• Tidak ada hasil yang ditemukan

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Persiapan Lahan

Lahan untuk tanam caisin yang digunakan petani responden dapat berupa lahan tegalan ataupun lahan sawah bekas tanaman padi. Penggunaan lahan sawah akan lebih menguntungkan karena kandungan air dan kegemburan tanah masih tinggi, sehingga seringkali tanaman caisin tidak membutuhkan proses penyiraman. Persiapan lahan untuk caisin dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah untuk menanam caisin dapat dilakukan dengan cara mencangkul dan mengaduk tanah dengan tujuan agar tanah menjadi gembur sehingga dapat menjadi media tumbuh yang baik bagi tanaman caisin. Pengolahan tanah dibarengi dengan pemberian pupuk kandang, kemudian tanah diaduk dengan cangkul dan digemburkan dengan menggunakan garpu lalu didiamkan atau diistirahatkan selama tujuh hari agar tanah tersebut matang. Tujuan dari pengadukan dan pembalikan tanah adalah untuk memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah. Setelah tanah diistirahatkan selama tujuh hari maka selanjutnya tahap pembuatan bedengan.

b. Pembuatan Bedengan

Setelah tanah dicampur dengan pupuk kandang dan diitirahatkan, maka selanjutnya adalah pembuatan bedengan. Menurut Wahyudi (2010), ukuran bedengan yang seharusnya digunakan untuk menanam caisin memiliki lebar 100- 110 centimeter, lebar selokan 40-50 centimeter, dan tinggi bedengan 17-20 centimeter. Berdasarkan wawancara dan kondisi di lapangan, rata-rata ukuran bedengan yang digunakan petani responden adalah lebar 100-120 centimeter, lebar selokan 40-50 centimeter, sedangkan tinggi pada musim hujan adalah 40-50

centimeter dan tinggi pada musim kemarau adalah 30-40 centimeter. Jika dilihat terdapat perbedaan ukuran tinggi menurut Wahyudi (2010) dengan kondisi di lapangan. Hal ini dikarenakan umumnya ukuran tinggi bedengan yang digunakan petani tersebut juga akan digunakan untuk menanam tanaman lain seperti cabai, buncis, ketimun, dan tanaman lainnya yang membutuhkan ukuran bedengan yang lebih tinggi untuk penggunaan turus dan perakaran tanaman. Selain itu, adanya perbedaan tinggi bedengan antara musim hujan dan kemarau tersebut adalah untuk menghindari pengikisan tanah pada saat musim hujan, karena tanah akan tersapu oleh air hujan. Oleh karena itu, tinggi bedengan saat musim hujan umumnya akan lebih tinggi dibanding musim kemarau.

Namun, terdapat beberapa petani responden yang membuat tinggi bedengan sebesar 10-20 centimeter dan lebar selokan sebesar 20-30 centimeter. Tinggi bedengan ini biasanya digunakan oleh petani responden yang menanam caisin secara monokultur. Ketika petani ingin menanam tanaman lain seperti cabai, ketimun, dan buncis maka tinggi bedengan akan ditambah dengan cara mencangkul selokan dan menimbun tanahnya ke atas permukaan bedengan sehingga tinggi bedengan semula akan lebih tinggi. Secara lebih jelas, bentuk dan ukuran bedengan serta pengaturan lubang tanam dengan pola tanam monokultur dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Ukuran Bedengan Usahatani Caisin pada Pola Tanam Monokultur di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

Untuk petani responden yang menggunakan pola tanam monokultur, setelah tahap pembuatan bedengan langsung dilanjutkan dengan proses pengapuran terlebih dahulu sebelum proses tanam benih. Sehingga pada pola

Disesuaikan luasan lahan 20-30 cm 100-120 cm 10-20 cm O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O

Jarak antar lubang 20 x 20 cm

tanam monokultur biasanya tidak terdapat proses pembuatan lubang tanaman utama sehingga seluruh bedengan dapat dimanfaatkan untuk menanam caisin (Gambar 9).

Gambar 9. Usahatani Caisin dengan Pola Tanam Monokultur di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

Sedangkan, untuk petani responden yang menggunakan pola tanam polikultur, setelah pembentukan bedengan selanjutnya pembuatan lubang tanam bagi tanaman utama, seperti cabai, mentimun, dan buncis. Lubang utama memiliki diameter 30 x 30 centimeter dengan kedalaman sekitar 6-10 centimeter (Gambar 10).

