• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 94-98)

AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 15 Penanggulangan Kemiskinan

32. Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya menciptakan kesejahteraan rakyat, ketersediaan fasilitas dan layanan infrastruktur yang memadai baik kuantitas, kapasitas, kualitas, dan jangkauan, sangat diperlukan. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, pemerintah mengambil langkah-langkah percepatan pembangunan infrastruktur melalui reformasi sektor dan lintas sektor untuk memperbaiki iklim investasi dan transaksi proyek kerja sama antara pemerintah dan swasta (KPS). Pemerintah juga tetap melakukan penyediaan infrastruktur di daerah perdesaan, perbatasan, tertinggal, dan wilayah nonkomersial lainnya. Selain itu, fokus pembangunan infrastruktur di dua tahun terakhir juga diberikan kepada pemulihan kondisi infrastruktur yang rusak akibat bencana gempa, tanah longsor, banjir, dan semburan lumpur. Percepatan pembangunan infrastruktur meliputi sektor sumber daya air, transportasi, pos dan telematika, energi dan ketenagalistrikan, serta perumahan dan permukiman.

Untuk meningkatkan investasi swasta dalam penyediaan infrastruktur, pemerintah melakukan berbagai reformasi kebijakan, regulasi, dan kelembagaan yang mengedepankan prinsip-prinsip kemitraan yang adil, terbuka, transparan, kompetitif, dan saling menguntungkan. Pemerintah sudah menerbitkan paket kebijakan infrastruktur pada bulan Februari 2006 yang berisi rencana tindak reformasi. Selain itu, pemerintah juga sudah menerbitkan peraturan tentang kriteria kesiapan proyek, pedoman teknis pelaksanan proyek kps, mekanisme dan prosedur pemberian dukungan pemerintah, serta pengelolaan risiko atas dukungan yang diberikan pemerintah dalam proyek KPS.

Dari 10 proyek model KPS yang ditawarkan dalam indonesia

Infrastructure Conference and Exhibition 2006, 1 proyek (PLTGU Pasuruan) dalam tahap kajian tentang pasokan gas, 3 proyek (PLTU Jawa Tengah, Terminal Feri Margagiri-Ketapang, dan Air Minum Bandung) dalam tahap penyusunan kajian kelayakan, 2 proyek (Jalan

Tol Medan-Kuala Namu dan Pelabuhan Peti Kemas Teluk Lamong) dalam tahap review kajian kelayakan, 1 proyek (Jalan Tol Solo- Kertosono) menunggu penetapan dukungan pemerintah, 1 proyek (Air Minum Tangerang) dalam pelaksanaan pelelangan, dan 1 proyek (Jaringan Telekomunikasi Backbone Palapa Ring) dalam tahap persiapan konstruksi ring timur dan penyusunan model bisnis untuk ring barat. Sementara itu, proyek Air Minum Dumai saat ini menunggu penetapan modalitas proyek dari pemerintah daerah.

Di sektor sumber daya air, kebijakan pembangunan diarahkan pada pengendalian banjir, pengembalian tingkat layanan air baku untuk memenuhi standar minimal, pelaksanaan konservasi, dan pencapaian ketahanan pangan nasional. Beberapa hasil yang dicapai sepanjang tahun 2006 hingga bulan Juni 2007 adalah (1) peningkatan, rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan jaringan rawa; (2) penyiapan lahan beririgasi melalui kegiatan pencetakan sawah; (3) pengeboran sumur air tanah; (4) pembangunan dan rehabilitasi embung/bendung; (5) pemasangan dan pengoperasian flood forecasting and warning system di 6 wilayah sungai; dan (6) pembangunan serta operasi dan pemeliharaan waduk. Selain itu, untuk meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk perkumpulan petani pemakai air (P3A), maka program pemberdayaan semakin ditingkatkan. Koordinasi antarinstansi pemerintah di pusat dan daerah, serta antara pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya terus ditingkatkan.

