• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIN

1) Penerimaan Usahatani Caisin

Penerimaan usahatani caisin dihitung berdasarkan rata-rata luasan lahan para petani responden yang dikonversi per hektar dalam satu periode tanam. Satu periode tanam dalam usahatani caisin rata-rata selama dua bulan dengan waktu pemanenan 2-3 kali panen dalam satu periode tanam. Penerimaan usahatani yang diperhitungkan terdiri dari penerimaan pada saat musim hujan dan musim kemarau. Harga jual caisin yang digunakan merupakan harga jual rata-rata dari 35 petani responden. Perbedaan harga ini disebabkan karena harga jual caisin di pasaran dapat berubah setiap harinya. Jadi, harga jual rata-rata caisin adalah sebesar Rp 1.627,86 per kilogram.

Perhitungan penerimaan usahatani caisin terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai merupakan penerimaan atas hasil produksi yang dijual ke pasaran, sedangkan penerimaan yang diperhitungkan merupakan penerimaan atas hasil produksi yang dikonsumsi sendiri, dengan rata- rata konsumsi sebesar 0,5 persen dari total hasil produksi selama satu periode tanam. Hasil penerimaan usahatani caisin dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Rata-rata Penerimaan Usahatani Caisin per Hektar per Periode Tanam pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

Komponen Musim Hujan

(Rp) Musim Kemarau (Rp) Penerimaan Tunai 29.265.869,14 20.474.064,34 Penerimaan yang Diperhitungkan 147.064,67 102.884,75 Penerimaan Total 29.412.933,80 20.576.949,08

Pada musim hujan, jumlah total hasil produksi yang dihasilkan petani responden rata-rata sebanyak 18.068,50 kilogram, sedangkan pada musim kemarau, jumlah total hasil produksi yang dihasilkan petani responden rata-rata sebanyak 12.640,51 kilogram. Sehingga penerimaan total usahatani yang diperoleh dengan mengalikan antara jumlah total hasil produksi dengan harga jual rata-rata, yaitu pada musim hujan sebesar Rp 29.412.933,80, sedangkan pada musim kemarau sebesar Rp 20.576.949,08. Adanya perbedaan jumlah total hasil produksi antara musim hujan dan kemarau ini dikarenakan pada musim kemarau tanaman caisin lebih rentan terhadap penyakit dan populasi hama meningkat karena cuaca yang panas dan kering. Risiko produksi pada musim kemarau tergolong lebih tinggi karena dapat menurunkan jumlah produksi caisin. Rendahnya jumlah produksi yang dihasilkan menyebabkan penerimaan total usahatani menjadi lebih rendah pada musim kemarau.

2) Biaya Usahatani Caisin

Biaya usahatani caisin terdiri dari dua komponen, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Dalam usahatani caisin, biaya tunai terdiri dari biaya pembelian benih, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, pestisida cair, pestisida padat, pupuk daun, tenaga kerja luas keluarga (TKLK), sewa lahan bagi petani responden yang menyewa lahan, dan pajak dari lahan milik sendiri. Sedangkan biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), biaya sewa lahan untuk lahan bagi hasil dan lahan penggarap (pengelola), dan biaya penyusutan peralatan. Perhitungan biaya usahatani caisin dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Rata-Rata Biaya Usahatani Caisin per Hektar per Periode Tanam pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

No Komponen Musim Hujan (Rp) Musim Kemarau (Rp) A. Biaya Tunai 1. Benih 283.947,45 283.947,45 2. Pupuk kandang 1.322.922,14 1.322.922,14 3. Kapur 291.702,46 291.702,46 4. Pupuk urea 911.383,56 961.370,09 5. Pestisida cair 442.854,99 583.160,96 6. Pestisida padat 734.331,99 1.210.490,02 7. Pupuk daun 255.049,50 255.049,50

8. Tenaga Kerja Luar Keluarga

(TKLK) 4.473.984,43 4.473.984,43

9. Sewa Lahan 1.144.531,25 1.144.531,25

10. Pajak lahan 90.277,78 90.277,78

Total Biaya Tunai 10.235.250,99 10.617.436,07

B. Biaya yang Diperhitungkan 1. Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (TKDK) 2.020.926,74 2.020.926,74

2. Sewa Lahan Diperhitungkan 1.788.333,33 1.788.333,33

3. Penyusutan Peralatan 22.954,72 22.954,72

Total Biaya yang Diperhitungkan 3.832.214,80 3.832.214,80

Jumlah Total Biaya 14.067.465,79 14.449.650,87

Biaya usahatani caisin petani respoden di Kelompok Tani Pondok Menteng terdiri dari perhitungan biaya usahatani caisin pada musim hujan dan biaya usahatani caisin pada musim kemarau. Hal ini untuk melihat adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan petani respoden terkait perbedaan musim tanam, yakni kegiatan usahatani caisin pada musim hujan dan pada musim kemarau. Tabel 22 menunjukkan bahwa total biaya usahatani yang dikeluarkan petani pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan biaya usahatani pada musim hujan. Perbedaan jumlah biaya total yang dikeluarkan petani tersebut

