• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Guru Dan Baru 2016.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Guru Dan Baru 2016.pdf"

Copied!
368
0
0

Teks penuh

(1)

KETELADANAN

(2)

KETELADANAN

Sosok para Guru Madrasah Inspiratif

Hak Cipta © pada Direktorat Jenderal Pendis Kemenag Cetakan II, Oktober 2016

Pengarah:

Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, M.A. Prof. Dr. Phil. H. M. Nur Kholis Setiawan, M.A.

Prof. Dr. Ishom Yusqi, M.A. Tim Penulis: A. Khoirul Anam (Koord.)

Mahbib Khoiron - Aryudi A. Razak - Malik Mughni Binti Khoiriyah - Aminatuz Zuhriyah - Alfis Syahri M. Alim Khoiri - Miftachul Farid - Syamsul Hadi Diana Manzila - Suhendra - Ali Musthofa Asrori

Penyunting: Muhtadin AR Sholla Taufiq

Penyelaras Aksara: Syafi'i Suwardi Basnang Said

Jusaini Farhatin Ladia Penata Letak Teks:

Waki Ats-Taqofi

Perancang Sampul: Agung Istiadi

Diterbitkan Oleh:

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia

(3)

Pengantar Tim Penulis

L

ingkungan yang baik akan membentuk pribadi-pribadi yang baik. Lembaga pendidikan yang unggul akan membentuk lulusan yang unggul. Secara teoritik memang demikian. Lalu bagaimana jika kita berada di lingkungan yang belum kondusif? Bagaimana jika lembaga pendidikan yang kita kelola, atau tempat kita bernaung belum memadai? Akankah kita menyerah dengan keadaan? Tentu tidak.

Di sinilah seringkali kita menemukan sosok-sosok pribadi yang melampaui lingkungannya, tidak menyerah dengan keadaan. Alih-alih pasrah dan terpaku dengan kondisi, mereka ini –melalui kerja keras dan inovasi– berhasil menciptakan lingkungan pendidikan baru yang lebih kondusif.

(4)

Buku ini berisi 25 guru madrasah yang inspirtif. Nama-nama guru direkomendasikan oleh Kementerian Agama. Tidak menutup kemungkinan masih banyak guru madrasah inspiratif yang belum terekspos. Ke-25 guru yang ditulis berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) baik yang negeri maupun swasta, dari berbagai daerah di Indonesia.

Buku ini berisi catatan-catatan mengenai prestasi, inovasi yang dilakukan, cara mereka mengatasi rintangan dan seterusnya, serta langkah-langkah mencapai tujuan. 25 guru inspiratif ini juga tak pernah berhenti berproses, mereka terus belajar dan menimba ilmu, melakukan studi banding guna mewujudkan semua impian.

Bahwa semua orang mempunyai latar belakang yang berbeda, mempunyai persoalan pribadi yang berbeda. Para guru adalah manusia biasa. Buku ini juga mengekspos beberapa aspek kehidupan pribadi para guru ini dan bagaimana cara mereka dapat menyelesaikan persoalan pribadi dan keluarga untuk dan berkonsentrasi mengembangkan dunia pendidikan.

Bagian lain dari catatan yang digali dari perjalanan para guru inspiratif ini adalah semangat juang yang ditunjukkan oleh para guru dan pengelola madrasah di daerah-daerah terpencil. Rintangan yang ada tidak menjadi alasan untuk bisa bersaing dengan daerah-daerah maju dan pusat keramaian.

(5)

luar biasa dari para guru madrasah di berbagai daerah di Indonesia. Mereka mewakafkan diri dalam dunia pendidikan. Mereka mencurahkan daya upaya untuk memajukan madrasah, mewujudkan generasi muslim yang lebih baik, mengantarakkan generasi masa depan ke gerbang kesuksesan.

Membaca berbagai inovasi yang dilakukan, serta berbagai prestasi yang mereka capai, sebenarnya kita telah mendapatkan gambaran mengenai sebuah madrasah yang ideal, madrasah yang keren, madrasah yang berkelas.

Tidak ada salahnya jika catatan dan jejak para guru inspiratif ini menjadi acuan sekaligus penyemangat bagi para guru dan pengelola madrasah di daerah lain di seluruh Indonesia. Berbagai daerah tentu mempunyai problem yang berbeda dan buku ini menunjukkan bagaimana para tokoh madrasah ini mampu mengatasi berbagai problem di daerah masing-masing.

Jika kita memimpikan sebuah “madrasah masa depan” maka dengan membaca berbagai inovasi dan prestasi yang ditunjukkan oleh para guru inspiratif ini, sesungguhnya kita bisa mengatakan bahwa sebenarnya masa depan itu sudah ada di depan mata kita. Masa depan madrasah itu sudah terjadi saat ini.

(6)
(7)

Pengantar Tim Penulis | iii Daftar Isi | vii

Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Islam | xi Kata Pengantar Menteri Agama RI| xv

Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd.,

Arsitek Madrasah Berkelas Dunia | 1

Hj. Nibras OR Salim,

Kreator RA Modern | 15

No’man Afandi, S.Pd.,

Antarkan Siswa Madrasah Swasta ke Pentas Internasional | 29

Drs. H. Nursalim, M.Pd.I,

Pelopor Madrasah Riset,

9 Penemuan Baru Telah Dipatenkan | 47

Drs. Sumarno,

“Senangnya” Menempuh Perjalanan 115 KM Setiap Hari

di Papua | 57

Hendro Murjoko, M. Pd.,

Potret Guru Teladan di Madrasah Teladan | 69

(8)

TGH Juaini, M.H, Lc.,

Penerima Penghargaan Internasional Ramon Magsaysay | 85

Dra. Hj. Sarkiah Hasiru, M.Si.,

Juara Kompetisi Kepala SLTA, Centre School-nya Menjadi Idola | 87

Endra Irawati, S.Pd.I,

Guru Muda Berprestasi dari Tanah Bugis | 107

Ismail Z. Betawi, S.Pd.,

Wujudkan Madrasah “Ekslusif” di NTT | 119

H. Abdul Djalil,

Perintis MIN, MTsN dan MAN Model di Malang | 141

Dra. Jetty Maynur, M.Pd.,

Ustazah yang Merintis dan Membawa Madrasah ke Tingkat Internasional | 151

Widya Lestari, S.E., M.M.,

Pencetus Rumah Belajar “Akar Ilalang” | 171

Joko Miranto,

Sosok Low Profil di Balik Sukses MAN IC Gorontalo | 195

Vera Kartina, S.Pd.,

Kembangkan Madrasah di Daerah Minoritas | 207

Najmah Katsir, M.Pd.,

Mengubah Kelemahan Menjadi Peluang | 219

Drs. H. Muliardi, M.Pd,

Mengantarkan Madrasahnya

Menjadi yang Terbaik Tingkat Nasional | 233

Nasrudin Latif, S.Pd.I.,

(9)

Dr. H. Ahmad Zainuri, M.Pd.I; Madrasah Unggulan:

Mimpi Anak Petani yang Menjadi Kenyataan | 259

Diah Wijiastuti, S.S.,

Guru Madrasah Spesialis Bahasa Jepang | 273

Drs. Suhardi, M.Pd.I.,

“Menyulap” Madrasah Biasa menjadi Luar Biasa | 287

Drs. Tugi Hartono;

Terlibat Proyek Kolaborasi Majalah Digital dengan 36 Negara | 301

Zahril, S.Pd.I.,

Merintis dan Mengembangkan Pendidikan di Daerah Terpencil | 317

Farida Halalutu, S.Pd.I.; Selalu Ingin Madrasahnya Tampil di Depan dan Menjadi Unggulan | 327

Nisih Rahayu S.Pd.I.,

(10)
(11)

Sambutan

Para Inspirator Madrasah

Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Kementerian Agama RI

P

restasi madrasah belakangan ini semakin mengalami peningkatan. Di hampir semua daerah, di mana madrasah ikut berkompetisi, prestasi selalu diraih. Dampaknya, kepercayaan masyarakat terhadap madrasah juga terus meningkat. Di kota-kota besar, daya tampung madrasah sudah tidak memadai lagi dibanding dengan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah.

Prestasi madrasah ini tidak datang secara tiba-tiba. Ada beragam program yang dirancang Direktorat Jenderal Pendidikan Islam untuk menghasilkan prestasi madrasah itu. Kita percaya hanya dengan program yang terencana dan terukurlah, prestasi bisa diraih.

(12)

madrasah dan guru dalam memajukan madrasahnya.

Harapannya, buku semacam ini bisa menginspirasi guru-guru lain di berbagai daerah di Indonesia. Berbagai kreasi, inovasi dan prestasi yang ditunjukkan oleh para guru madrasah ini patut menjadi percontohan sekaligus penyemangat untuk yang lain. Bahwa setiap guru madrasah mempunyai latar belakang keluarga, setiap madrasah dan setiap daerah mempunyai problematikanya sendiri. Para guru madrasah yang ditulis dalam buku ini telah menunjukkan bagaimana mereka mengatasi berbagai rintangan untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam yang lebih baik.

Kami juga memberikan apresiasi kepada para guru dan pengelola madrasah di berbagai daerah terpencil dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Pengabdian mereka yang luar biasa semoga dapat menghasilkan para siswa-siswa madrasah yang unggul dan siap menyongsong masa depan yang cemerlang.

Kepada semua yang terlibat dalam penulisan buku ini, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Di luar 25 nama guru inspiratif yang tertulis dalam buku ini, tentunya masih banyak sekali guru inspiratif yang belum terpublikasi. Semoga dalam waktu yang akan datang kita mempunyai database

guru-guru madrasah inspiratif seluruh Indonesia yang lebih lengkap lagi.

(13)

inovasi dan prestasi yang telah mereka tunjukkan,maka tidak ada salahnya untuk menularkan prestasi ini kepada guru-guru madrasah lain yang ada di berbagai daerah di Indonesia.

(14)
(15)

Kata Pengantar

Belajar dari Para Inspirator Madrasah

Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama Republik Indonesia

P

endidikan Islam di Indonesia makin berkembang. Upaya pembenahan dan peningkatan kapasitas telah nampak hasilnya. Salah satu buktinya, siswa madrasah mampu menjuarai berbagai kompetisi berskala besar seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Para siswa-siswi juga mengharumkan nama Indonesia dalam beberapa kompetisi sains-teknologi tingkat internasional yang dimotori oleh negara-negara maju.

