• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : KEDUDUKAN ALAT BUKTI TERDAKWA DALAM PEMBUKTIAN

C. Pembuktian Terbalik Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang

Sistem pembuktian terbalik dapatdipahami sebagai bagian untuk mencegahdan memberantas tindak pidana pencucianuang, mengingat dua hal penting yang dapatditimbulkan yaitu merugikan masyarakat dantingkat kompleksitas modus operandi yangdilakukan, sehingga sistem pembuktian terbaliksangat dibutuhkan oleh karena kejahatan initergolong rumit, terlebih jika dilakukan secara berlanjut (following up crime) yang bersumberdari kejahatan asal (predicate offense atau corecrime).147

Bahwa sebagaimanahalnya Undang-Undang No. 8 Tahun 2010tentang Pencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang sebagai lex specialistdari KUHAP, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juga mengatur tentangsistem pembuktian terbalik. Hal ini sebagaimanaketentuan Pasal 98 yang menyebutkan: “Hakim berwenang meminta terdakwamembuktikan bahwa seluruh harta kekayaandan harta benda istri, suami, anak, dan setiaporang atau korporasi bukan berasal darihasil tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika yang dilakukan terdakwa”.

Apabila terdakwa tidak dapat membuktikanharta kekayaan yang disita oleh penyidikmerupakan harta yang diperoleh secara sah bukandari kejahatan Narkotika, maka mengacu padaketentuan Pasal 101 ayat (3) UU Narkotika harta kekayaannyatersebut dapat dirampas untuk negara dalamputusan pengadilan. Di

147Romli Atmasasmita dan Yeni Ganarsih dalam Andri Banjar, “Pembuktian Terbalik Terhadap Perampasan Aset Dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Kejahatan Narkotika”, Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol. V No. 1, Januari-Juni 2017, hlm. 60-61.

samping itu Terdakwa juga dapat dikenakan Pasal137 huruf a atau b UU Narkotika di samping predicate crime yangtelah dilakukannya.

Terdakwa dibebankan untuk membuktikanasal-usul harta kekayaan yang dimilikinya, hal inidapat dianggap sebagai suatu penyimpangandari asas pembuktian yang dianut oleh KUHAPdisamping berubahnya paradigma dari asaspraduga tak bersalah (presumption of innocent)menjadi asas praduga bersalah (presumptionof guit). Melalui proses pembuktian ini dapatditentukan seorang terdakwa untuk dibebaskan(vrijspraak), dilepaskan dari segala tuntutanhukum (onslag van alle rechtsvervolging),atau dipidana.148Hal ini hanya didasarkan padakemampuan Terdakwa dalam membuktikanasal-usul harta kekayaan yang dimilikinya.

JikaTerdakwa tidak dapat membuktikannya, makaharta kekayaannya tersebut dapat dirampasuntuk negara.

Mengacu pada hal tersebut maka terdapat perbedaan mengenai pembuktianterbalik yang diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang PencegahandanPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang(kewajiban Terdakwa) dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (dapatdilaksanakan atas perintah hakim). Dalampenerapannya pada praktik penegakan hukum, terdapat adanya keraguan,bahkan jarang sekali dalam proses pembuktiandi sidang pengadilan diterapkan pembuktianterbalik dalam tindak pidana pencucian uangdari hasil kejahatan narkotika baik kewajibanterdakwa untuk membuktikan ataupun dengankewenangan hakim memerintahkan terdakwauntuk membuktikan harta

148Elwi Danil, Korupsi, Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya, (Jakarta : Rajawali Press, 2012), hlm. 193.

kekayaan atau hartabenda tidak ada hubungannya atau bukan hasiltindak pidana, sehingga dalam proses pembuktiandisidang pengadilan tetap kewajiban PenuntutUmum untuk membuktikan dengan mengajukanalat bukti yang sah dan meyakinkan hakim bahwaharta kekayaan dan harta benda yang disitamerupakan ada hubungan atau hasil dari tindakpidana.149

Hal ini dapat dilihat dalam putusan pengadilanterhadap kasus tindak pidana narkotika yanguangnya disamarkan asal-usul harta kekayaanatau harta bendanya yang merupakan tindakpidana pencucian uang diantaranya kasuspelakunya suami-istri yang melakukan tindakpidana narkotika dan pencucian uang atas nama Terpidana Surjadi Widjaja alias Ricky (Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No.

