Proses Belajar Mengajar (PBM) di Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Jakarta - Indonesia
Oleh: Saur Costanius Simamora, SP., MM.
COVID-19 merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Virus Corona atau Severe Acute
Res-piratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Apabila
daya tahan tubuh bagus, virus ini bisa menyebabkan penderita mengalami infeksi pernapasan ringan, sep-erti flu. Namun, pada kasus daya tahan tubuh yang lemah, virus ini bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Perseba-ran virus ini bisa terjadi karena beberapa hal seperti menghirup percikan ludah penderita, melakukan kon-tak fisik jarak dekat dengan penderita, dan memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih
da-hulu setelah menyentuh benda yang terkena percikan ludah penderita.
Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin atau obat yang dapat menyembuhkan seseorang dari infeksi COVID-19. Pencegahan yang dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona adalah dengan mencuci tan-gan sesering mungkin, menghindari kontak fisik dan menjaga jarak dengan orang lain atau physical
distanc-ing, dan selalu memakai masker apabila bepergian.
Merebaknya virus covid 19 yang melanda seluruh dunia berdampak kepada semua sektor usaha tidak terkecuali pada dunia pendidikan. Dampak dari pen-demi covid 19 telah mengubah cara kita bekerja serta melakukan aktivitas lainnya termasuk dalam kegitan belajar mengajar. Tatanan hidup baru (New Normal) menuntut kita untuk dapat beradaptasi dengan keadaan salah satunya adalah pemanfaatan teknologi untuk memudahkan dalam penyampaian informasi3.
Beberapa minggu setelah kasus positif COVID-19 ditemukan, instansi pendidikan membuat kebijakan untuk memutus rantai penyebaran wabah ini. Ke-bijakan tersebut ialah meniadakan pembelajaran
3 1 https://www.tanotofoundation.org/id/blog/dampak-teknologi-pendidikan-pada-belajar-mandiri-saat-pandemi-covid-19/
secara tatap muka dan mengganti pembelajaran secara daring. Pembelajaran secara daring ini ber-tujuan untuk mencegah penyebaran virus corona me-lalui interaksi langsung di antara banyak orang.
Perubahan proses pembelajaran yang awalnya ta-tap muka menjadi daring ini menyebabkan permasala-han baru. Banyak tenaga pendidik dan mahasiswa tid-ak memiliki fasilitas teknologi yang memadai untuk melakukan pembelajaran secara daring. Contoh nyata dari kasus ini adalah adanya kuliah daring mengharus-kan mahasiswa untuk memiliki laptop dan ponsel pin-tar. Akan tetapi, masih banyak mahasiswa yang tidak memiliki laptop, padahal dalam mengerjakan setiap tugas kuliah yang diberikan oleh Guru atau Dosen, ma-hasiswa sangat perlu menggunakan laptop.
Hal ini menyebabkan mahasiswa yang tidak mem-iliki laptop akan kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kemudian, masalah yang paling dirasa-kan oleh banyak pihak adalah jaringan internet dan biaya. Di Indonesia, masih banyak daerah-daerah yang kurang memiliki akses internet sehingga menyebabkan siswa atau mahasiswa yang bertempat tinggal di dae-rah tersebut kesulitan untuk melaksanakan pembela-jaran secara daring. Belum lagi kualitas jaringan inter-net yang kurang baik, menyebabkan proses pembela-jaran terputus-putus.
Selain berdampak pada kegiatan akademik, pan-demi ini juga berdampak bagi kegiatan non-akapan-demik mahasiswa. Kegiatan organisasi dan pelaksanaan acara mahasiswa juga terganggu akibat pandemi ini. Bahkan hampir semua acara mahasiswa yang telah direncanakan terancam diundur dan tidak bisa dil-aksanakan dalam waktu dekat. Di beberapa kampus sudah secara virtual mengadakan kegiatan seminar dan wisuda untuk menyesuaikan kalender akademik.
Pandemi Covid-19 yang berkecamuk di seluruh dunia telah menyebabkan kelembagaan berskala be-sar dan 'efek kejutan' perilaku di berbagai bidang ak-tivitas manusia termasuk pendidikan. Dampak pada pelajar belum pernah terjadi sebelumnya: pada 9 April 2020, ada lebih dari 1.500.000.000 siswa di seluruh dunia dari tingkat dasar hingga tersier yang tidak dapat bersekolah (UNESCO 2020). Karena penutupan besar-besaran dan tidak terduga, negara dan komuni-tas yang terkena dampak terpaksa mencari perbaikan cepat di berbagai platform pembelajaran digital (Jandrić 2020).