Keberhasilan pendidikan Islam itu tak bisa dilepaskan dari kiprah para guru dan kepala madrasah yang gigih menjalankan tugas demi menghasilkan lulusan terbaik. Buku “Keteladanan: Sosok Para Guru Madrasah Inspiratif” ini cukup memberikan gambaran mengenai berbagai kreasi dan inovasi yang telah dilakukan oleh para guru dan kepala madrasah.

(16)

madrasah yang ideal. Berbagai langkah dilakukan untuk meningkatkan citra madrasah agar semakin diminati masyarakat. Pemanfaatan sarana teknologi dan informasi juga dimaksimalkan untuk menunjang proses kegiatan belajar-mengajar di madrasah. Sistem perencanaan, manajemen mutu dan pembinaan prestasi juga dilakukan dengan baik.

Buku ini merekam kreatifitas para guru madrasah di luar tugas mereka sebagai pendidik. Di sela-sela kesibukan mengajar, misalnya, ada guru yang menghasilkan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat untuk masyarakat. Catatan menarik lainnya adalah kepedulian para guru untuk mengatasi berbagai persoalan lingkungan di tempat tugas masing-masing.

Itu semua merefleksikan semangat dan pengabdian mereka yang luar biasa untuk memajukan pendidikan Islam, terutama di daerah terpencil yang sarana dan prasarananya serba terbatas. Apresiasi tinggi layak diberikan kepada para guru madrasah yang inspiratif dan menularkan semangat bagi guru madrasah di daerah lain.

Secara umum perjalanan pendidikan nasional menunjukkan bahwa lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan semakin berada dalam posisi sejajar. Persaingan semakin terbuka. Fastabiqul khoirot, semua lembaga pendidikan saat ini sedang menunjukkan peran terbaik dalam rangka mendidik generasi bangsa.

(17)

lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia kini juga dilirik secara nasional. Ini karena sistem pemondokan memiliki keunggulan, yaitu siswa atau santri bisa lebih fokus belajar. Keunggulan lainnya, para siswa menjalani masa pendidikan secara utuh mulai bangun tidur hingga tidur lagi sehingga bisa melewati masa transisi atau pubertas dengan lebih terjaga. Pemondokan juga merupakan “kawah candradimuka” yang dapat membentuk siswa menjadi lebih mandiri dan mampu bersosialisasi.

Salah satu tujuan pendidikan adalah pembinaan mental dan spiritual dalam rangka pembentukan rangka karakter berbangsa dan bernegara. Tujuan pendidikan itu melekat dan menjadi keunggulan dalam setiap lembaga pendidikan agama Islam. Penanaman nilai-nilai agama kepada para siswa diharapkan dapat mengatasi berbagai probematika bangsa terutama yang berkaitan dengan persoalan moral.

Ada satu riset menarik perlu saya sampaikan. Para siswa yang hafal Al-Qur’an di beberapa lembaga pendidikan dasar, menengah dan tinggi ternyata juga mempunyai nilai kumulatif yang bagus. Ini menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual itu harus menopang satu sama lain. Dan, integrasi ini telah menjadi konsentrasi pendidikan Islam semenjak awal.

(18)

menelurkan lulusan yang unggul dan terdistribusi dalam berbagai bidang keilmuan atau keahlian. Kita berharap para lulusan pendidikan Islam memiliki daya saing tinggi dalam kompetisi global.

Undang-undang mengenai sistem pendidikan nasional juga telah memberikan tempat yang sepadan bagi berbagai lembaga pendidikan Islam, termasuk pesantren, madrasah diniyah, atau madrasah tahfidz Al-Qur’an. Saya yakin ke depan, bakal semakin banyak tokoh bangsa, para perintis, pelopor dan ilmuan yang lahir dari rahim pendidikan Islam.

Hanya, kita juga tak boleh mengabaikan fakta bahwa banyak lembaga pendidikan Islam di daerah yang membutuhkan perhatian lebih serius. Banyaknya jumlah peserta didik di bawah Kementerian Agama juga perlu penanganan tersendiri. Guna mewujudkan visi pemerintah untuk membangun Indonesia dari desa dan daerah pinggiran, sudah saatnya kita memperhatikan lebih jauh ke pelosok Nusantara. Kerja besar “mencerdaskan kehidupan bangsa” tak bisa dilakukan sendiri. Untuk itulah, kita perlu membangun sinergi dan menebar inspirasi.

(19)

banyak lagi yang belum terekspos. Kreasi, inovasi dan prestasi mereka semoga menandai permulaan sebuah era emas pendidikan Islam di Indonesia.

Buku ini dari persembahan di Hari Guru kepada semua guru yang begitu mulia karena karyanya. Di tangan para guru mulia, tercerahkan masa depan Indonesia kita.

(20)
(21)

Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd., Mantan Kepala MAN 3 Malang

Arsitek Madrasah

Berkelas Dunia

(22)

madrasah. Semua bisa bergerak dan maju bersama mengembangkan madrasah, katanya.

Sikapnya santun, rendah hati dan hangat. Berbincang dengan Dr. Ahmad Hidayatullah membuat siapapun betah berlama-lama. Di balik sosok pria rendah hati kelahiran Bangil 22 Juni 1968 itu tersimpan segudang prestasi yang membanggakan.

Tangan dinginnya telah berhasil menyulap madrasah-madrasah biasa menjadi sekolah unggulan bertaraf internasional. Dalam menyiasati berbagai keterbatasan yang dimiliki madrasah, Suami Susi Retnowati dan ayah Shaleha Hadiyatullah itu banyak memetik pelajaran dari perjalanan hidupnya yang penuh kesulitan dan perjuangan.

Dunia pendidikan islam saat ini didera oleh stigma sebagai lembaga pendidikan kelas dua. Meskipun kiprah madrasah telah ratusan tahun mengiringi sejarah pendidikan bangsa, tetapi masih banyak orang yang memandang madrasah dengan sebelah mata.

Menghilangkan Stigma

Tanpa disadari, para pelaku pendidikan madrasah sendiri banyak yang membuat permakluman atas hal ini. Madrasah, dengan beban muatan materi pelajaran yang lebih banyak, dianggap wajar bila tertinggal dari sekolah umum yang memang fokus hanya mengejar prestasi di bidang-bidang studi umum.

(23)

dalam membangun institusinya, seperti Ahmad Hidayatullah. Sejak ditunjuk menjadi kepala MAN 3 malang, banyak perubahan yang dicapainya.

Dalam Olimpiade Sains Nasional XII tahun 2013 yang digelar di Bandung (2-8 September), misalnya, 21 siswa-siswi dari MAN 3 Malang, MAN Insan Cendekia Serpong, dan MAN Insan Cendekia Gorontalo berhasil menyabet 4 emas, 8 perak, dan 9 perunggu. Semua madrasah itu pernah ditangani oleh Hidayatullah.

Perubahan drastis yang dicapai MAN 3 Malang membuat Kementrian Agama terpesona. Sekolah itu kemudian ditetapkan sebagai Pilot Project melalui Gerakan Menjadikan MAN 3 Malang Sebagai Etalase Madrasah Indonesia (GEMMA SEMI).

Sejak Maret 2012, Ahmad, demikian alumnus program magister UNJ Jakarta dan UGM Yogyakarta serta doktor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini akrab disapa, mendapat mandat dari Kementerian Agama untuk membuat perubahan besar di MAN 3 Malang.

Penugasan ini tentu bukan asal tunjuk. Sebelumnya, pria kelahiran Bangil, Jawa Timur, 47 tahun silam ini, dianggap telah berhasil menaikkan kelas MAN Insan Cendekia Serpong, Tangerang, dan MAN Insan Cendekia Gorontalo menjadi madrasah berkelas internasional.

(24)

hal biasa karena kedua madrasah tersebut memang dikembangkan dengan biaya tinggi.

MAN 3 Malang merupakan madrasah konvensional dengan dinamika turun-naik dan pembiayaannya sama dengan madrasah-madrasah lain. Kenyataannya siswa-siswi MAN 3 telah berhasil merebut medali di olimpiade nasional. “Kalau MAN 3 bisa, kenapa yang lain tidak?” katanya.

Membangun Spirit

Sejak hari pertama dilantik menjadi Kepala MAN 3 Malang, pada 6 Maret 2012 lalu, Ahmad langsung membangun spirit. Berbagai strategi dan inovasi ia coba terapkan. Ia memulai dengan memetakan potensi apa yang ada di lembaganya.

Hasilnya berupa peta SDM pegawai dan potensi madrasah yang kemudian digunakan untuk menyusun skala prioritas pengembangan. Dari tahapan ini dirumuskan Pedoman Penyelenggaraan MAN 3 Malang untuk 5 tahun ke depan, yang kemudian di-breakdown

menjadi rencana kerja jangka menengah, rencana kerja tahunan, serta rencana kerja anggaran.

(25)

Dari pemetaan tersebut lalu Ahmad membuat program peningkatan dan pemerataan kapasitas para pengajar dengan menerapkan sistem tutor kemitraan. Setiap Sabtu dua pekan sekali para guru dalam satu rumpun bidang studi saling belajar dan bertukar pengalaman dan keahlian. Ahmad juga menghadirkan 27 professor dari perguruan-perguruan tinggi di Malang dan sekitarnya untuk meningkatkan pengetahuan para guru.

Perubahan penting lain yang didorong Ahmad adalah membangun spirit dan mindset para guru, bahwa pendidikan adalah bagian pembangunan peradaban yang dimandatkan Allah kepada seluruh umat manusia. Karena itu mengupayakan yang terbaik dalam pendidikan menjadi tugas semua orang dan menjadi medan jihad yang sesungguhnya.

Penasehat Pesantren Wahid Hasyim Bangil itu juga berusaha mengembangkan budaya transparan, partisipatif, prestatif, disiplin dan melayani. Itu semua berawal dari diri Ahmad sebagai pelopor keteladanannya.

