• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 Penemuan Baru Telah Dipatenkan

Dalam dokumen Buku Guru Dan Baru 2016.pdf (Halaman 67-77)

P

agi-pagi sekali sebelum para siswanya datang, Drs. H. Nursalim, M.Pd.I, Kepala MTsN 2 Kediri sudah berada di madrasah. Ia adalah orang yang pertama datang dan menyambut siswa-siswinya. Ia harus datang lebih dulu. Kata Nursalim, kunci sukses untuk mencetak murid berprestasi adalah uswatun hasanah, teladan dari para guru.

***

Beberapa tahun memimpin, Nursalim telah mengantarkan MTsN 2 Kediri sebagai madrasah dengan indeks integritas terbaik karena telah menyelenggarakan UN 2015 dengan CBT (Computer Based Test). Beberapa siswanya juga meraih prestasi tingkat nasional bahkan internasional. Selain itu, ia

berhasil menjadikan madrasahnya sebagai pelopor madrasah berbasis riset. Para siswanya difasilitasi untuk menemukan hal-hal baru. Hasil karya siswa diikutkan dalam ajang kompetisi sampai tingkat nasional. 9 karya dari MTsN 2 Kediri kini telah dipatenkan.

Bernama lengkap Nursalim M.Pd, saat ini ia tinggal di Jl. Masjid al-Huda Kota Kediri. Ia berasal dari keluarga sederhana, lahir pada tanggal 1 Januari 1966 di Desa Balai Turi Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk. Ia adalah anak pertama dari tujuh bersaudara.

Pendidikan awal Nursalim diperoleh di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi’in di Kediri. Ia mengenang jumlah siswanya waktu itu hanya 7 orang, sementara ruang kelas berada di serambi masjid. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Tanjung Tani Prambon sekaligus tinggal di pesantren dan lulus tahun 1983.

Menjadi Guru, Cita-citanya Sejak Kecil

Selepas dari MTs, Nursalim melanjutkan studi ke kota Kediri, tepatnya PGA (Pendidikan Guru Agama) Kediri selama 3 tahun. Keputusan itu diambil sebab dari awal ia memang bercita-cita menjadi seorang guru. Alasan lainnya karena keterbatasan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah yang mewah dan mahal.

Perjalanan menempuh pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi penuh dengan suka dan duka. Ia bercerita, untuk mencukupi kebutuhannya, saat itu ia juga tinggal dan bekerja sebagai asisten rumah

tangga di sebuah keluarga yang berada di Ngadirejo Kota Kediri. Pada waktu belajar di PGA, sore harinya ia juga menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Ula Jamsaren yang diasuh oleh Kiai Anwar di Yayasan as-Sai’diyah dan menamatkannya hanya dalam waktu 2 tahun saja (1983-1985). Selain di PGA pada pagi hari dan Madrasah Aliyah sore hari, malam harinya ia juga aktif ngaji di Madrasah Diniyah. Praktis, saat itu kegiatannya sangat padat. Hari-harinya dipenuhi

dengan aktifitas belajar, belajar dan bekerja.

Setelah dari PGA dan Aliyah, ia melanjutkan pendidikan di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan mengambil konsentrasi pada bidang Bahasa Indonesia (Lulus tahun 1990). Ia merasa bahwa guru-guru mata pelajaran umum masih minim di Madrasah, karena itulah Ia memutuskan untuk mengambil jurusan Bahasa.

Pendidikan Karakter dan Ustawun Hasanah

Pada tahun 1986 setelah lulus dari PGA, tepatnya saat berusia 20 tahun, Nursalim diterima untuk menjadi salah satu guru di MtsN 2 Kediri. Tahun 1991 diangkat jadi PNS golongan II A (ijazah PGA) di lingkungan Kementerian Agama. Awalnya, Ia ditugaskan di MI Miftahul Falah, tetapi kemudian dipindahtugaskan ke MtsN 2 Kediri.

Ia juga pernah mendapatkan beasiswa kuliah penyetaraan D3 IAIN Surabaya. Setelah itu melanjutkan pendidikan di jenjang S2 dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam.

Pengabdiannya di MTsN 2 Kediri dimulai sejak tahun 1986 itu. Dalam jangka waktu kurang lebih 29 tahun itu (terhitung sampai pertengahan tahun 2015) hampir seluruh jabatan pernah dipegangnya, kecuali jabatan bendahara. Ia pernah menjadi wali kelas, pembina pramuka, pembina OSIS, pembina jurnalistik hingga menjadi kepala madrasah. Ia memegang amanat sebagai kepala madrasah sejak 2011 hingga 2015 ini,

dan pernah meraih penghargaan sebagai guru terbaik di tingkat Jawa Timur.