terletak pada biaya tunai, dimana penggunaan beberapa input atau sarana produksi, yaitu pupuk urea, pestisida cair, dan pestisida padat pada musim kemarau lebih banyak daripada musim hujan sehingga biaya yang dikeluarkan petani menjadi lebih besar. Kondisi kemarau yang kering dan cuaca panas yang terik menyebabkan populasi hama dan penyakit meningkat, sehingga kebutuhan akan pupuk urea, pestisida cair, dan pestisida padat menjadi lebih tinggi. Pada akhirnya petani harus rela mengeluarkan biaya usahatani yang lebih tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan ketiga input tersebut sesuai kebutuhannya.

Biaya pupuk urea yang dikeluarkan petani pada musim kemarau sebesar Rp 961.370,09, sedangkan pada musim hujan biaya pupuk urea sebesar Rp 911.383,56. Selisih kedua biaya ini tidak terlalu signifikan, yakni hanya sebesar Rp 49.986,53 dibandingkan perbedaan biaya pada komponen pestisida cair dan pestisida padat. Biaya pestisida cair yang dikeluarkan pada musim kemarau sebesar Rp 583.160,96, sedangkan pada musim hujan sebesar Rp 442.854,99, sehingga selisih antara kedua biaya ini sebesar Rp 140.305,97. Sementara itu, untuk biaya pestisida padat yang dikeluarkan pada musim kemarau sebesar Rp 1.210.490,02, sedangkan pada musim hujan sebesar Rp 734.331,99, sehingga selisih antara kedua biaya ini sebesar Rp 476.158,03. Berdasarkan perhitungan selisih biaya ketiga input tersebut, kebutuhan pestisida padat menjadi input yang sangat dipengaruhi oleh musim tanam karena pada musim kemarau biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih tinggi. Pestisida padat ini berfungsi untuk mencegah dan memberantas hama dan penyakit yang meningkat pada musim kemarau.

Pada komponen biaya tunai, biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani karena telah menyewa tanah milik oranglain untuk digunakan sebagai lahan usahanya. Terdapat 16 orang petani responden dengan status lahan sewa dan besarnya sewa lahan masing-masing petani responden berbeda-beda sehingga setelah dirata-ratakan menghasilkan biaya sewa sebesar Rp 1.144.531,25 per hektar per periode tanam. Kemudian biaya pajak merupakan pajak yang dikenakan oleh petani responden yang menggunakan lahan milik sendiri, besarnya biaya pajak tersebut antar petani respoden berbeda-beda tergantung berapa lama masa tanam caisin petani tersebut dalam satu periode

tanam, sehingga setelah dirata-ratakan menghasilkan pajak sebesar Rp 90.277,78 per hektar per periode tanam.

Pada komponen biaya yang diperhitungkan, biaya sewa lahan diperhitungkan terdiri dari biaya sewa lahan sendiri dan biaya sewa lahan dari lahan bagi hasil dan lahan petani penggarap. Lahan milik sendiri tetap diperhitungkan sebagai sewa lahan sehingga dilakukan penaksiran biaya penggunaan tanah sebesar nilai sewa tanah rata-rata yang berlaku di Desa Citapen, sehingga rata-rata sewa lahan milik sendiri tersebut sebesar Rp 1.083.333,33 per hektar per periode tanam. Sedangkan biaya sewa lahan dari lahan bagi hasil dan lahan petani penggarap memiliki asumsi diperhitungkan sebagai lahan sewaan, meskipun pada kenyatannya petani responden tersebut tidak membayar biaya sewa lahan kepada pemilik lahan. Asumsi yang digunakan adalah petani dengan sistem bagi hasil memperhitungkan biaya sewa lahan sebesar 40 persen dari total biaya sewa lahan, sedangkan petani penggarap memperhitungkan biaya sewa lahan utuh sama halnya seperti petani yang menggunakan lahan sewaan. Rata-rata biaya sewa lahan bagi petani bagi hasil dan petani penggarap adalah sebesar Rp 705.000,00 per hektar per periode tanam. Sehingga total biaya sewa lahan diperhitungkan adalah sebesar Rp 1.788.333,33, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Secara rinci, analisis biaya usahatani caisin petani responden di Kelompok Tani Pondok Menteng pada musim hujan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan pada musim kemarau dapat dilihat pada Lampiran 5.