Pergerakan cepat dari ruang kelas ke pengajaran online ini telah menyisihkan lebih banyak pertanyaan mendalam terkait dengan kebijakan pendidikan na-sional dan landasan teori dan tempat. Kondisi saat ini dari sistem pendidikan formal dapat dijelaskan dengan
menggunakan Model psikologi epidemi Philip Strong (1990) terdiri dari tiga berturut-turut epidemi yang tumpang tindih: epidemi ketakutan, penjelasan, dan tindakan. Kuat menggunakan 'epi-demic 'sebagai met-afora yang mewakili reaksi psikologis kolektif terhadap epidemi- krisis logis. Aspek pertama melibatkan epi-demi ketakutan dan membuka pertanyaan, “Bagaima-na sistem pendidikan dan pembelajar individu menga-tasi situasi yang luar biasa?”
Sementara sisi negatif dari sistem pembelajaran daring salah satunya adalah tidak semua mahasiswa memiliki tingkat pemahaman yang sama di setiap ma-ta kuliah yang diajar. Bagi mahasiswa yang rajin dan mudah menyerap informasi maka cara belajar daring akan dengan mudah diserap, namun bagi yang kurang terbiasa dengan cara itu, kemungkinan akan kesulitan tidak hanya waktu menyerap perkuliahan berbasis dar-ing yang disampaikan dosennya tetapi juga kemampu-an beradaptasi dengkemampu-an aplikasi teknologi ykemampu-ang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Dengan adanya perubahan kebiasaan ini dapat dikatakan semua unsur shock sehingga mengalami ke-bingungan menerapkan metode apa yang tepat untuk melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan akibat pandemi Covid 19 ini. Berbagai permasalahan pun muncul di awal perubahan akibat pandemi ini
dimulai dari kesiapan penyelenggara pendidikan sam-pai permasalahan di lapangan yang terjadi seperti kendala akses peserta didik dalam proses pembelaja-ran secara daring ataupun luring dengan terbatasnya infrastruktur yang ada.
Pengembangan Sistem pembelajaran yang efektif dan efesien serta selaras dengan perkembangan jaman khususnya perkembangan teknologi harus jadi priori-tas mulai saat ini, apalagi belum lama ini Mendikbud Nadiem Makarim mencanangkan program pembelaja-ran jarak jauh seperti ini akan dipermanenkan, ten-tunya itu menjadi tantangan tersendiri bagi kita semua.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Ma-karim menerbitkan melalui Surat Edaran (SE) No.4 ta-hun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid 19, dalam hal ini poin 2 yang menyatakan proses belajar dirumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a) Belajar dari rumah melalui pembelajaran
daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan
b) Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid 19
c) Aktivitas dan tugas pembelajaran dari rumah dapat bervariasi antar siswa sesuai minat dan
kondisi masing-masing termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar dirumah
d) Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan baik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
Teknologi pendidikan menciptakan cakupan yang saat luas pada saat belajar mandiri. Dengan adanya teknologi dalam dunia pendidikan dapat menciptakan pembelajaran tetap berjalan dengan baik, membangun kedekatan antara orang tua dengan anak serta dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya menekan penyebaran virus Covid-19 dengan cara pembatasan sosial (Sosial Distancing) dan menjaga ja-rak fisik (Physical Distancing) sesuai dengan protokol kesehatan. Dengan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan dimasa pandemi saat ini akan sangat berguna dalam meningkatkan proses belajar mandiri kapanpun dan dimanapun serta menciptakan pemikiran open minded terhadap proses pembelajaran tatap muka secara langsung (Offline).
Teknologi telah menjadi bagian yang semakin penting dalam kehidupan siswa di luar sekolah, dan bahkan di dalam kelas, teknologi juga dapat memban-tu meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang kompleks atau mendorong kolaborasi di antara teman sebaya. Karena manfaat ini, praktik pendidikan saat ini menyarankan agar guru menerapkan beberapa bentuk teknologi di kelas mereka - tetapi banyak guru atau dosen menghadapi kesulitan dalam melakukann-ya. Biaya, akses, dan waktu sering kali menjadi ham-batan yang cukup besar untuk implementasi ruang ke-las, tetapi kendala lainnya adalah kurangnya penge-tahuan tentang bagaimana teknologi dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk memberi manfaat kepa-da siswa kepa-dalam berbagai materi pelajaran.