Gambar 10. Usahatani Caisin dengan Pola Tanam Polikultur di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

Jarak antara lubang tanaman utama sekitar 60 x 80 centimeter. Jarak tanam antar lubang ini akan dimanfaatkan untuk menanam caisin, dimana jarak antara lubang tanam caisin sekitar 20 x 20 centimeter. Jarak antar lubang tanam yang berlaku bagi tanaman utama dan tanaman caisin ini berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang direkomendasikan oleh Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor. Namun pada pelaksanaan di lapangan petani tidak terpaku pada jarak tanam tersebut, khususnya bagi tanaman caisin umumnya ditanam pada jarak yang lebih rapat, yakni 10 x 20 centimeter. Secara lebih jelas, bentuk dan ukuran bedengan serta pengaturan lubang tanam dengan pola tanam polikultur dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Ukuran Bedengan Usahatani Caisin pada Pola Tanam Polikultur di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Tahun 2011

c. Pengapuran

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada pola polikultur setelah pembuatan bedengan dan pembuatan lubang tanam bagi tanaman utama, maka dilakukan proses pengapuran dengan menabur kapur pertanian pada lubang tanam) dan menabur pada sela-sela lubang tanam (pada jarak antar lubang tanaman) untuk media tumbuh caisin. Sedangkan pada pola monokultur pemberian kapur disebar diseluruh luasan bedengan. Pada saat pemberian kapur untuk area tanam caisin umumnya tanah sedikit diaduk atau dibalik untuk memecah agregat tanah. Setelah pemberian kapur, tanah didiamkan selama 7-14 hari agar kapur tersebut meresap dan pH tanah sudah mencapai keseimbangan sehingga siap untuk menjadi media tanam. Penggunaan kapur bertujuan untuk meningkatkan derajat keasaman atau pH tanah yang rendah. Pemberian jumlah kapur disesuaikan dengan kondisi tanah masing-masing responden.

2. Penanaman

Penanaman caisin dapat ditanam dengan dua cara. Pertama, penanaman menggunakan bibit caisin yang diperoleh dari kegiatan penyemaian benih di

Disesuaikan luasan lahan

40-45 cm 100-120 cm

30-50 cm

Jarak antar lubang 20 x 20 cm o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

polibag yang kemudian akan dipindah ke lahan ketika bibit berumur 18-20 hari (Wahyudi 2010). Cara kedua, penanaman caisin dilakukan dengan menanam langsung benih caisin pada lubang tanam ataupun penebaran benih pada lahan dengan membuat larikan (garis tebar).

Kegiatan penanaman yang dilakukan oleh para petani responden di Kelompok Tani Pondok Menteng dilakukan melalui cara kedua, yaitu menanam langsung benih caisin pada lahan tanpa dilakukan persemaian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena pertimbangan penghematan waktu dan penghematan biaya tenaga kerja karena akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk melakukan kegiatan persemaian. Menurut hasil wawancara langsung dengan para petani responden, sebagian besar petani responden mengatakan bahwa penanaman menggunakan benih langsung akan menghasilkan output dengan kualitas dan kuantitas yang sama dengan menanam benih yang disemai terlebih dahulu. Namun, terdapat pula beberapa petani responden yang menyebutkan bahwa penanaman menggunakan benih yang disemai terlebih dahulu pada dasarnya akan menghasilkan output yang lebih berkualitas dengan pertumbuhan yang seragam antar tanaman serta pengaturan jarak tanam yang baik sehingga pertumbuhan antar tanaman tidak akan terganggu. Namun, seluruh petani responden tetap menggunakan cara kedua menanam benih langsung dengan alasan pertimbangan yang telah disebutkan sebelumnya.

Penanaman menggunakan benih langsung yang dilakukan oleh para petani responden dapat dilakukan dua sistem tanam, yaitu sistem tanam tugal dan sistem tanam larik. Sistem tanam tugal adalah menanam benih caisin pada lubang tanam yang berukuran lebar 1-2 centimeter dan kedalaman lubang tanam 2-4 centimeter. Pembuatan lubang tanam ini biasanya hanya menggunakan bambu atau kayu kecil. Jarak antar lubang berkisar antara 10-20 centimeter antar tanaman. Setiap satu lubang biasanya diisi 3-5 biji benih, dimana tidak semua benih yang ditanam pada satu lubang tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman. Jadi, pada saat kegiatan penanaman, pekerja membuat lubang dengan bambu kemudian langsung meletakkan beberapa benih pada lubang kemudian lubang langsung ditutup menggunakan pupuk kandang dan dicampur dengan tanah.

Sedangkan sistem tanam larik adalah menanam benih caisin pada garis larikan yang berukuran 90-110 centimeter atau disesuaikan dengan ukuran lebar bedengan. Pembuatan garis larikan biasanya menggunakan cangkul dengan kedalaman 4-5 centimeter. Jadi, pada saat kegiatan penanaman, pekerja membuat garis larikan kemudian langsung menebar benih pada garis larikan tersebut dengan jumlah yang tidak menentu selanjutnya larikan ditutup dengan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah.