• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaporan, Pengakuan, dan Pengukuran Laporan Keuangan Interim

C. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM

Ada dua pendekatan dalam penyajian laporan keuangan interim yang berpengaruh terhadap pengukuran item-item laporan keuangan. Pendekatan pertama yang disebut pendekatan periode terpisah (discrete period approach), memandang periode interim sama dengan periode satu tahun.

Dengan pendekatan ini, item laporan keuangan yang berupa estimasi dan akrual diukur berdasarkan cara yang sama dengan pengukuran pada akhir tahun. Pendekatan kedua, yang disebut pendekatan integral, memperlakukan periode interim sebagai bagian dari periode satu tahun. Dengan pendekatan ini, item laporan keuangan yang mengandung estimasi dan akrual mendapatkan alokasi dari jumlah yang diestimasikan pada akhir tahun. PSAK 3 menggunakan pendekatan periode terpisah, yaitu bahwa, item laporan keuangan harus diakui dan diukur atas kebijakan akuntansi yang konsisten dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan, kecuali untuk perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan setelah tanggal laporan keuangan tahunan terkini yang akan tercermin dalam laporan keuangan tahunan berikutnya.

Untuk pengakuan dan pengukuran aset, pengujian yang sama atas manfaat ekonomi masa depan diterapkan pada laporan interim sebagaiman diterapkan dalam penyusuna laporan keuangan akhir tahun. Pengeluaran-pengeluaran yang berdasarkan sifatnya tidak memenuhi kriteria aset pada akhir tahun buku tidak akan diakui sebagai aset dalam laporan keuangan interim. Hal yang serupa berlaku pada pengakuan dan pengukuran liabilitas, yaitu bahwa liabilitas pada periode pelaporan interim mencerminkan kewajiban yang ada pada tanggal pada tanggal pelaporan interim. Basis dalam pengakuan pendapatan dan biaya adalah adanya arus masuk dan keluar aset dan kenaikan atau penurunan liabilitas terkait yang telah terjadi. Apabila

hal tersebut telah terjadi maka pendapatan dan beban terkait dapat diakui.

Namun, pendapatan dan biaya yang ditentukan secara formal setiap satu tahun sekali, akan memerlukan penentuan apakah aset dan liabilitas sebagai akibat pendapatan dan biaya tersebut ada pada tanggal pelaporan interim.

Provisi harus dibuat pada laporan keuangan interim hanya jika terdapat kewajiban (baik kontraktual atau konstruktif) untuk mentransfer manfaat ekonomi sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa masa lalu pada tanggal pelaporan interim.

Pendapatan dan Biaya yang Diterima Secara Tidak Teratur Selama Suatu Periode.

Dalam operasi bisnis perusahaan tertentu, seperti perusahaan retail, terdapat variasi pendapatan atau biaya yang cukup signifikan antara satu periode interim dengan periode interim lain. Perusahaan dengan karakteristik bisnis seperti itu mungkin akan lebih menyukai pelaporan interim dengan menggunakan pendekatan integral dimana pendapatan dan biaya dapat dialokasikan ke periode interim berdasarkan estimasi pendapatan dan biaya tahunan. Namun, PSAK 3 menyatakan bahwa pendapatan dan biaya berdasarkan estimasi pendapatan dan biaya tahunan tidak boleh diantisipasi atau ditangguhkan pada tanggal pelaporan interim apabila pengantisipasian atau penangguhan tersebut tidak akan tepat pada akhir tahun buku perusahaan. Sebagai dampaknya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik (menguntungkan) di akhir tahun pelaporan dapat terlihat menderita kerugian dalam periode interim. Untuk itu. agar pengguna laporan keuangan interim untuk tidak salah dalam melakukan penilaian dalam periode interim, manajemen perusahaan harus mengungkapkan karakteristik bisnis perusahaan dan dampak siklus dan musim atas kinerja perusahaan dalam periode interim dalam catatan atas laporan keuangan.

PSAK 3 memberikan beberapa contoh terkait penerapan prinsip pengakuan dan pengukuran item laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan interim sebagai berikut.

a. Perawatan atau perbaikan utama yang direncanakan

Biaya perawatan atau perbaikan utama periodik yang direncanakan serta pengeluaran lainnya yang diharapkan terjadi pada periode satu tahun tidak diantisipasi untuk tujuan penyusunan laporan keuangan interim kecuali jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria pengakuan aset.

