasan legalitas usaha yang kuat bagi UMKM serta menyederhanakan birokrasi dan perizinan. Sehubungan dengan itu, RUU tentang usaha mikro, kecil, dan menengah telah disusun sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. RUU UMKM tersebut saat ini dalam proses pembahasan bersama DPR RI. Bersamaan dengan itu, RUU tentang perkoperasian telah disusun sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan saat ini telah dilakukan pengharmonisasian dan sinkronisasi.

Berkaitan dengan perizinan, penelaahan telah dilakukan pada peraturan daerah yang menghambat pengembangan usaha kecil dan menengah serta koperasi. Hasil penelaahan merekomendasikan pembatalan terhadap 38 (tiga puluh delapan) perda karena mengenakan biaya pengurusan akta pendirian koperasi. Hal ini bertentangan dengan Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Untuk memberikan iklim berusaha yang kondusif, Inpres No.6 Tahun 2007 telah diterbitkan sebagai kebijakan untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Khusus kebijakan pemberdayaan UMKM meliputi aspek peningkatan akses kepada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahaan dan SDM, peningkatan peluang pasar, serta reformasi regulasi

Dalam rangka pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM, langkah-langkah dilakukan untuk mempermudah, memperlancar, dan memperluas akses UMKM kepada sumber daya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya lokal. Sistem pendukung yang dibangun di antaranya adalah perluasan sumber pembiayaan bagi koperasi dan

UMKM, termasuk peningkatan kualitas dan kapasitas atau jangkauan layanan koperasi simpan pinjam (KSP) dan unit simpan pinjam (USP) koperasi dan pengembangan penyedia jasa pengembangan usaha BDS-P/LPB (business development service provider/ lembaga pelayanan bisnis) bagi koperasi dan UMKM, termasuk yang dikelola oleh masyarakat dan dunia usaha serta pengembangan peningkatan pasar bagi produk koperasi dan UMKM, termasuk melalui kemitraan usaha.

Akses koperasi dan UMKM kepada sumber pembiayaan ditingkatkan melalui program penjaminan kredit, skim pendanaan komoditas dengan jaminan resi gudang, dan program penerbitan surat utang koperasi (SUK). Program penjaminan kredit koperasi dan UMKM dilaksanakan melalui kerja sama bank pelaksana yang ditunjuk untuk menyalurkan kredit dengan pola dana penjaminan kredit dan perusahaan penjamin. Kegiatan penjaminan dilaksanakan berdasarkan sistem risk sharing dalam penjaminan kredit. Jumlah dana penjaminan yang telah disediakan oleh APBN sampai dengan tahun 2007 sebesar Rp53,5 miliar yang telah disalurkan kepada 385 koperasi dan UMKM. Kegiatan penjaminan kredit akan berlanjut melalui penguatan lembaga penjaminan kredit yang ada sehingga lebih melembaga dan berkelanjutan. Skim pendanaan komoditas dengan jaminan resi gudang, yang diperkenalkan mulai tahun 2006 dan dilanjutkan pada tahun 2007, disalurkan untuk membiayai modal kerja koperasi dan UMKM. Resi gudang adalah dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. Sasaran program ini adalah petani, kelompok tani, koperasi, dan UKM lainnya. Jenis komoditas yang dapat dibiayai melalui skim pendanaan komoditas, antara lain, gabah, beras, jagung, gula pasir, kacang kedelai, pupuk, dan komoditas lain yang memenuhi persyaratan untuk memperoleh pendanaan komoditas.

Pemerintah juga telah memperkenalkan instrumen utang koperasi melalui penerbitan surat utang koperasi (SUK). Program penerbitan SUK dimaksudkan untuk membantu KSP/USP koperasi memenuhi kebutuhan likuiditas jangka panjang yang bersumber selain perbankan. Pada tahun 2006 Kementerian Negara Koperasi dan UKM telah mendorong penerbitan surat utang koperasi melalui

kegiatan penyediaan dana sekuritisasi aset dan program ini dilanjutkan pada tahun 2007. Surat utang koperasi menjadi sumber pinjaman modal koperasi berjangka menengah. Dengan adanya program ini, aliran kas koperasi dapat dikelola secara sehat. Koperasi yang telah difasilitasi oleh program ini dan berhasil menerbitkan surat utang koperasi sebanyak 4 koperasi yang tersebar di DKI Jakarta dan Jawa Tengah.

Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM dilaksanakan melalui langkah-langkah peningkatan penerapan dan kualitas kewirausahaan, baik wirausaha yang ada maupun calon- calon wirausaha baru. Untuk itu, program induk pengembangan kewirausahaan telah disusun beserta model pemberdayaan sumber daya manusia UKM dan pelaksanaan pelatihan kewirausahaan. Langkah-langkah itu diharapkan akan mendorong peningkatan jumlah wirausaha baru berbasis iptek.

Selanjutnya, peningkatan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha skala mikro di sektor informal ditempuh langkah-langkah pemberdayaan usaha mikro sebagai berikut: pengembangan usaha mikro, termasuk yang tradisional; penyediaan skim pembiayaan dan peningkatan kualitas layanan lembaga keuangan mikro; penyediaan insentif dan pembinaan usaha mikro; serta peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif bagi pengusaha mikro dan kecil.

Dalam rangka peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil dilakukan klasifikasi dan audit koperasi. Klasifikasi dilaksanakan secara komprehensif untuk memperoleh gambaran keragaan dan kualifikasi koperasi Indonesia, serta diharapkan menjadi bahan dan informasi untuk melakukan evaluasi terhadap perkembangan koperasi dan menetapkan kebijakan pengembangan koperasi ke depan. Pelaksanaan klasifikasi kepada 36.553 koperasi memperoleh hasil koperasi yang memiliki klasifikasi A sebanyak 4.504 koperasi

Untuk lebih memberdayakan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah akan dilakukan penyelesaian RUU tentang Koperasi,

RUU tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dan penjaminan kredit, termasuk produk perundangan turunannya; peningkatan program/kegiatan yang mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin, yaitu melalui perluasan jangkauan dan kapasitas pelayanan lembaga keuangan mikro (LKM) baik pola pembiayaan konvensional maupun pola bagi hasil/syariah, dan peningkatan kemampuan pengusaha mikro dalam aspek manajemen usaha dan teknis produksi; perluasan akses kepada sumber modal melalui pengembangan produk dan jasa pembiayaan bukan bank; peningkatan skim penjaminan kredit khususnya untuk mendukung kebutuhan modal investasi; dan penyusunan kebijakan dan strategi nasional pengembangan LKM yang menyeluruh, dan terpadu, termasuk penuntasan dan pengakuan status LKM tradisional yang berbentuk bukan bank dan bukan koperasi diikuti dengan skim pembinaannya; dan memasyarakatkan kewirausahaan dan mengembangkan sistem insentif bagi wirausaha baru, terutama yang berbasis iptek

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 52-56)