Alhamdulillah, dengan kebijakan ini setiap guru saling mendukung dan saling memberikan kritik membangun,” katanya. Tradisi baru yang terbuka ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana fair dalam bekerja, tidak ada orang yang merasa terzhalimi.

Go International

(26)

Beberapa perwakilan perguruan tinggi luar negeri diundang olehnya untuk berkunjung dan melihat langsung proses pembelajaran di MAN 3.

Hasillnya cukup menggembirakan. Perwakilan dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Kyungsung University Korea, Aoyama School of Japanese (Tokyo), dan tiga universitas dari Sudan itu mengaku terkesan dengan sistem pembelajaran yang diterapkan MAN 3 Malang. “Mereka baru tahu bahwa ada lembaga pendidikan keagamaan, semacam madrasah, yang menerapkan sistem pendidikan sebagus ini,” kata Ahmad.

“Kalau lulusan sudah bisa bersaing dengan lulusan SMA dari negara lain untuk masuk ke universitas di luar negeri, itu salah satu tanda bahwa standar internasional tersebut telah tercapai,” ungkap Ahmad.

Mimpinya itu segera ia wujudkan. Belum genap satu tahun Ahmad memimpin, dua siswa MAN 3 Malang berhasil menembus ujian masuk sebuah perguruan tinggi di Jepang dan dua lagi di Sudan. Bahkan salah seorang diantaranya menduduki ranking satu dari 15 penerima beasiswa studi di Jepang yang program seleksinya dilakukan langsung oleh utusan dari pemerintah Jepang.

“Siswa MAN 3 Malang meraih ranking satu se-Indonesia dalam seleksi itu, menyisihkan siswa BPK Penabur dan MAN Insan Cendekia,” paparnya.

(27)

Tinggi di Jerman. Mulai tahun ajaran baru kemarin, MAN 3 juga mengubah sistem perekrutan siswanya. Nilai Ujian Nasional hanya sebagai syarat administrasi, bukan menjadi pertimbangan dalam seleksi. Sementara seleksinya sendiri menggunakan ujian yang juga mencakup minat dan bakat, semangat, serta daya tahan terhadap stres.

Berjualan Kopi

Ahmad Hidayatullah lahir dari keluarga biasa. Anak ke-10 pasangan Baim dan Muzdalifah yang tinggal di dusun Sangeng Utara, Kelurahan Bendomungal, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, itu waktu kecil terbiasa hidup pas-pasan.

Karena itu pria yang waktu kecil biasa dipanggil Mamad itu terbiasa bekerja keras membantu orang tuanya. Di luar jam-jam belajarnya, sejak sekolah dasar hingga menengah atas, ia harus menyiangi sawah garapan, seperti kebanyakan anak sebayanya pada masa itu.

Hidup sebagai keluarga petani bersahaja mengantarkannya lulus sekolah menengah atas, sesuatu hal yang cukup membanggakan untuk ukuran saat itu. Tetapi ia belum puas dengan ijazah Madrasah Aliyah.

(28)

“Setiap pulang kuliah, saya langsung shalat zhuhur, lalu berjalan kaki menenteng termos dan rencengan kopi bungkus,” kenang Ahmad. “Terkadang dalam sehari saya harus berjalan kaki sejauh 20 kilometer untuk berjualan,” katanya.

Debutnya sebagai pendidik dimulai ketika ia mengajar sebagai guru bhakti di SDN Sumber Anyar 2, Nguling, Pasuruan. Pada saat yang sama ia dipercaya menjadi asisten dosen di IKIP Malang pada 1989-1992. Setelah itu mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi penerimaan pegawai di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan lolos.

Ketika pada tahun 1996-1997 BPPT memulai proyek Maghnet school STEP – BPPT yang merupakan rintisan sekolah Insan Cendekia, Ahmad Hidayatullah dipercaya menjadi Koordinator kerjanya. Dan ketika ada kebijakan Presiden Gus Dur untuk mengembalikan BPPT menjadi lembaga riset murni pada tahun 2001 yang membuat SMA Insan Cendekia harus diserah kelolakan kepada Departemen Agama dan berubah menjadi MAN Insan Cendekia, Ahmad dipercaya menjadi Kepala MAN Insan Cendekia Gorontalo (2002 – 2008).

(29)

Hemat Rp

100,-Menyulap madrasah menjadi sekolah level internasional bukan pekerjaan mudah. Di tengah pandangan umum yang under-estimate terhadap madrasah, Ahmad berkeyakinan model madrasah justru paling cocok untuk tipikal generasi muda muslim Indonesia yang memadukan unsur IPTEK dan IMTAQ.

Ia berharap, negara mau terus mendorong, memotivasi dan memfasilitasi pengembangan madrasah-madrasah untuk menjadi madrasah internasional. “Guru dan siswa madrasah itu hebat-hebat, kita tinggal menemukan potensi terpendam mereka lalu mengolahnya dengan cara yang tepat, insya Allah semua harapan besar itu akan tercapai,” katanya.

Ahmad Hidayatullah (tengah) dalam acara perpisahan di MAN 3 Malang

(30)

Community. M3M Community adalah instrumen yang diciptakan oleh komunitas MAN 3 Malang, baik civitas akademis maupun masyarakat umum yang simpati pada gerakan sosial yang sedang digulirkan oleh MAN 3 Malang dalam membuka peluang belajar bagi para yatim piatu dan dhuafa agar dapat menikmati fasilitas belajar yang bermutu.

Program ini berobsesi menjadikan pendidikan bermutu tetap dapat diwujudkan dan dinikmati siapa pun tanpa menjadi beban tanggung jawab orang tua atau beban bertambahnya anggaran negara. Gerakan M3M Community berusaha mencarikan sumber pembiayaan alternatif bagi MAN 3 melalui program-program penggalangan dana sosial, seperti program-program hemat Rp. 100 perhari perindividu. Luar biasa..!

Tugas Baru

Setelah sukses memimpin MAN 3 Malang, Ahmad Hidayatullah mendapatkan tugas baru di Surabaya. Ia ditunjuk sebagai Kasubag Keuangan dan Perencanaan di Kanwil Kemenag Provensi Jawa Timur

Pertengahan Agustus 2015 diadakan acara pisah-sambut dari kepala lama kepada yang baru dilangsungkan di aula MAN 3 Malang, dengan penyarahan sejumlah dokumen penting disaksikan langsung oleh kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang. Dra. Hj. Binti Maqsudah, M. Pd menjadi Kepala MAN 3 yang baru menggantikannya.

(31)

ini. Saya belum bisa memberikan apa-apa untuk MAN 3, kalau pun ada itu adalah hasil perjuangan para guru dan staf karyawan,” ujarnya rendah hati.

Di MAN 3 Malang, Ibu Binti bukanlah orang baru. Selain sebelumnya adalah kepala MTs Negeri 1 Malang yang seringkali melakukan kerjasama dengan MAN 3 sebagai madrasah terpadu, ia juga pernah bertugas sebagai guru di MAN 3 selama bertahun-tahun. Meskipun demikian, ia masih perlu melakukan banyak kordinasi dengan para guru untuk menjalankan tugasnya sebagai pimpinan.

Ahmad Hidayatulah mengingatkan, siapa pun orang yang memimpin madrasah, kalau semua komponen mau bekerja keras, tulus dan ikhlas, maka lembaga akan bangkit dan maju. Ia mengajak semua pihak mendukung pemimpin madrasah yang baru. “Tidak ada resep atau teori apapun untuk membuat terus maju madrasah ini, kecuali mari kita dukung Bu Binti sebagai kepala baru kita,” katanya.

Sebelum meninggalkan MAN 3, ia berpesan kepada seluruh elemen guru dan karyawan, untuk tetap bersemangat dalam bekerja dan mengabdikan dirinya sebagai guru dengan tetap menjadi suri tauladan bagi para siswa. Ahmad menegaskan bahwa energi mereka hendaklah digunakan untuk membangun dan mengembangkan madrasah, agar cita-cita luhur MAN 3 dapat tercapai. “Tetaplah tulus dan ikhlas, semoga Allah meridoi kita semua,” pesannya.

(32)

MAN 3 Malang, ia menyatakan masih merasa memiliki MAN 3 Malang. Ia merasa tidak meninggalkan madrasah yang beralamat di Jl Bandung Malang itu.

“Meski saya dipindahkan ke Surabaya, namun jiwa saya tetap disini, tetap bersama anak-anak semua,” kata Ahmad. Tidak sedikit siswa yang menangis melepas kepergiannya.

Pikiran Kreatif

Dunia pendidikan Islam nampaknya sudah menyatu dalam diri Ahmad Hidayatullah. Salah satu “hobi” yang dilakukannya pada saat menjadi kepala madrasah di Gorontalo, Serpong dan Malang adalah mengadakan forum pertemuan dengan para guru dan kepala madrasah di sekitarnya. Hobi ini juga masih berlanjut saat ia mendapatkan tugas baru di Surabaya.

Di Gorontalo, ia membuat Forum Komunikasi Pengembangan Madrasah. Di Serpong ia mengumpulkan para guru dan kepala madrasah dalam forum Cemadev, Centre for Madrasah Development. Di Malang Jawa Timur ia mengadakan pertemuan berkala Forum Komunikasi Guru dan Kepala Madrasah.

“Saya berusaha mengumpulkan para kepala madrasah dan guru-guru yang aktif dan mempunyai idealisme dalam satu forum diskusi. Intinya saya ingin menampung pikiran dan ide-ide serta ditindaklanjuti dalam bentuk action,” katanya.

(33)

bergerak maju. Pertemuan-pertemuan itu menjadi sarana menyampaikan kesulitan kaitannya dengan kerja pengembangan madrasah dan bagaimana memberikan solusi. Selain itu Ahmad ingin memancing pikiran kreatif kaitannya dengan bagaimana pengembangan madrasah ke depan. Beberapa pikiran kreatif ini seringkali tidak tertampung dalam rapat-rapat formal.

Forum-forum pertemuan itu masih berlanjut saat Ahmad memegang tugas baru sebagai Kasubag Keuangan dan Perencanaan di Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur, tidak lagi menjabat kepala madrasah. Saat ini ia aktif dalam Madpontren Bersi, Madrasah dan Pondok Pesantren Bersinergi.