319/PID/SUS/2013/PT.Bdg) dan Terpidana Tjoe Mei Lan (Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 320/PID. SUS/2013/PT. BDG) yang didakwa dengan Undang-Undang No. 8 Tahun2010 tentang Pencegahandan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang, juga didakwadengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009tentang Narkotika. Sedangkan, kasus tindakpidana pencucian uang yang tersendiri dimanapelaku melakukan tindak pidana pencucian uangyang diterimanya dari hasil kejahatan narkotikaagar harta kekayaan atau harta benda menjadilegal seperti perkara atas nama Terdakwa Rusmaliana als Rosa binti Jahudin (PutusanPengadilan Tinggi Pekanbaru No. 269/PID.SUS/2012/PTR tanggal 29 Januari 2013) yangdidakwa melakukan tindak pidana pencucianuang sebagaimana diatur dalam UU Narkotika dan UU TPPU.150

149Andri Banjar, Op.cit., hlm. 61.

150Ibid.

Mengenai kewenangan penyidikan, Pasal74Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang menyebutkan bahwapenyelesaian tindak pidana pencucian uangdapat dilakukan oleh penyidik tindak pidanaasal, artinya apabila penyidik tindak pidana asalmenemukan indikasi tindak pencucian pencucianyang didasarkan pada 2 (dua) alat bukti yang sahmaka penyidik dapat menggabungkan prosespenyidikan tindak pidana asal dan tindak pidanapencucian uang. Sementara itu dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotikahanya mengatur kewenangan Penyidik KepolisianNegara Republik Indonesia dan penyidik BNNterhadap penyidikan perkara penyalahgunaan danperedaran gelap Narkotika/Prekursor Narkotika (vide : Pasal 81). Padahal selain kwalifikasi tindak pidana tersebut, dalam Pasal 137 UU Narkotika juga diaturtentang tindak pidana pencucian uang hasilkejahatan Narkotika, namun tidak terdapat normayang menyebutkan kewenangan untuk menyidikperkara pencucian uang hasil kejahatan Narkotika.Hanya saja pada Pasal 2 ayat (1) huruf c UU TPPU disebutkan kejahatan Narkotika sebagaisalah satu tindak pidana asal.151

Sehubungan dengan itu pakar hukum YentiGarnasih menilai bahwa penerapan TindakPidana Pencucian Uang dalam perkara narkotikabelum efektif sebabtidak semua bandar narkotikadikenakan TPPU. Indonesia baru dinyatakanbebas dari pencucian uang dalam lingkuppendanaan terorisme oleh Financial Action TaskForce (FATF) di Paris pada tanggal 24 Februari2015. Sedangkan kejahatan luar biasa lainnyayaitu narkotika, Indonesia masih tergolong rawanpencucian uang dalam skala

151Ibid., hlm. 61-62.

internasional.152 Tentunya setiappelaku tindak pidana Narkotika akan berusahamenyembunyikan atau menyamarkan asal-usulharta kekayaannya dengan berbagai cara agarsulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum,sehingga dapat dengan leluasa memanfaatkanharta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yangsah maupun yang tidak sah. Untuk itu diperlukanaturan hukum yang baik untuk mewujudkankepastian hukum berdasarkan pembuktian secaraformil sehingga dapat terwujud tujuan hukumnyaberupa keadilandan kemanfaatan hukum yangproporsional dan seimbang.

Adapun sistem pembuktian terbalik TPPU terhadap hasil tindak pidana narkoba dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2

Sistem Pembuktian Terbalik TPPU Terhadap Hasil Tindak Pidana Narkotika

Sumber : Andri Banjar, “Pembuktian Terbalik Terhadap Perampasan Aset Dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Kejahatan Narkotika”, Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol. V No. 1, Januari-Juni 2017, hlm. 63.