Pembangunan di sektor transportasi difokuskan kepada pemenuhan standar pelayanan minimal, peningkatan daya saing sektor riil, peningkatan jangkauan layanan, dan peningkatan keselamatan transportasi. Hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan transportasi antara lain: (1) pemeliharaan jalan nasional sepanjang 30.684 km dan jembatan sepanjang 35.215 m, peningkatan jalan/jembatan pada lintas utama dan lintas strategis sepanjang 1.170 km dan penggantian jembatan sepanjang 8.902 m, serta pembangunan jalan baru sepanjang 625 km di kawasan perbatasan dan daerah terisolir; (2) peningkatan keselamatan transportasi melalui pengadaan peralatan lalu lintas angkutan jalan, pembangunan sistem telekomunikasi maritim, pengerukan alur sungai, pemeliharaan kedalaman alur pelayaran, serta pemasangan

peralatan pendaratan pesawat dan perangkat navigasi penerbangan; (3) lanjutan pembangunan jembatan Suramadu; (4) persiapan pembangunan mass rapid transit tahap I Lebak Bulus-Dukuh Atas; (5) lanjutan pembangunan jalur ganda jalan kereta api segmen III pada lintas Cikampek-Cirebon, lintas Yogyakarta-Kutoarjo, dan penyelesaian pembangunan jalur ganda lintas Tanah Abang-Serpong; (6) penambahan jalan tol yang sudah beroperasi menjadi 26 ruas; (7) lanjutan pembangunan jalan kereta api akses pelabuhan Tanjung Priok-Pasoso/JICT; (8) telah selesainya pembangunan bandara internasional Juanda-Surabaya; (9) penambahan 6 bandar udara untuk penerbangan umum; (10) pemberian subsidi operasional transportasi perintis darat, laut, udara, serta pemberian public service obligation (PSO) untuk angkutan kelas ekonomi perkeretaapian dan angkutan laut dalam negeri; (11) pembangunan automatic identification ship system di 5 pelabuhan; (12) pemasangan peralatan keamanan seperti x-ray untuk penumpang dan kargo; dan (13) melanjutkan proses revisi peraturan perundang-undangan sektor transportasi.

Sementara itu, kebijakan pembangunan di sektor pos dan telematika diarahkan kepada pelaksanaan reformasi sektor, penyediaan infrastruktur termasuk di wilayah nonkomersial, dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hasil- hasil yang dicapai antara lain: (1) penerbitan berbagai peraturan pelaksana kompetisi seperti interkoneksi, tata cara penetapan tarif awal dan tarif perubahan jasa telepon dasar, dan tata cara penyesuaian ijin penyelenggaraan penyiaran; (2) penyelenggaraan jaringan bergerak seluler generasi ketiga; (3) penataan ulang spektrum frekuensi; (4) persiapan pemilihan penyelenggara dalam rangka penyediaan jasa akses telekomunikasi di 18.000 desa (program universal service obligation); (5) pengakhiran duopoli dalam penyelenggaraan telekomunikasi sambungan tetap; (6) pembangunan pusat informasi masyarakat dan warung masyarakat informasi melalui program community access point masing-masing di 50 lokasi; (7) penyediaan infrastruktur penyiaran televisi dan radio di wilayah blank spot dan perbatasan; (8) peningkatan e-literasi masyarakat; dan pembahasan RUU Informasi dan Transaksi Elektronik.

Di sektor infrastruktur energi, pembangunan difokuskan kepada kebijakan diversifikasi energi untuk optimasi komposisi penggunaan energi (energy mix) indonesia melalui pengembangan infrastruktur untuk memproduksi dan menyalurkan energi terutama gas alam, panas bumi, dan batu bara. Hasil-hasil yang dicapai antara lain: (1) pembangunan pipa transmisi gas bumi Sumatera Selatan – Jawa barat tahap I dan tahap II dengan total investasi USD 1.508 juta yang akan diselesaikan dalam bulan september tahun ini dan kapasitas total pipa mampu mengalirkan gas sebanyak 650–1050 MMSCFD; (2) pengembangan wilayah distribusi gas bumi di Jawa Bagian Barat melalui domestic gas market development project

dengan total investasi sebesar USD 80 juta; (3) pelaksanaan program percepatan substitusi bahan bakar minyak (BBM) dengan memanfaatkan liquefied petroleum gas (LPG) dan briket batu bara untuk sektor rumah tangga dan bahan bakar gas (BBG) untuk sektor transportasi; dan (4) pembangunan beberapa infrastruktur energi lainnya seperti terminal transit utama Balongan dan pembangunan depot BBM Cikampek.