(34)
(35)

Hj. Nibras OR Salim; Penasihat Madrasah Istiqlal Jakarta

Kreator RA Modern

A

da satu peristiwa penting yang membuat Nibras “banting setir” dan mengabdikan dirinya untuk mendidik anak-anak usia dini. Bermula dari satu peristiwa kecil namun sangat menghentak hatinya. Ketika itu ia mengajar di SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama). Ia sempat tertegun. Ada seorang siswa yang tidak hafal dua kalimat sahadat. Padahal siswa itu sudah berumur. Apa yang salah?

***

Perawal dari peristiwa kecil itu, Nibras mengitikadkan

(36)

tempat, termasuk ke Florida Amerika Serikat. Ia merealisasikan gagasannya tidak hanya di satu sekolah, tapi di berbagai daerah.

Nibras dikenal sebagai perintis TK Islam di Indonesia. Ia merintis banyak sekolah Islam untuk anak-anak di setiap daerah yang dia pijak. Banyak sekali yang dia ciptakan untuk anak-anak, dari mulai lagu-lagu islami khusus untuk anak, panduan belajar, alat peraga, permainan edukatif, dan masih banyak lagi. Pada tahun 1976 ia sudah menciptakan peragaan manasik haji untuk murid-murid TK yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan mereka.

Banyak sekali penghargaan yang ia peroleh karena rasa cintanya terhadap anak-anak Islam. Meskipun takdir berkata lain, ia tidak mempunyai seorang pun anak sampai di masa tuanya.

Sudah Uzur

Rumah Hj. Nibras OR Salim berada di kawasan Cikini Jakarta Pusat, tidak jauh dari Taman Ismail Marzuki (TIM). Ditemani dua muridnya yang juga guru di Madrasah Istiqlal Jakarta, Ibu Nita dan Pak Kasmudi, kami bergegas menuju rumah lama itu, 21 September 2015. Rumah itu cukup sepi. Hj. Nibras waktu itu ditemani oleh istri dari keponakannya.

(37)

dibantu oleh orang lain. Ini sudah berlangsung sekitar tiga tahun lamanya. Tepat di depan pintu kamarnya terdapat panduan kepada yang merawatnya mengenai cara memberikan makan dan minum untuk Hj. Nibras, sampai cara melatih pernafasan.

Di usianya yang sudah uzur itu, Hj. Nibras menyimpan banyak kisah mengenai pengabdiannya di bidang pendidikan Islam, konsep dan terobosan-terobosan baru yang telah ia lakukan, serta banyak keteladanan hidup yang ia tunjukkan di hadapan orang sekitar.

Kisah hidup Hj. Nibras OR Salim berikut ini diadaptasi dari catatan riwayat hidupnya yang didokumentasikan di Madrasah Istiqlal Jakarta dan ditulis pada 2014 lalu, ditambah dengan kesaksian dari beberapa murid dan sumber-sumber lain, termasuk beberapa buku yang ia tulis.

Putri Pejuang Kemerdekaan

(38)

kemerdekaan Indonesia ditangkap dan dibuang ke pengasingan.

Ayahnya bernama Oedin Rahmani yang disingkat OR. Singkatan nama ayahnya ini dilekatkan pada nama dirinya yang cukup populer, Nibras OR Salim. Sementara Salim adalah nama suaminya. “Nibras” sendiri berasal dari bahasa daerah yang artinya “mercusuar”.

Kesedihannya tidak berhenti. Tidak lama setelah ayahnya diasingkan, Nibras kecil juga ditinggal oleh ibunya yang telah melahirkan dan menjaganya. Setelah berpisah dengan ayah dan ibunya, ia diambil dan diasuh oleh neneknya. Ia tinggal bersama neneknya hingga ia masuk ke sekolah rakyat (SR) setingkat dengan sekolah dasar (SD).

Haus Ilmu Pengetahuan

(39)

Nibras OR Salim muda sudah merintis beberapa lembaga pendidikan Islam untuk anak-anak usia dini

Belum puas dengan ilmu yang ia peroleh di sekolah aliyah dan sekolah menengah Islam (SMI) tadi, ia kemudian masuk ke sekolah guru dan hakim agama (SGHA). Ia masuk ke lembaga pendidikan khusus keguruan dan kehakiman pada tahun 1955. Di sekolah SGHA jiwa mengajarnya mulai tumbuh dalam dirinya. Apalagi ketika ia menemukan para calon guru yang tidak menguasai dasar-dasar ilmu keislaman.

(40)

khususnya diklat yang berhubungan dengan pendidikan dan dakwah. Bahkan ia mengikuti pelatihan di Florida, Amerika Serikat. Di negeri paman syam itu, ia mengikuti pelatihan di Creative Pre School Tallahasse selama 23 hari, mulai dari 19 mei sampai 10 juni 1996. Imu yang diperoleh dari Florida ditambah pengalamannya sebagai pendidik menjadi bekal baginya dalam merintis lembaga pendidikan Islam di berbagai daerah yang ia singgahi, termasuk di kampung halamannya Sumatera Barat, saat bertugas mengajar di Jawa Tengah, dan di beberapa lembaga pendidikan Islam di Jakarta sampai masa tuanya.

Bukan PNS Biasa

Nibras sudah memulai karirnya sebagai guru sebelum ia mengikuti pelatihan di Florida, Amerika Serikat, tepatnya setelah ia memperoleh SK sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Departemen Agama (Depag) pada tahun 1955. Sejak itu ia langsung bertugas menjadi guru di SMP Purworejo, Jawa Tengah. Pada tahun 1958 ia mengajar di SGTK semarng dan dalam kurun waktu 1959-1960 mengajar di SGA Semarng.

Setelah mengabdikan dirinya menjadi seorang pengajar di daerah Jawa Tengah selama 6 tahun kemudian Nibras OR Salim hijrah ke Jakarta. Di ibukota ia pertama kali mengajar di PGA Jakarta dan berturut-turut mengabdikan dirinya di SMA VI Jakarta, SKKA Jakarta, dan SMA 24 Jakarta.

(41)

mulai dengan ia menjadi Kepala Seksi Pembinaan Da’i Kandepag Kota Jakarta pusat dari tahun 1979-1980, menjadi Kepala Seksi Lembaga Dakwah pada Direktorat Penerangan Agama RI tahun 1980-1984, menjabat sebagai Kepala Kantor BP4 pusat, dan terakhir ia menjabat sebagai Kepala Seksi Pembinaan Perkawinan pada Direktorat Urusan Agama Departemen Agama RI hingga 1987 sampai ia pensiun sebagai PNS.

Pengabdian dan kontribusi Nibras bukan hanya di pemerintah saja. Di luar tugas dinas, perempuan tangguh ini menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan. Sebelum akhirnya pindah ke ibu kota pada tahun 1956 ia mendirikan lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Batik di Purworejo, Jawa Tengah. Lembaga ini merupakan warisan peninggalannya ketika masih menjadi tenaga pengajar di Jawa Tengah.

Ketika bertugas di Ibukota Jakarta, kontribusinya di dunia pendidikan semakin nyata. Misalnya, ketika di Jakarta Nibras mulai mendirikan dan memimpin lembaga pendidikan TK Islam di Yakpi di daerah Menteng Jakarta Pusat dari tahun 1964-1972, mendirikan TK Islam Cut Mutia tahun 1983, dan beliau menjadi Pembina TK dan SD Ar-rahman Yayasan Motik, Jakarta Selatan tahun 1984.

(42)

Yayasan Al Falah yang dipimpin oleh Bapak Museno yang ketika itu menjabat sebagai Wagub bidang Kesra DKI Jakarta.

TK Al-Falah ini merupakan lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak yang dipersiapkan sebagai sekolah unggulan bertaraf internasional dan berwawasan Islam. Di sini, peserta didik tidak hanya pintar secara intelektual saja tetapi lebih dari itu mereka cerdas secara sepiritual serta memiliki akhlak yang baik.

Siswa RA-TK di Madrasah Istiqlal belajar sambil bermain air

(43)

Barat. Tahun 1999 menjadi Pembina TK Islam Sabilina di Karanggan Permai Cibubur, Jakarta Timur-yang dipersiapkan sebagai TK Islam/RA Pembina.

Lembaga pendidikan terakhir yang ia rintis adalah Taman Kanak-Kanak (TK) Istiqlal – yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Madrasah Istiqlal. Madrasah Istiqlal kini memiliki beberapa lembaga, mulai dari Kelompok Bermain (KB) dan Raudlatul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Madrasah Aliyah (MA). Berkat perjuangan dan kegigihan Nibras OR Salim, kini Madrasah Istiqlal menjadi sekolah percontohan nasional dengan sistem bermain sambil belajar.

Aktif di Organisasi

Di luar aktivitasnya sebagai pendidik dan Pembina beberapa lembaga pendidikan Islam di tanah air, Nibras OR Salim juga merupakan sosok perempuan yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan. Keaktifannya dalam organisasi ini menunjukkan bahwa ia memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi.

Sejak masih di tanah kelahirannya, Nibras OR Salim sudah aktif di organisasi dengan menjadi sekretaris Pelajar Islam Indonesia (PII) Sumatera Tengah. Ketika mengajar di Jawa Tengah, ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia Puteri (GPII) kabupaten Purworejo dan pada tahun 1957 hingga 1960 beliau menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) wilayah Jawa Tengah.

(44)

Misalnya, tahun 1983 menjabat sebagai ketua Bina Mental KOWANI, tahun 1979 hingga 1990 ia menjadi Ketua Umum Badan Koordinasi Taman Kanak-Kanak Islam DKI Jaya, tahun 1990 sampai1995 menjadi Ketua umum Badan Pembina Taman Kanak-Kanak Islam Jabodetabek, menjadi Ketua V Pengurus Dewan Masjid Indonesia DKI Jakarta, tahun 1994 hingga 1997 menjadi Ketua Bidang Dakwah/Pendidikan Masjid Sunda Kelapa Jakart Pusat, dan pada periode tahun 2000-an beliau menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pembina Taman Kanak-Kanak Islam Indonesia.