Baginya, pengalaman yang paling berkesan dalam perjalanannya menempuh pendidikan dasar sampai perguruan tinggi adalah pendidikan karakter dan

uswatun hasanah yang diberikan guru-gurunya. Inilah yang kemudian diamalkannya ketika aktif menjadi pendidik dan kepala madrasah.

Sejak aktif menjadi guru madrasah, ia punya mimpi bahwa suatu saat pendidikan madrasah harus lebih baik daripada sekolah-sekolah umum. Dan, setelah sekian tahun, apa yang diimpikannya telah menjadi kenyataan. Ia mampu mengangkat derajat madrasah menjadi penuh prestasi, khususnya MTsN 2 Kediri yang sebelumnya dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai pendidikan kelas pinggiran.

Menjadi Madrasah Unggulan

Awalnya, MTsN 2 Kediri merupakan bagian dari PGA. Kemudian pada tahun 1987 dilakukan relokasi ke Jalan Sunan Ampel No. 12 Kelurahan Ngronggo kota Kediri.

Di masa-masa awal, MTsN 2 Kediri pernah mengalami masa-masa sulit. Jumlah siswa saat itu masih terbilang sedikit dan tenaga pendidiknya pun sangat kurang, hingga pernah meminjam tenaga pendidik dari sekolah umum untuk menjadi pembimbing pada saat EBTANAS. Dengan kenyataan seperti itu, praktis MTsN 2 Kediri belum mampu menarik perhatian masyarakat secara umum.

Kondisi demikian membuat Nursalim dan teman- teman guru yang lain berpikir untuk menjadikan MTsN 2 Kediri lebih baik lagi. Ia mengenang saat itu masyarakat dan pemerintah belum bisa bersikap fair. Terbukti, di saat kondisi madrasah sudah cukup baik, masyarakat tak lantas memandangnya baik. Mereka baru akan bilang madrasah itu baik jika kenyataannya madrasah sudah sangat baik. Pemerintah pun sama. Ketidakadilan dari pemerintah saat itu terlihat ketika menganakemaskan pendidikan sekolah umum dengan memberikan fasilitas gedung belajar yang representatif dan mengabaikan madrasah-madrasah yang masih menggunakan serambi masjid sebagai tempat belajar.

Karena itulah Nursalim bertekad menjadikan MTsN 2 Kediri sebagai madrasah unggulan dan berkualitas. Ia ingin membuktikan bahwa madrasah juga tidak kalah dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah umum. Seiring dengan berjalannya waktu, apa yang dicita- citakannya terwujud. Berbagai macam prestasi diraih oleh madrasah yang memiliki jumlah siswa kurang lebih 1136 ini. Prestasi nasional hingga internasional sudah diraih. Di antaranya; mendapat penghargaan sebagai madrasah terbaik nasional pada tahun 2004

dan 2010, Juara 1 Lomba Sekolah Sehat Nasional yang diadakan oleh kemendikbud pada tahun 2004. Dua prestasi awal itu pada gilirannya menjadi pemicu madrasah untuk selalu meraih prestasi berikutnya, baik prestasi kelembagaan maupun prestasi individu siswa atau guru.

Nursalim bersama Zayda Safira, juara olimpiade matematika di China 2014

Prestasi antara lain datang dari salah satu siswinya

yang bernama Zayda Shafira Ramdhanty dengan

meraih medali perunggu pada AIMO atau Asian International Mathematic Olympiad di China 2014. Secara kelembagaan, MTsN 2 Kediri sendiri meraih

penghargaan sebagai madrasah berintegritas tingkat nasional.

Prestasi-prestasi itu pada akhirnya mampu membuat masyarakat tidak lagi memandang sebelah mata. Antusias masyarakat untuk menyekolahkan anak- anak ke MTsN 2 Kediri semakin hari semakin tinggi.

Nursalim juga telah mengantarkan MTsN 2 Kediri sebagai madrasah dengan indeks integritas terbaik karena telah menyelenggarakan UN 2015 dengan CBT (Computer Based Test).

Hampir-hampir tidak ada problem yang tidak bisa diatasi. Bagi Nursalim, secara umum bahkan ia tidak merasa menemukan problem yang berarti di madrasahnya. Semua tahapan pengembangan bisa dijalankan dengan baik.