152Yeni Ganarsih dalam Andri Banjar, Op.cit., hlm. 62.

PEMBUKTIAN TERBALIK TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DALAM KASUS NARKOTIKA

Konsep pembuktian terbalik, baikberdasarkan Pasal 98 Undang-Undang No.

35Tahun 2009 tentang Tindak Pidana Narkotikamaupun Pasal 77 UU TPPU, pada dasarnya sama atau sebanding.Hanya saja UU TPPU memiliki sarana yang cukup lengkapseperti pengaturan mengenai PPATK danlainnya.153

Proses Penanganan Harta KekayaanDalam Tindak Pidana Pencucian Uangdilakukan melalui permohonan berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung RI No.

01 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyelesaian PermohonanPenanganan Harta Kekayaan Dalam TindakPidana Pencucian Uang Atau Tindak PidanaLain.

Permohonan penanganan hartakekayaan diajukan oleh Penyidik dalam halyang diduga sebagai pelaku tindak pidanatidak diternukan sebagaimana dimaksuddalam UU TPPU.154

Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset terdapat 2(dua) bentuk perampasan aset, yakni : Pertama, perampasan In Rem adalahtindakan negara mengambil alih aset melaluiputusan pengadilan dalam perkara perdataberdasarkan bukti-bukti yang lebih kuatbahwa aset tersebut yang diduga berasaldari tindak pidana atau digunakan untuktindak pidana.Kedua, perampasan pidana adalah tindakan negara menuntut mengambilalih aset melalui putusan pengadilan dalamperkara pidana sebagaimana yang diaturdalam Pasal 35 ayat (1) perampasan pidanadilakukan terhadap barang yang terkaitlangsung dengan tindak pidana dan dijadikansebagai barang bukti di dalam berkas perkaradan ayat (2) mengatur tata cara

153Andri Banjar, Op.cit., hlm. 63.

154Ibid., hlm. 63.

perampasanpidana dilakukan menurut tata cara yangdiatur di dalam hukum acara pidana.155

Pasal 44 Peraturan Pemerintah RI No. 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 35Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakanbahwa, aset Tindak Pidana berdasarkanputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetapdinyatakan dirampasuntuk negara. Tata cara pengurusan,pengelolaan, dan penggunaan Aset TindakPidana dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.156

Mekanisme kordinasi antara penyidikdan penuntut umum dalam perampasan asettindak pidana pencucian uang pada kasusnarkotika terbagi kedalam 4 (empat) fase, yaitu : pelacakan aset, pembekuan aset, penyitaandan perampasan. Koordinasi pelacakandilakukan oleh BNN, Penyidik Polri, PPATKdalam hal ini penyidik melakukan pelacakanatas aset aset hasil tindak pidana narkotikamelalui PPATK.

Paska pelacakan makaapabila ditemukan asetnya akan dilakukanpembekuan. Dalam hal ini dilakukan kordinasiBNN, Penyidik Polri, PPATK, Bank/instansikeuangan.

Setelah dilakukan pembekuanmaka dilakukan penyitaan sebagaimanaUndang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentangNarkotika dan KUHAP mengatur yang bolehmelakukan penyitaan adalah BNN, PenyidikPolri, Penyidik PPNS. Mekanisme terakhiradalah perampasan. Aset yang diduga tindakpidana pencucian uang kasus narkotikadilakukan penuntutan ke persidangan. Melaluipembuktian terbalik, hakim akan memeriksaharta tersebut apakah hasil tindak pidanaatau bukan. Seluruh harta

155Ibid., hlm. 63-64.

156Ibid., hlm. 64.

kekayaan atauharta benda yang merupakan hasil tindakpidana Narkotika dan Prekursor Narkotikadan tindak pidana pencucian uang dari tindakpidana Narkotika dan Prekursor Narkotikaberdasarkan putusan pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap dirampasuntuk negara.157

D. Kedudukan Alat Bukti Yang Diajukan Terdakwa Dalam Pembuktian