Karya dan Penghargaan

Perjuangannya tanpa mengenal lelah mengantarkan Nibras OR Salim meraih beberapa prestasi dan penghargaan. Di bidang pendidikan, prestasi yang ia torehkan adalah menjadi penyusun kurikulum Raudlatul Athfal di Departemen Agama tahun 1980 dan menyusun kurikulum Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak Islam/RA tahun 1995.

Prestasinya tidak hanya di bidang pendidikan saja. Ia juga merupakan perempuan yang sangat produktif menulis. Kegiatan menulis dijadikan sebagai wadah menuangkan gagasan atau pemikirannya dalam dunia pendidikan. Hampir semua buku yang ia tulis segmentasinya lebih kepada anak-anak dan ditulis dengan sangat praktis. Diantara buku yang ia tulis adalah Pendidikan Do’a untuk Balita, Pendidkan Puasa untuk Balita, Pendidikan Cinta Masjid untuk Balita,

Panduan Mengenal Sifat-sifat Allah kepada Balita,

(45)

Panduan Mengenal Al-Quran kepada Balita, Buku Seri Peran Ayah untuk Balita, dan Pendidikan Agama untuk Anak Umur 0-6 Tahun.

Ia juga menulis beberapa lagu islami untuk balita sebanyak 50 lagu yang sudah dibukukan dan tersedia dalam bentuk kaset, menciptakan berbagai macam alat Peraga Pendidikan Keimanan dan Ketakwaan dalam bentuk mainan, slides, foto, puzzle yang juga dikhususkan untuk lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK).

Prestasi lain yang ditorehkan beliau adalah menciptakan peragaan manasik haji untuk Murid Taman Kanak-Kanak yang disesuaikan dengan umur dan kemampuannya pada tahun 1976.

Suasana di KB-RA Madrasah Istiqlal. Ada beberapa sentra berlajar dan bermain. Kegiatan belajar tidak

berada di ruang kelas tertutup

(46)

sering diundang di stasiun televisi (TVRI) untuk menyampaikan gagasannya di bidang sosial dan pendidikan.

Di luar prestasi akademik, Nibras OR Salim sering memperoleh beberapa penghargaan bergengsi. Karena perjuangan dan kegigihannya dalam dunia pendidikan itulah Ibu Nibras menerima Piagam Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya Tingkat III dari Presiden Republik Indonesia, memperoleh penghargaan dari Internasional Management Indonesia sebagai Penerima Anugerah Tut Wuri Handayani tahun 1997, dan termasuk daftar profil 200 Tokoh, Aktivis, dan Pemuka Masyarakat Minang yang dibukukan pada tahun 1995 dalam rangka memperingati 50 tahun kemerdekaan Indonesia.

Terakhir, ia memperoleh Apresiasi Sahabat Kartini sebagai salah seorang perempuan hebat. Ia tidak hanya dicatat sebagai “Pencetus TK Islam”, tetapi juga praktisi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang penuh kreasi. Ia telah mengabdikan seluruh hidupnya dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan anak.

Keteladanan

(47)

yang harus selalu terintegrasi dalam setiap kegiatan belajar-mengajar.

Ditekankan bahwa anak didik tidak hanya hanya diarahkan untuk pandai dari segi intelektual. Anak didik diarahkan pada tujuan akhir pendidikan yaitu siap menghadap Allah SWT, inna lillahi wa inna ilahi roji’un yang merupakan tujuan hidup yang hakiki dari setiap manusia beragama.

Direktur Madrasah Istiqlal, H Sodikin, juga tidak melupakan satu pesan penting Hj Nibras. Bahwa pendidikan adalah perjuangan dan ibadah yang harus disertai dengan keikhlasan. Ia menanamkan kesederhanaan. Para pendidik tidak boleh mengejar materi. “Kalau ingin uang jangan ke Madrasah Istiqlal, ke (pasar) Tanah Abang saja,” pesan Hj. Nibras.

Dalam memimpin dan mengelola lembaga pendidikan, ia disegani dan dihormati oleh semua bawahannya. Semua yang terlibat dianggap penting. Semua menjalankan tugas masing-masing.

Ia juga tidak segan-segan turun langsung untuk membenahi hal-hal yang tidak beres. Ia pernah memarahi petugas kebersihan di Madrasah Istiqlal karena kamar kecil kurang bersih. Ia singsingkan lengan baju, mengambil sikat, lalu memanggil petugas kebersihan. “Pak Amin kalau bersihin WC itu begini loh,” kata Hj Nibras.

(48)

madrasah menyampaikan usulan. Ini juga merupakan cara untuk mendidik para kadernya agar berfikir, agar ide-ide kretatif tidak tersumbat.

Hampir di setiap kegiatan di luar madrasah, misalnya ketika berbicara di forum seminar, ia mengajak seorang guru. Maksudnya agar para guru terbuka wawasannya, tidak hanya monoton di dalam madrasah. Beberapa kesempatan berbicara di forum diberikan kepada guru lain dan Hj Nibras sendiri hanya diam mengamati. Kepala Madrasah KB dan RA Istiqlal Nita Rosdewita juga mempunyai pengalaman seperti itu. Ia disilakan bicara di depan forum. Setelah selesai bicara di luar forum, Hj Nibras baru memberikan catatan bahwa yang disampaikannya barusan kurang begini dan begitu.

(49)

No’man Afandi, S.Pd; Mantan Kepala MTs Bustanul Ulum

Antarkan Siswa Madrasah Swasta

ke Pentas Internasional

M

ulanya hanya siswa-siswi ‘buangan’ yang belajar ke MTs Bustanul Ulum, Desa Tagengser Laok, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Madura. Orang menganggapnya ‘buangan’, karena mereka baru mau masuk ke MTs ini setelah gagal diterima di lembaga atau sekolah unggulan. Namun akhirnya, banyak yang berdecak kagum. Belakangan MTs swasta ini mengharumkan nama madrasah dan nama Indonesia dalam kancah dunia.

***

(50)

selama dua tahun di sekolah. Penerbangan menjalani transit tiga kali. Siswa-siswi yang ikut olimpiade tidak biasa terbang. Mereka langsung terkapar. Namun tak disangka, mereka pulang membawa medali. Nabawiyah, pulang membawa medali perunggu. Dua bulan kemudian, dua medali perunggu dan juara 1 grup (medali emas) diraih di Beijing, China oleh siswa lainnya yang mengenyam pendidikan madrasah di pelosok desa itu.

Berbagai prestasi dari sederetan keberhasilan akademik telah diraih MTs Bustahul Ulum dari tahun ke tahun. Kini, puluhan prestasi terus direngkuh, mulai dari kompetisi tingkat lokal, regional, nasional, hingga internasional.

No’man Afandi, Sang Kepala Sekolah waktu itu, mempunyai peran yang sangat besar hingga nama MTs Bustanul Ulum melejit dan tenar di belantara dunia.

“Sebuah kepuasan luar biasa ketika bisa berbuat banyak untuk madrasah,” kata No’man sumringah.

Latar Belakang Pendidikan dan Keluarga

No’man Afandi adalah anak bungsu dari 12 bersaudara. Ia kelahiran Pamekasan, 5 September 1971. Hobinya main futsal dan silaturrahim. Kedua orangtuanya petani dan tergolong menengah ke bawah. Ayahnya meninggal dunia waktu ia masih SD. Beberapa tahun kemudian, ibunya menyusul sang ayah.

(51)

1995. Biaya kuliah, sebagian atas sumbangan saudara-saudaranya. Selama kuliah di Jember, No’man sembari bekerja di toko peracangan sampai lulus. Selama bekerja di toko itu, dia hanya dibayar makan dan asrama gratis.

“Untuk bayar SPP, juga dibantu sekadarnya oleh tuan toko; saya bekerja sampai jam 9 malam, belajarnya di sela-sela pekerjaan. Alhamdulillah 3 tahun 6 bulan lulus. Dari 12 saudara, hanya saya yang PNS dan bisa berkiprah di dunia pendidikan. Saudara saya yang lain adalah petani. Tapi saya bangga dan berhutang budi pada mereka,” terang suami Dewi Kartini itu.

Semester empat saat menempuh pendidikan S1, No’man mendapat “Beasiswa Supersemar” karena IP-nya lebih dari 3,5. Syarat mendapat Supersemar kala itu harus minimal IP 3,5. Sebelum mendapat beasiswa, pendidikannya nyaris putus. Sebab, ia sering nunggak bayar SPP. Untungnya, seorang dosennya bernama Bu Unik membantu administrasi hingga ia berhasil memperoleh beasiswa.

“Oleh saudara, saya perdua bulan hanya dikirim Rp 60 ribu. Kadang kirimannya lebih dari dua bulan. Alhamdulilah semester 4 dapat beasiswa hingga selesai kuliah. Kebetulan semester 5 saya menjadi asisten Bu Unik,” urainya.

Di IKIP Jember, No’man menjadi wisudawan terbaik. Tapi, ia tidak merasakan bagaimana diwisuda. Sebab, tidak mampu membayar biaya wisuda yang mahal karena tempatnya di hotel mewah.

(52)

saya bisa membawa ijazah sekalipun tidak diwisuda,” kenangnya.

Sekarang No’man melanjutkan studi magister di Unsuri Surabaya dan sudah dalam proses menyelesaikan tesis. Kuliahnya di hari Ahad, tapi pembelajaranya penuh sehari. Objek penelitian tesisnya mengambil lokasi di Bustanul Ulum dengan tema Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Manajer di Sebuah Lembaga Pendidikan.

No’man diberkahi 2 anak kandung. Dan kini istrinya mengandung lagi. Tak hanya itu, ia punya 5 anak angkat. Anak angkat pertama jadi guru sertifikasi di Bustanul Ulum sudah berkeluarga, namanya Junaidi. Yang kedua bernama Farhan mengajar di MAN Pamekasan, kini sedang menyelesaikan tesis jurusan PAI di Unsuri. Yang ketiga dan keempat mondok di Pesantren Banyu Anyar Pamekasan. Terakhir bernama Alung jadi tukang kebun di MAN sembari kuliah di STKIP Sumenep jurusan BK.

