• Tidak ada hasil yang ditemukan

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman caisin dilakukan setelah tanaman caisin sudah berumur 14-20 HST. Pemeliharaan dilakukan selama masa pertumbuhan hingga masa panen habis. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian, pemeliharaan tanaman caisin meliputi, penyulaman, penyiangan, penyiraman/pengairan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.

a. Penyulaman

Kegiatan penyulaman dilakukan melalui pengamatan pada pertumbuhan setiap tanaman yang rusak ataupun mati. Tidak semua benih yang ditanam pada lubang tanam atau larikan tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman. Sehingga

10Mas Pary. Mengapa Petani Kita Selalu Menggunakan Urea Pada Tanaman.

http://www.gerbangpertanian.com/2010/05/mengapa-petani-kita-selalu-menggunakan.html. [26 Juli 2011]

terdapat kegiatan penyulaman pada tanaman yang tidak tumbuh ataupun mati dengan memilih dan memindahkan satu pohon caisin pada lubang tanam yang memiliki lebih dari satu pohon yang tumbuh ke lubang tanam yang kosong. Pemindahan atau penyulaman ini dilakukan ketika tanaman caisin sudah berumur 20 HST.

b. Penyiangan

Kegiatan penyiangan dilakukan dengan membersihkan lahan sekitar tumbuhnya tanaman caisin, yaitu dengan memotong dan mencabut rumput atau tanaman liar yang akan menyerap unsur hara tanah dan menjadi tempat berkembang biaknya hama ulat (Wahyudi 2010). Umumnya kegiatan penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyulaman dengan tujuan agar dapat menghemat biaya tenaga kerja. Jadi, penyiangan dapat dilakukan ketika tanaman sudah berumur 20 HST.

c. Penyiraman/pengairan

Kegiatan penyiraman atau pengairan umumnya dilakukan para petani responden ketika musim kemarau ataupun intensitas hujan yang jarang terjadi, sekitar hanya 1-2 minggu sekali. Petani responden yang menanam pada lahan sawah atau dekat dengan lahan persawahan biasanya lebih jarang melakukan penyiraman karena adanya resapan air pada tanah sehingga tanah menjadi lebih lembab. Sedangkan pada lahan tanam di daerah pegunungan lebih membutuhkan kegiatan penyiraman karena letaknya yang tinggi dan keadaan tanah yang lebih kering ketika terkena sinar matahari. Intensitas penyiraman yang dilakukan petani responden umumnya seminggu tiga kali. Sumber air yang digunakan petani untuk kegitan penyiraman ini berasal dari selokan air atau parit yang dialirkan menggunakan selang ke selokan bedengan sehingga air akan mudah meresap ke tanah.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut Wahyudi (2010), hama dan penyakit yang umumnya menyerang tanaman caisin, yaitu hama ulat tanah, berbagai jenis ulat daun, penyakit busuk daun, dan penyakit akar gada. Pengendalian hama ulat dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida untuk mencegah hama dan menggunakan insektisida untuk memberantas hama. Sedangkan penyakit pada caisin dapat dicegah dengan

cara melakukan penyiangan secara teratur dan melakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai hidup fungi. Sama halnya dengan kondisi yang terjadi di lapangan bahwa hama yang sering menyerang tanaman caisin adalah ulat tanah, ulat daun, dan kutu loncat.

Gambar 12. Hama Kutu Loncat yang Menyerang Tanaman Caisin di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

Sementara itu, penyakit yang sering menyerang adalah penyakit busuk daun yang disebabkan cuaca antara hujan dan panas yang terjadi secara bergantian dalam satu hari serta terjadinya penyakit akar gada yang ditunjukkan dengan perakaran yang membengkak seperti benjolan sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Sedangkan adanya serangan ulat daun umumnya mengakibatkan daun menjadi berlubang (Gambar 13). Jika populasi ulat daun semakin meningkat maka daun tidak hanya akan berlubang, tetapi akan habis dan hanya tersisa batang caisin.

Gambar 13. Kerusakan (Berlubang) Daun Caisin Akibat Adanya Serangan Ulat Daun pada Usahatani Caisin di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

Untuk memberantas hama ulat dan kutu loncat, para petani responden menggunakan insektisida, seperti curachron, kardan, lanet, ataupun decis.

Sedangkan untuk fungisida, petani responden menggunakan jenis fungisida antrakol. Penyemprotan pestisida ini dilakukan ketika tanaman caisin sudah berumur 5-10 HST. Banyaknya kegiatan penyemprotan tergantung banyaknya hama yang menyerang, namun rata-rata petani responden melakukan penyemprotan sebanyak 4-6 kali dalam satu periode tanam dengan waktu penyemprotan seminggu sekali. Namun, jika kondisi populasi hama tinggi maka penyemprotan dilakukan 3-4 hari sekali. Dalam satu kali penyemprotan petani responden menggunakan sprayer yang berukuran 14 liter, dengan takaran untuk pestisida cair seperti curachron dan decis, yaitu satu tutup botol obat tersebut, sedangkan untuk pestisida padat seperti antrakol, kardan, dan lanet umumnya petani responden menggunakan takaran satu sendok makan per jenis obat tersebut. Obat-obat yang sudah ditakar ini kemudian dicampur dengan air sebanyak 14 liter serta ditambahkan pupuk daun, yaitu gandasil D, dengan takaran satu sendok makan. Pupuk daun ini berfungsi untuk menambah warna hijau daun pada tanaman sehingga daun akan lebih terlihat segar.

5. Panen

Waktu panen yang dilakukan oleh petani responden umumnya berkisar 33- 40 HST. Pada kondisi petani responden di lapangan dalam satu periode tanam, petani akan melakukan 2-3 kali panen atau pemotongan tanaman di setiap satu pohon tanaman caisin, dalam jeda waktu antara panen sekitar 10-14 hari. Waktu panen biasanya dilakukan petani responden pada pagi hari, sekitar pukul 08.00. Hasil panen rata-rata para petani responden per periode tanam per hektar pada musim hujan adalah sebanyak 18.068,50 kilogram, sedangkan pada musim kemarau adalah sebanyak 12.640,51 kilogram. Perbedaan jumlah panen ini tentunya disebabkan perbedaan musim. Tanaman caisin akan lebih baik pertumbuhannya pada musim hujan sehingga akan menghasilkan output yang lebih tinggi, sedangkan pada musim kemarau tanaman akan mudah terserang hama dan penyakit sehingga cenderung akan mengurangi hasil panen sekitar 10- 50 persen dari panen optimalnya. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan pisau atau sabit dengan memotong batang bagian bawah sekitar 3-5 centimeter diatas batang terbawahnya, sehingga tetap meninggalkan sisa untuk pertumbuhan

selanjutnya. Hasil panen usahatani caisin petani responden di Desa Citapen dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Hasil Panen Usahatani Caisin di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

5.4.2 Penggunaan Sarana Produksi Caisin

Sarana produksi merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan usahatani untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Sarana produksi yang digunakan petani caisin di Kelompok Tani Pondok Menteng terdiri dari lahan, benih, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, pestisida cair, pestisida padat, pupuk daun, tenaga kerja, dan peralatan usahatani.