Memanage Potensi Siswa

Untuk menemukan bibit-bibit siswa berprestasi, MTsN 2 Kediri sudah mengadakan kegiatan seleksi sebelum penerimaan siswa baru, misalnya melalui Olimpiade MIPA untuk anak-anak tingkat SD atau sederajat. Dari kompetisi inilah kemudian madrasah mendapatkan siswa-siswa berpotensi. Selanjutnya madrasah memberikan fasilitas untuk mengembangkan bakat dan minat masing-masing siswa, mulai dari minat di bidang olahraga hingga KIR atau riset. Semuanya disediakan dan dibina di madrasah ini.

Menurut Nursalim, memberikan ruang seluas- luasnya terhadap bakat dan minat siswa inilah yang

menjadi kunci untuk mencetak generasi muda yang berprestasi. MTsN 2 Kedri mengembangkan prinsip obyektif, terbuka dan pembinaan maksimal.

Jika disimpulkan dalam satu kalimat, kata Nursalim, sebenarnya kunci sukses dalam mengantarkan murid- muridnya berprestasi adalah uswatun hasanah dari guru, apapun bentuknya baik dari komitmen maupun kerja kerasnya.

“Ayo kita yakin bahwa kita bisa. Mari kita kerjakan yang terbaik, selebihnya nanti Allah yang menentukan,” pesannya.

Madrasah Riset

Salah satu trademark MTsN 2 Kediri adalah di bidang riset. Nursalim berhasil membawa madrasahnya sebagai pelopor “madrasah riset”. Para siswanya difasilitasi untuk melakukan penelitian sesuai bakat dan minat dan tidak harus mengeluarkan biaya mahal. Menurut Nursalim, program riset di MTsN 2 Kediri melengkapi kegiatan ekstrakurikuler yang sudah ada. Program riset sudah berlangsung selama 10 tahun, dan minat para siswa di bidang riset terus meningkat dari tahun-ke tahun. Pihak madrasah menyeleksi bakat dan minat para siswa dan mendatangkan guru pembimbing yang kompeten di bidangnya.

Saat ini sudah ada sembilan hasil riset atau penemuan para siswa madrasah yang telah dipatenkan ke HKI. Kesembilan penemuan itu adalah:

1. Manfaat Lendir Bekicot (Achatina fulica) sebagai Obat Luka Lama (Pencipta: Risma Nailul Amalia) 2. Pemanfaatan Tulang Ayam Boiler sebagai Bubur

Yang Bergizi dan Bernilai Ekonomis (Pencipta: Fahril Haikal Ilmi Sihabuddin)

3. Fermentasi Sampah Sayuran Pasar Grosir Kota Kediri sebagai Pakan Ternak untuk Meningkatkan Hasil Pertenakan Sapi di Kota Kediri dan Sekitarnnya

(Pencipta: Muhammad Rofiqul Ilmi)

4. Kopi Biji Pepaya untuk Menurunkan Kadar Kolesterol (Pencipta: Astrid Rizkiya Sally)

5. Roti Sukun untuk Diet Rendah Kalori (Pencipta: Astrik Rizkya Sally)

6. Pemanfaatan Sarang Telur Laba-laba (Cocoon) dari Ordo Araneae Sebagai Bahan Alami Alternatif Penutup Luka (Pencipta: Rezza Putri Mahartika) 7. Pengaman Rumah Penggerak Solenoid dengan

Koder Morse (Pencipta: Aufa Millatul Haqq)

8. Potensi Biofungisida dari Jahe, Lengkuas Merah, Kunyit dan Labu Siam untuk Mencegah dan Membasmi Jamur pada Tanaman Sawi (Pencipta: Rahmah Nur Diana)

9. Nasi Gadung (Dioscorea hipsida Dennst) sebagai Substitusi Nasi Jagung (Zae mays) sebagai Makanan Rendah Kalori bagi Penderita Obesitas.

Mengapa merasa perlu mematenkan hasil temuan? “Alasannya simpel, sebab ini adalah karya anak yang perlu dilindungi agar tidak disalahgunakan oleh orang

lain yang tak bertanggungjawab. Dengan mengandalkan jaringan alumni dan relasi di Jakarta akhirnya terbitlah hak paten tersebut,” kata Nursalim.

Ia berharap, kelak karya-karya MTsN 2 Kediri tersebut bisa dikembangkan oleh para siswanya dalam bentuk sikripsi, tesis maupun disertasi di kemudian hari ketika menempuh pendidikan tinggi. (*)

Drs. Sumarno, Kepala MTsN Nimboran Jayapura

“Senangnya”

Menempuh Perjalanan 115 KM

Dalam dokumen Buku Guru Dan Baru 2016.pdf (Halaman 67-77)