Madrasah sebagai Labuhan

Sejak dulu, No’man memang bercita-cita menjadi guru. Dia memilih madrasah sebagai tempat pengabdiannya, karena di madrasahlah dirinya berkeyakinan bisa total dalam mengembangkan sekaligus mengasah kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. SK pertama ia sebagai guru adalah di MAN Pamekasan tahun 1997.

(53)

“Andai usai dua tahun kalian kami bina masih tidak juara olimpiade, potong tangan saya!” kata No’man lantang.

Janji tersebut ditegaskan No’man Afandi pada 2009 silam kepada murid-muridnya, saat kali pertama dirinya diamanahi sebagai Kepala MTs Bustanul Ulum. Ditopang oleh spirit disiplin dan ketekunan, kalimat itulah yang mampu membakar semangat siswa madrasah dari pelosok desa sampai langganan juara olimpiade sains hingga tingkat dunia. Sampai detik ini!

Banyak kalangan awalnya meragukan MTs Bustanul Ulum bisa berkiprah di pentas dunia. Janji No’man Afandi untuk potong tangan bila siswanya tidak berprestasi, dipandang terlalu berlebihan. Sekalipun, ia mengucapkan hal itu dengan penuh kesadaran yang ditopang oleh optimisme yang tinggi.

Hal itu bisa dimaklumi, mengingat hingga pada 2011, kondisi siswa-siswinya kurang menjanjikan; berada di daerah terpencil, berjarak sekitar 180 km dari daerah perkotaan, infrastruktur jalan yang hancur lebur, jumlah keseluruhan siswa dari kelas VII sampai IX kala itu sebatas 120 orang saja.

(54)

“Mulanya di MTs Bustabul Ulum kesulitan ‘bibit’; yang tidak diterima di sekolah atau lembaga unggulan, baru masuk ke lembaga kami. Jadi waktu itu, ‘bibit’ siswa kita memang grade-nya rendah. Ini yang membuat pesimis banyak kalangan madrasah ini bisa bangkit. Alhamdulillah, kini sudah berwujud optimis,” terang No’man Afandi kala ditemui di ruang kerjanya, Jumat (16/10/2015).

Rasa pesimis itu, diakui No’man Afandi, sama sekali tidak pernah terbersit dalam dirinya. Menurutnya, janji potong tangan di atas, bukan bermaksud mendahului takdir Allah. Melainkan, itu dirasa sebagai wujud keyakinan betapa Allah pasti memberikan jalan mudah bagi hambahnya yang sudah berikhtiar.

Diberi kepercayaan menahkodai MTs Bustanul Ulum, dirinya langsung tancap gas melakukan dua strategi perubahan awal: membangun kedisiplinan dan meletakkan tenaga pengajar sesuai dengan disiplin ilmunya.

Bagi No’man, kedisiplinan adalah modal utama untuk meraih sukses. Kedisiplinan siswa, terangnya, tergantung pada kedisiplinan gurunya. Karena itu, kedisiplinan harus dimulai dari tenaga pendidik. Sementara faktanya, guru-guru madrasah di daerah Kecamatan Waru luar biasa tidak disiplinnya. Baru datang ke sekolah ketika jam menunjukkan pukul 08.00 Wib lebih. Muridnya lebih parah lagi.

(55)

Dia tidak pernah menyuruh guru disiplin, tidak pernah menegur guru yang biasa datang terlambat ke sekolah. Yang No’man lakukan adalah memberi teladan. Dan itu cukup efektif.

Teladan yang dilakukan No’man Afandi ialah tiba di madrasah maksimal pukul 06.15. Pada jam itu, guru dan siswa tak seorang pun yang datang. Tapi dengan teladan No’man Afandi yang dilakukan secara istiqamah, guru dan siswa tampaknya jadi malu. Pelan tapi pasti, dalam setahun, kedisiplinan mengakar kuat dan membudaya di Bustanul Ulum.

Alhamdulillah dalam setahun, kami mampu mendisiplinkan guru dan siswa dengan latar belakang yang bermacam,” tegasnya.

Setelah setahun, baru dirinya masuk ke sistem, masuk ke program pengembangan dan pemajuan lembaga. Mulanya, banyak guru yang merasa pesimis. Prinsip No’man terbilang sederhana, yaitu di mana pun kita melaksanakan sebuah program, selama kita mempunyai komitmen yang kuat, selama kita mempunyai niatan yang besar untuk membangun madrasah, tidak ada alasan madrasah itu untuk tidak maju. Tinggal bagaimana memaksimalkan potensi yang ada pada diri kita.

(56)

“Contohnya yang sangat berat di swasta itu adalah pengadaan dana yang sangat terbatas karena kebanyakan menggunakan dana pribadi. Tapi

alhamdulillah saya puas karena ikhtiar saya berhasil memajukan Bustanul Ulum. Kepuasaan itu tidak hanya diukur dari materi,” terangnya.

Rahasia Sukses

Kata No’man, semua anak punya kapasitas dan potensi tersendiri, tergantung bagaimana kita menggalinya serta mengembangkannya. Dalam hal ini, guru dituntut punya inovasi, komitmen, dan semangat tinggi.

“Kata kunci untuk menjadikan lembaga yang sukses ialah kita harus wakafkan sebagian tenaga, pikiran, dan sebagian harta. Bila itu terjadi, saya akan memberikan jaminan insya Allah lembaga itu maju. Karena tidak ada prestasi yang gratis, prestasi itu harus diperjuangkan dan butuh pengorbanan,” tekannya.

Dalam pandangan No’man, masih ada beberapa pengelola lembaga pendidikan yang masih bepikir materialis. Dengan kata lain, ketika mereka melaksanakan tugas hanya sebatas melaksanakan tugas mengajar dan pulang, tanpa berpikir bagaimana anak-anak kita; berapa persen materi yang terserap, berapa nilainya, solusinya bagaimana dengan prestasi yang rendah.

“Makanya saya katakan inovasi itu penting,” terang pria yang hingga kini mengajar materi Biologi itu.

(57)

psikis. Kalau kita ingin menjadi guru profesional masuklah ke dunia anak didik kita, kemudian ajak mereka ke dunia kita.

No’man Afandi (dua dari kanan- belakang) bersama para siswanya yang memegang tropi

“Membangun ikatan emosional dengan anak-anak jauh lebih berhasil ketimbang melaksanakan program pembelajaran dengan berbagai metode,” tekannya.

(58)

Pengembangannya kemudian diasramakan mulai dari awal seleksi pertama sampai selesai madrasah. Jika hendak diikutsertakan olimpiade, selama 3 bulan tidak boleh terkontaminasi dengan materi lain, harus fokus di bidang yang dilombakan.

“Pengelola lembaga yang sekarang sudah bisa menikmati hasilnya, telah banyak siswa yang berbondong-bondong ingin bersekolah di Bustanul Ulum. Sekarang tinggal mengembangkan saja, karena kepercayaan masyarakat sudah tertanam,” katanya.

Spirit Berbuah Penghargaan Internasional

Dua tahun dari proses pembinaan siswa, pada 2011 datang penawaran untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat internasional. MTs Bustanul Ulum mingirim 5 peserta, 3 ke Louknow India, dan 2 siswa ke Beijing, China. Ketika siswa-siswinya lulus seleksi dengan anggaran semua sekitar Rp130 juta, No’man jadi kebingungan untuk mendapatkan dana sebesar itu.

Ahamdulillah saya kumpulkan tokoh masyarakat dan pihak yayasan. Saya katakan madrasah sedang butuh dana sekitar Rp25 juta per-anak dengan biaya pengurusan sekitar Rp130 Juta. Dengan resiko ketika gagal tidak mendapatkan apa-apa dan uang tersebut tidak kembali,” terangnya.

(59)

dibimbing selama 16 Jam/minggu, dari paruh 2009 sampai 2011.

“Ketika berangkat ke Lauknow, siswa kami berpakaian seadanya; seragam sengaja tidak saya ganti baru; Seragam yang dibawa sudah dipakai selama 2 tahun di sekolah. Saya ingin tahu bagaimana respon pemerintah ketika anak berprestasi berpenampilam seadanya,” ujarnya.

Penerbangan ke Lauknow transit tiga kali. Siswa-siswi No’man yang ikut olimpiade tidak biasa terbang. Tiba di Lauknow, mereka langsung terkapar. Ketika turun pesawat, mereka langsung tiduran di teras penerbangan. Akhirnya mereka dihampiri satpam, disangka pengemis, diberi uang dan disuruh pergi.

Alhamdulillah anak desa pun yang tempat pendidikannya di daerah terpencil, tidak terbaca masyarakat, ketika punya kemauan yang kuat, keinginan yang kuat untuk berprestasi, ternyata mampu berkolaborasi dengan siswa di seluruh dunia. Kami kembali ke Indonesia dengan prestasi yang membanggakan; 2 buah medali perunggu,” kata No’man.

(60)

Alhamdulillah hasilnya sesuai yang diharapkan. Kedua siswanya mendapat medali perunggu dan kategori grup mendapatkan penghargaan juara 1 internasional.

No’man tidak mendampingi siswanya ke Beijing, karena saat itu ia kurang dana Rp60 juta pada H-2. Saat itu dirinya punya mobil Panther lama. Dia taruh mobil itu di pegadaian sebagai jaminan atas pinjaman uang Rp60 juta. Setelah tiga bulan, baru bisa ditebus.

“Karena bila Rp60 juta itu tidak dipenuhi, maka seluruh peserta olimpiade dari Indonesia gagal berangkat,” terangnya.

Biaya ikut olimpiade tersebut lebih banyak dari uang pribadi No’man. Adakah uang ganti? Sampai saat ini masih tersisa Rp30 juta.

“Saya berpikir begini, saya sampaikan ke kiai (pengasuh Pesantren Bustanul Ulum), kalau suatu saat lembaga maju, silakan bayar. Tetapi misalnya nanti lembaga katakanlah masih belum mampu, tidak bayar pun tidak ada persoalan,” terangnya.

Kini, lembaga Bustanul Ulum sudah maju dan berkembang. Jumlah siswanya setelah proses olimpiade internasional yang pesertanya dari MTs Bustanul Ulum, sekarang semakin naik sampai mencapai 600 siswa. Itu memberikan imbas pada SMK Bustanul Ulum. Saat ini, dari TK hingga SMK Bustanul Ulum sudah melebihi angka 1000 siswa.