Kerangka kerja TPACK Punya Mishra dan Matthew J. Koehler tahun 2006, yang berfokus pada penge-tahuan teknologi (TK), pengepenge-tahuan pedagogis (PK), dan pengetahuan konten (CK), menawarkan pendeka-tan produktif untuk banyak dilema yang dihadapi guru dalam menerapkan teknologi pendidikan di ruang ke-las mereka. Dengan membedakan di antara ketiga jenis pengetahuan ini, kerangka kerja TPACK men-guraikan bagaimana konten (apa yang diajarkan) dan pedagogi (bagaimana guru menyampaikan konten itu) harus membentuk dasar untuk integrasi pendidikan yang efektif. Urutan ini penting karena teknologi yang
diterapkan harus mengkomunikasikan konten dan mendukung pedagogi guna meningkatkan pengala-man belajar siswa.
Gambar. TPACK, Sumber : www.tpac.org
TPACK adalah hasil akhir dari berbagai kombinasi dan minat ini, yang diambil dari mereka - dan dari tiga bidang konten, pedagogi, dan teknologi yang lebih be-sar - untuk menciptakan dabe-sar yang efektif untuk pengajaran menggunakan teknologi pendidikan. Agar guru atau dosen dapat menggunakan kerangka kerja TPACK secara efektif, mereka harus terbuka terhadap ide-ide kunci dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
Dengan demikian tugas sebagai pelaksana di dunia pendidikan baik itu Guru dan tenaga kependidi-kan selain tetap memberikependidi-kan pelayan yang maksimal adalah terus belajar dan mempersiapkan diri serta
be-radaptasi sehingga siap menghadapi perubahan terse-but sehingga tetap mampu melayani dengan baik pe-serta didik apapun kondisinya nanti.
Begitu pula pemerintah harus semakin siap mem-persiapkan infrastruktur guna memfasilitasi kegiatan kegiatan pada sektor pendidikan tersebut, serta tak kalah penting orang tua harus benar benar menjadi orang tua seutuhnya, yang mana tidak hanya sebatas sebagai pemenuh kebutuhan, namun sebagai pen-damping dan pengarah peserta didik, maka jika semua bisa berkolaborasi dengan baik tidak ada alasan lagi peserta didik sebagai generasi muda yang akan men-gisi pembangunan kedepan untuk tertinggal bahkan kesempatan ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas.
REFERENSI
Jandric, Petar. 2020. Postdigital Research in the time of Covid 19. Springer Nature Switzerland AG. Published online 21 March 2020.
Strong, Philip. 1990. Epidemic Psychology: a Model. Department of Public Health and Policy. London School of Hygiene and Tropical Medicine. UK.
Tribunnews.com. (2020, 12 Maret). WHO Tetapkan Wabah Virus Co-rona Sebagai Pandemi, ApaAr Diakses pada 13 Maret 2020, dari https://www.msn.com/idid/berita/dunia/
whotetapkan-wabah virus-corona-sebagai-pandemi-apa-artinya/ar-BB114eTJ.
“Telkomsel Catat Lonjakan Trafik Dari E-Learning”, Kompas (Selasa, 21 April 2020).
“Belajar Dari Rumah”, Kompas (Rabu, 22 April 2020).
Mediaindonesia.com. (2020, 19 Mei). Paradigma Berdamai dengan Covid-19. Diakses pada 25 Mei 2020, dari
https://mediaindonesia.com/read/detail/314164-paradigma-berdamai dengan covid-19.
Hastusi, Rahajeng Kusumo. 2020.
https://www.cnbcindonesia.com/news/ 20200615171435-4-165513/ menteri-nadiem-kuliah-dimulai-agustus-2020-tapi-masih-online (Diakses pada tanggal 17 juni 2020)
“Pengguna Indihome Keluhkan Tak Bisa Belajar Dari Rumah Gara-Gara Masalah Koneksi, Kompas (Jumat, 17 Juli 2020). “TPACK: Technological Pedagogical Content Knowlege
Frame-work” https://educationaltechnology.net/technological-pedagogical-content-knowledge-tpack-framework/ (Diakses pada tanggal 2 November 2020)