Untuk sektor ketenagalistrikan, pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kapasitas, kehandalan, efisiensi, dan perluasan sistem ketenagalistrikan nasional serta diversifikasi melalui pemanfaatan energi nonBBM untuk pembangkit listrik terutama energi terbarukan (panas bumi, surya, mikro hidro, dan bayu). Hasil-hasil pembangunan yang dicapai di antaranya adalah: (1) pembangunan listrik perdesaan yang terdiri dari 2.122 unit gardu distribusi 109.471 KVA, jaringan tegangan menengah (JTM) 2.909 kms, jaringan tegangan rendah (JTR) 3.643 KMS, 29.144 unit PLTS Tersebar, 14 unit pltmh 814 KW, 5 unit PLTB 400 KW, 89 unit PLTD 45.892 KW; penyelesaian pembangunan pembangkit tenaga listrik PLTU Tanjung Jati B (2 x 660 MW), PLTU Cilegon (2 x 240 MW dan 1 x 270 MW), PLTU Cilacap (2 x 300 MW), PLTA Musi (3 x 70 MW), PLTA Sipansihaporas (1 x 33 MW dan 1 x 17 MW), PLTA Renun (2 x 41 MW), PLTA Bili-bili (1 x 6 MW dan 1 x 14 MW), PLTA Wonorejo (6,3 MW); dan pengembangan sistem interkoneksi Jawa- Madura-Bali dan Sumatera.

Di sektor perumahan dan permukiman, kebijakan pembangunan diarahkan kepada penyediaan hunian (sewa dan milik)

bagi masyarakat berpendapatan rendah, meningkatkan kemampuan masyarakat berpendapatan rendah untuk mendapatkan akses terhadap hunian yang layak, peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang pentingnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, serta peningkatan kinerja pelayanan air minum, air limbah, persampahan dan drainase. Beberapa hasil yang dicapai adalah (a) pemberian fasilitas bantuan subsidi KPR RSH serta subsidi kredit mikro bagi pembangunan dan perbaikan rumah secara swadaya (KPRS mikro bersubsidi) bagi masyarakat berpendapatan rendah sebanyak 161.277 unit; (b) pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) bagi masyarakat berpendapatan rendah; (c) fasilitasi dan stimulasi pembangunan/perbaikan rumah yang bertumpu pada keswadayaan masyarakat; (d) penyediaan prasarana dan sarana dasar untuk RSH/S dan rumah susun; (e) pembangunan kawasan kumuh dan nelayan berupa penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP); (f) pembangunan infrastruktur permukiman kawasan terpencil/pulau kecil/terluar di 11 Provinsi; (g) fasilitasi dan stimulasi penyediaan prasarana dasar; (h) pembangunan infrastruktur permukiman 12 kawasan perbatasan; (i) dukungan kawasan perumahan bagi PNS/TNI/Polri-Pekerja; (j) pembangunan kawasan agropolitan; (k) pembangunan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D); (l) pembangunan infrastruktur perdesaan tertinggal; (m) penataan dan perbaikan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan; (n) penataan bangunan dan lingkungan (PBL); (o) penataan revitalisasi kawasan; (p) penataan 6 kasiba/lisiba BS (kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun berdiri sendiri) seluas 1.000 ha dan 2 kawasan khusus seluas 90 ha; (q) pembangunan infrastruktur permukiman kota berupa penyediaan air minum; (r) kegiatan air minum perdesaan; (s) penanganan air limbah; (t) pengelolaan persampahan; serta (u) pembangunan drainase.

33. Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Wilayah Provinsi

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 94-98)