(61)

pemerintah. Pukul 9 malam, dirinya bertemu dengan Dirjen Pendidikan Islam Kementrian Agama. Di sana ia mendapatkan penghargaan yang luar biasa karena madrasah mampu mengharumkan nama Indonesia.

Alhamdulillah saya diberi reward perpustakaan, multimedia, dan rehab sekolah, serta saya meminta supaya para siswa di Jawa Timur yang ikut olimpiade difasilitasi hingga perguruan tinggi,” katanya.

Sepanjang No’man mengabdi sebagai Kepala MTs Bustanul Ulum dari kisaran 2007-2013, ia telah menyelesaikan bangunan sebanyak 52 kamar, di antaranya ruang madrasah, asrama santri putra dan putri Pesantren Bustanul Ulum.

Hingga saat ini, No’man mempunyai jadwal pengabdian yang cukup padat di dunia pendidikan. Pagi sampai Maghrib di MAN Pamekasan, malamnya di Yayasan Bustanul Ulum. Baginya, tidak ada pekerjaan yang melelahkan kalau pekerjaan itu dinikmati. Untuk membagi waktunya, cukup mengalir saja sesuai tupoksi sebagai kepala sekolah, tugas fungsional juga jalani.

Di bidang tenaga pengajar, No’man rupanya juga melakukan terobosan. Bila biasanya guru harus sarjana, No’man justru melabraknya. Buktinya, guru Matematika MTs Sumber Bungur hanya lulusan SMA. Mujalli, namanya. Dia tidak sarjana, tapi kompeten dan mampu mengantarkan siswa berprestasi di bidang matematika hingga tingkat internasional.

(62)

dari tahun 1999 sampai 2007. Selama 9 tahun, dia mendampingi kepala sekolah Pak Hadari dan Pak Sihafudin dalam rangka pengembangan program akademik di Sumber Bungur.

Pada tahun 2007, di MTsN Sumber Bungur, pihaknya mencanangkan program akselerasi selama 2 tahun untuk siswa yang mempunyai IQ di atas rata-rata. Namun, belum rampung 2 tahun dari program itu, dia dipromosikan sebagai nahkoda di MTs Bustanul Ulum.

Pesan Buat Guru Madrasah

No’man berpesan kepada guru madrasah supaya jangan merasa puas dengan apa yang sudah diperoleh dan terus untuk melakukan inovasi. Juga, seringlah melakukan evaluasi dari apa yang sudah kita lakukan. Lebih dari itu, komitmen atau niatan yang kuat dalam mengabdi, mungkin itu senjata yang paling kuat guna mendapatkan prestasi.

Menurutnya, pola belajar zaman dulu dengan sekarang sudah berbeda. Cara belajar anak dulu lebih kuat walaupun dengan fasilitas yang sangat terbatas. Motivasi anak untuk belajar lebih kuat tempo dulu walaupun dengan sarana dan fasilitas seadanya. Dulu pengaruh lingkungan terbatas, televisi sangat jarang.

(63)

menanamkan karakter kepada anak-anak bahwa teknologi itu memilik dampak positif dan negatif, tergantung bagaimana kita mengarahkan.

“Kegiatan pembelajaran di MTs dan MA cukup 40% saja, sementara 60% diarahkan bagaimana untuk membangun karakter dan akhlak anak. Ini harus tersistem caranya, bukan dengan saran. Tapi, wajib dengan teladan. Bukan dengan sekadar omongan, tetapi mesti dengan contoh nyata.

Berpijak pada Setumpuk Prestasi

Pada 17 Agustus 2014, No’man Afandi diamanahi sebagai Kepala MAN Pamekasan, setelah sebelumnya menjabat Kepala MTsN Parteker, Kecamatan/ Kabupaten Pamekasan.

Dengan tangan dinginnya, MAN Pamekasan kini menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam yang cukup disegani di Jawa Timur. Ragam prestasi bermunculan di dalamnya: untuk prestasi di non akademik terdapat gambus Albanjari. Gambus MAN sudah masuk rekaman, pramuka juga sudah biasa peringkat 1 Jawa Timur waktu di Probolinggo.

Selain itu, Pecinta Alam MAN Pamekasan juara 1 tingkat Jawa Timur dan Nasional, belum lagi di olahraga juga banyak. Selanjutnya, No’man menghendaki MAN ke depannya lebih dititiktekankan pada pengembangan akademik.

(64)

bagi Jawa Timur. Termasuk di bidang Aksiomanya; untuk lapangan futsal sudah kita fasilitasi, teagantung bagaimana kita nanti menggenjot bakat anak-anak,” tekannya.

Dijelaskan No’man, dalam pengelolaan lembaga pendidikan, kata kuncinya ialah kebersamaan. Menurutnya, para wakil kepala madrasah harus diberi peran maksimal, dikasih kepercayaan sesuai dengan tupoksinya masing-masing

Dalam kepemimpinannya No’man, kini MAN Pamekasan punya 14 kegiatan ekstrakurikuler, maksimalisasi D1 komputer bekerja sama dengan ITS Surabaya, dan bimbingan olimpiade sains.

“Untuk matematika tetap bekerja sama dengan Erick Institute, Bahasa Inggris kami bekerja sama dengan Mercury. Alhamdulillah MAN Pamekasan sudah ada sekitar 27 siswa yang mempunyai kemampuan di bidang bahasa Inggris dan mempunyai sertifikat TOEFL. Untuk matematika dan Biologi, selain dibimbing guru MAN, kami bekerja sama dengan Pak Purwanto selaku pembina Olimpiade Matematika Pamekasan. Pembinaannya, kami lakukan secara istqamah minimal seminggu 3 kali,” bebernya.

Setiap Jumat, diadakan hataman Al-Qura’n 30 juz, dimulai jam 06.45 WIB bergiliran pergroup. Masing-masing group terdiri dari 30-40 siswa. Selain itu, terdapat program tajwid, tahfidz, cara cepat belajar kitab kuning dengan metode amstilati, belajar kitab kuning, dan sebagainya.

(65)

tidak mondok di asrama. Anak yang tidak bisa shalat dan mengaji, dikelompokan dalam satu kelas dan diberi pembinaan khusus. Bisa dipastikan, alumnus MAN Pamekasan bisa mengaji dan shalat dengan baik.

Menurut seorang siswi MAN Pamekasan, Aisyah Azun Nisya’, Pak No’man tergolong aktif; tidak suka santai. Boleh santai asal serius, sangat memperhatikan pendidikan.

“Beliau selalu menyatakan apa yang kami butuhkan? ‘Apa yang belum dipahami jelaskan, mungkin nanti saya bisa membantu’,” kata Aisyah menirukan guru teladannya itu.

Belum lama ini, No’man mampu membawa MAN Pamekasan juara 1 Wana Lestari tingkat Provinsi Jawa Timur dan tingkat nasional. Prestasi ini terbilang pemecah rekor, karena sebelumnya belum ada madrasah yang meraihnya.

(66)
(67)

Drs. H. Nursalim, M.Pd.I, Kepala MTsN 2 Kediri

Pelopor Madrasah Riset,

9 Penemuan Baru

Telah Dipatenkan

P

agi-pagi sekali sebelum para siswanya datang, Drs. H. Nursalim, M.Pd.I, Kepala MTsN 2 Kediri sudah berada di madrasah. Ia adalah orang yang pertama datang dan menyambut siswa-siswinya. Ia harus datang lebih dulu. Kata Nursalim, kunci sukses untuk mencetak murid berprestasi adalah uswatun hasanah, teladan dari para guru.

***

(68)

berhasil menjadikan madrasahnya sebagai pelopor madrasah berbasis riset. Para siswanya difasilitasi untuk menemukan hal-hal baru. Hasil karya siswa diikutkan dalam ajang kompetisi sampai tingkat nasional. 9 karya dari MTsN 2 Kediri kini telah dipatenkan.

Bernama lengkap Nursalim M.Pd, saat ini ia tinggal di Jl. Masjid al-Huda Kota Kediri. Ia berasal dari keluarga sederhana, lahir pada tanggal 1 Januari 1966 di Desa Balai Turi Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk. Ia adalah anak pertama dari tujuh bersaudara.

Pendidikan awal Nursalim diperoleh di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi’in di Kediri. Ia mengenang jumlah siswanya waktu itu hanya 7 orang, sementara ruang kelas berada di serambi masjid. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Tanjung Tani Prambon sekaligus tinggal di pesantren dan lulus tahun 1983.

Menjadi Guru, Cita-citanya Sejak Kecil

Selepas dari MTs, Nursalim melanjutkan studi ke kota Kediri, tepatnya PGA (Pendidikan Guru Agama) Kediri selama 3 tahun. Keputusan itu diambil sebab dari awal ia memang bercita-cita menjadi seorang guru. Alasan lainnya karena keterbatasan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah yang mewah dan mahal.

(69)

tangga di sebuah keluarga yang berada di Ngadirejo Kota Kediri. Pada waktu belajar di PGA, sore harinya ia juga menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Ula Jamsaren yang diasuh oleh Kiai Anwar di Yayasan as-Sai’diyah dan menamatkannya hanya dalam waktu 2 tahun saja (1983-1985). Selain di PGA pada pagi hari dan Madrasah Aliyah sore hari, malam harinya ia juga aktif ngaji di Madrasah Diniyah. Praktis, saat itu kegiatannya sangat padat. Hari-harinya dipenuhi dengan aktifitas belajar, belajar dan bekerja.

Setelah dari PGA dan Aliyah, ia melanjutkan pendidikan di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan mengambil konsentrasi pada bidang Bahasa Indonesia (Lulus tahun 1990). Ia merasa bahwa guru-guru mata pelajaran umum masih minim di Madrasah, karena itulah Ia memutuskan untuk mengambil jurusan Bahasa.

Pendidikan Karakter dan Ustawun Hasanah

Pada tahun 1986 setelah lulus dari PGA, tepatnya saat berusia 20 tahun, Nursalim diterima untuk menjadi salah satu guru di MtsN 2 Kediri. Tahun 1991 diangkat jadi PNS golongan II A (ijazah PGA) di lingkungan Kementerian Agama. Awalnya, Ia ditugaskan di MI Miftahul Falah, tetapi kemudian dipindahtugaskan ke MtsN 2 Kediri.

(70)

Pengabdiannya di MTsN 2 Kediri dimulai sejak tahun 1986 itu. Dalam jangka waktu kurang lebih 29 tahun itu (terhitung sampai pertengahan tahun 2015) hampir seluruh jabatan pernah dipegangnya, kecuali jabatan bendahara. Ia pernah menjadi wali kelas, pembina pramuka, pembina OSIS, pembina jurnalistik hingga menjadi kepala madrasah. Ia memegang amanat sebagai kepala madrasah sejak 2011 hingga 2015 ini,

dan pernah meraih penghargaan sebagai guru terbaik di tingkat Jawa Timur.

Baginya, pengalaman yang paling berkesan dalam perjalanannya menempuh pendidikan dasar sampai perguruan tinggi adalah pendidikan karakter dan

uswatun hasanah yang diberikan guru-gurunya. Inilah yang kemudian diamalkannya ketika aktif menjadi pendidik dan kepala madrasah.

Sejak aktif menjadi guru madrasah, ia punya mimpi bahwa suatu saat pendidikan madrasah harus lebih baik daripada sekolah-sekolah umum. Dan, setelah sekian tahun, apa yang diimpikannya telah menjadi kenyataan. Ia mampu mengangkat derajat madrasah menjadi penuh prestasi, khususnya MTsN 2 Kediri yang sebelumnya dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai pendidikan kelas pinggiran.

Menjadi Madrasah Unggulan

(71)

Di masa-masa awal, MTsN 2 Kediri pernah mengalami masa-masa sulit. Jumlah siswa saat itu masih terbilang sedikit dan tenaga pendidiknya pun sangat kurang, hingga pernah meminjam tenaga pendidik dari sekolah umum untuk menjadi pembimbing pada saat EBTANAS. Dengan kenyataan seperti itu, praktis MTsN 2 Kediri belum mampu menarik perhatian masyarakat secara umum.

Kondisi demikian membuat Nursalim dan teman-teman guru yang lain berpikir untuk menjadikan MTsN 2 Kediri lebih baik lagi. Ia mengenang saat itu masyarakat dan pemerintah belum bisa bersikap fair. Terbukti, di saat kondisi madrasah sudah cukup baik, masyarakat tak lantas memandangnya baik. Mereka baru akan bilang madrasah itu baik jika kenyataannya madrasah sudah sangat baik. Pemerintah pun sama. Ketidakadilan dari pemerintah saat itu terlihat ketika menganakemaskan pendidikan sekolah umum dengan memberikan fasilitas gedung belajar yang representatif dan mengabaikan madrasah-madrasah yang masih menggunakan serambi masjid sebagai tempat belajar.

Karena itulah Nursalim bertekad menjadikan MTsN 2 Kediri sebagai madrasah unggulan dan berkualitas. Ia ingin membuktikan bahwa madrasah juga tidak kalah dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah umum.

(72)

dan 2010, Juara 1 Lomba Sekolah Sehat Nasional yang diadakan oleh kemendikbud pada tahun 2004. Dua prestasi awal itu pada gilirannya menjadi pemicu madrasah untuk selalu meraih prestasi berikutnya, baik prestasi kelembagaan maupun prestasi individu siswa atau guru.

Nursalim bersama Zayda Safira, juara olimpiade matematika di China 2014

(73)

penghargaan sebagai madrasah berintegritas tingkat nasional.

Prestasi-prestasi itu pada akhirnya mampu membuat masyarakat tidak lagi memandang sebelah mata. Antusias masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak ke MTsN 2 Kediri semakin hari semakin tinggi.

Nursalim juga telah mengantarkan MTsN 2 Kediri sebagai madrasah dengan indeks integritas terbaik karena telah menyelenggarakan UN 2015 dengan CBT (Computer Based Test).

Hampir-hampir tidak ada problem yang tidak bisa diatasi. Bagi Nursalim, secara umum bahkan ia tidak merasa menemukan problem yang berarti di madrasahnya. Semua tahapan pengembangan bisa dijalankan dengan baik.

Memanage Potensi Siswa

Untuk menemukan bibit-bibit siswa berprestasi, MTsN 2 Kediri sudah mengadakan kegiatan seleksi sebelum penerimaan siswa baru, misalnya melalui Olimpiade MIPA untuk anak-anak tingkat SD atau sederajat. Dari kompetisi inilah kemudian madrasah mendapatkan siswa-siswa berpotensi. Selanjutnya madrasah memberikan fasilitas untuk mengembangkan bakat dan minat masing-masing siswa, mulai dari minat di bidang olahraga hingga KIR atau riset. Semuanya disediakan dan dibina di madrasah ini.

(74)

menjadi kunci untuk mencetak generasi muda yang berprestasi. MTsN 2 Kedri mengembangkan prinsip obyektif, terbuka dan pembinaan maksimal.

Jika disimpulkan dalam satu kalimat, kata Nursalim, sebenarnya kunci sukses dalam mengantarkan murid-muridnya berprestasi adalah uswatun hasanah dari guru, apapun bentuknya baik dari komitmen maupun kerja kerasnya.

“Ayo kita yakin bahwa kita bisa. Mari kita kerjakan yang terbaik, selebihnya nanti Allah yang menentukan,” pesannya.

Madrasah Riset

Salah satu trademark MTsN 2 Kediri adalah di bidang riset. Nursalim berhasil membawa madrasahnya sebagai pelopor “madrasah riset”. Para siswanya difasilitasi untuk melakukan penelitian sesuai bakat dan minat dan tidak harus mengeluarkan biaya mahal.

Menurut Nursalim, program riset di MTsN 2 Kediri melengkapi kegiatan ekstrakurikuler yang sudah ada. Program riset sudah berlangsung selama 10 tahun, dan minat para siswa di bidang riset terus meningkat dari tahun-ke tahun. Pihak madrasah menyeleksi bakat dan minat para siswa dan mendatangkan guru pembimbing yang kompeten di bidangnya.

(75)

1. Manfaat Lendir Bekicot (Achatina fulica) sebagai Obat Luka Lama (Pencipta: Risma Nailul Amalia)

2. Pemanfaatan Tulang Ayam Boiler sebagai Bubur Yang Bergizi dan Bernilai Ekonomis (Pencipta: Fahril Haikal Ilmi Sihabuddin)

3. Fermentasi Sampah Sayuran Pasar Grosir Kota Kediri sebagai Pakan Ternak untuk Meningkatkan Hasil Pertenakan Sapi di Kota Kediri dan Sekitarnnya (Pencipta: Muhammad Rofiqul Ilmi)

4. Kopi Biji Pepaya untuk Menurunkan Kadar Kolesterol (Pencipta: Astrid Rizkiya Sally)

5. Roti Sukun untuk Diet Rendah Kalori (Pencipta: Astrik Rizkya Sally)

6. Pemanfaatan Sarang Telur Laba-laba (Cocoon) dari Ordo Araneae Sebagai Bahan Alami Alternatif Penutup Luka (Pencipta: Rezza Putri Mahartika)

7. Pengaman Rumah Penggerak Solenoid dengan Koder Morse (Pencipta: Aufa Millatul Haqq)

8. Potensi Biofungisida dari Jahe, Lengkuas Merah, Kunyit dan Labu Siam untuk Mencegah dan Membasmi Jamur pada Tanaman Sawi (Pencipta: Rahmah Nur Diana)

9. Nasi Gadung (Dioscorea hipsida Dennst) sebagai Substitusi Nasi Jagung (Zae mays) sebagai Makanan Rendah Kalori bagi Penderita Obesitas.

(76)

lain yang tak bertanggungjawab. Dengan mengandalkan jaringan alumni dan relasi di Jakarta akhirnya terbitlah hak paten tersebut,” kata Nursalim.

(77)

Drs. Sumarno, Kepala MTsN Nimboran Jayapura

“Senangnya”

Menempuh Perjalanan 115 KM

Setiap Hari di Papua

K

etika ditanya tentang hobi, Drs Sumarno menjawab, olah raga. Mengapa suka olah raga? Karena ia butuh stamina lebih. Jarak MTs induk dengan MTs filial yang dikelolanya sejauh 115 KM. Setiap hari ia pulang-pergi. 4 jam lebih ia duduk di kendaraan setiap hari. Ada satu lagi MTs filial yang jaraknya lebih jauh lagi, 600 KM. Sebulan sekali ia naik pesawat dan tinggal 2-3 hari di sana. Kata Pak Sumarno, kalau kita bekerja dengan senang hati dan ikhlas agar bisa bermanfaat bagi orang lain, maka semua yang dilakukan akan bernilai ibadah.

***

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien dalam sebagian kecil penulisan Keterampilan Penulisan: Informasi ditulis dengan benar, sistematis dan

Buku Panduan Penyusunan Nomor Statistik Lembaga Pendidikan Islam - Tahun 2009 Halaman : 26... Nama Kabupaten/Kota

Pernahkah kamu mengetahui bagaimana pekerja pembuat sepatu, pensil, dan barang- barangmu yang lain dapat dibuat dengan berbagai jenis, warna, dan bahan.. Dari manakah semua benda

Upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu madrasah dapat dilakukan melalui berbagai cara.. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol. Kinerja guru madrasah

Dosen-dosen PAI UB menge tahui “Buku Ajar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum (2016)” (disingkat PAI -UPT) yang ditulis oleh Tim dari ADPISI karena

Artikel mengenai Struktur, KI-KD, Silabus dan Buku Guru untuk Kurikulum 2013 All SMK merupakan rangkuman dari berbagai sumber dan hasil diklat guru yang telah di berikan bimtek

Selain demokrasi, mereka mengapresiasi satu aspek fundamental lain yang menjadi bagian dari tata nilai Barat, sekulerisme yang dalam implementasinya di berbagai dunia

Sewaktu Anda mengakhiri pelajaran, imbaulah para siswa untuk merenungkan bagaimana kehidupan mereka diberkati dengan mengetahui bahwa Juruselamat hidup, bahwa Dia melayani