EKSI4311/MODUL 3 3.27

b. Bonus Karyawan

Bonus karyawan berbeda secara signifikan antaraperusahaan dan intraperusahaan dengan skema bonus yang berbeda. Bonus dapat didasarkan atas pemberian jasa oleh karyawan selama periode bulanan atau tahunan atau didasarka pencapaian indikator kinerja tertentu. Bonus dapat bersifat kontraktual (besaran bonus sudah ditetapkan) atau diskretioner (besaran bonus bergantung kebijakan tertentu). Untuk itu pemahaman atas karekteristik skema bonus perusahaan penting dalam menentukan pengakuan bonus dalam laporan keuangan interim. Bonus diantisipasi untuk tujuan pelaporan interim jika, dan hanya jika, (a) bonus merupakan kewajiban hukum atau praktik masa lalu membuat bonus merupakan kewajiban konstruktif ketika entitas tidak memiliki pilihan realistis selain melakukan pembayaran, dan (b) estimasi andal atas kewajiban tersebut dapat dibuat.

c. Provisi dan Liabilitas Kontinjen

PSAK 3 menyatakan bahwa perusahaan harus menerapkan prinsip pengakuan dan pengukuran yang sama atas provisi dalam penyusunan laporan keuangan interim sebagaimana penerapan prinsip tersebut dalam penyusunan laporan keuangan tahunan. Pengakuan dan pengukuran provisi dan kontingensi harus ditaksir ulang setiap tanggal pelaporan interim sebagaimana dilakukan juga pada akhir tahun. Hal ini mungkin akan mengakibatkan biaya penyusunan yang besar karena terkadang diperlukan laporan atau opini dari seorang ahli (pengacara, penilai). Untuk itu, perusahaan mungkin hanya memperoleh laporan atau opini ahli atas provisi dan kontingensi yang kemungkinan besar telah berubah (diperlukan pengakuan, pengawaakuan, atau pengukuran kembali) akibat peristiwa tertentu yang terjadi dari tanggal laporan keuangan terakhir hingga tanggal pelaporan interim

d. Penurunan Nilai Aset

Penerapan prinsip pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aset, termasuk pembalikan penurunan nilai aset, pada periode pelaporan interim harus sama dengan penerapan pada akhir tahun.. Perusahaan tidak perlu membuat perhitungan penurunan nilai yang rinci pada setiap akhir periode interim. Namun, perusahaan harus mengkaji asetnya atas kemungkinan adanya indikasi penurunan nilai yang signifikan sejak akhir tahun buku berjalan untuk menentukan apakah diperlukan perhitungan rinci tersebut.

e. Depresiasi dan Amortisasi

Aset berwujud dan tidak berwujud akan didepresiasi dan diamortisasi juga pada periode interim. Depresiasi dan amortisasi untuk periode interim hanya didasarkan pada aset yang dimiliki selama periode pelaporan interim tersebut. Aset yang direncanakan untuk diakuisisi atau dilepas kemudian tidak akan diperhitungkan dalam penghitungan depresiasi dan amortisasi.

Perusahaan juga perlu melakukan penaksiran kembali atas nilai residu aset atau umur ekonomi aset ketika terdapat faktor-faktor yang mengakibatkan perusahaan percaya bahwa telah terjadi perubahan atas nilai residu atau umur ekonomi aset pada periode pelaporan interim.

f. Penggunaan estimasi dalam penyusunan laporan keuangan interim Penyusunan laporan keuangan pada tanggal pisah batas tertentu, termasuk tanggal akhir tahun buku, melibatkan penggunaan pertimbangan (judgement) dan estimasi. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diperlukan karena tidak ada periode akuntansi yang dapat berdiri sendiri sepenuhnya atas periode sebelum atau sesudahnya. Beberapa item dari pendapatan dan biaya akan selalu tidak lengkap. Namun, pada akhir periode interim, penyusunan laporan keuangan interim akan membutuhkan penggunaan estimasi yang lebih banyak daripada pada saat penyusunan laporan keuangan tahunan. Penerapan prosedur pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan interim harus didesain sedemikian rupa untuk memastikan bahwa informasi yang disajikan kepada pengguna laporan keuangan adalah informasi yang relevan dan reliabel.

Pada umumnya, teknik estimasi yang sama harus diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan interim sebagaimana dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan. Namun, terdapat beberapa estimasi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan interim lebih sederhana dibandingkan estimasi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan. Pengambilan contoh dan prosedur penilaian penuh dapat tidak dilakukan untuk penilaian persediaan pada tanggal interim, Penentuan nilai realisasi bersih dapat diestimasikan berdasarkan margin penjualan pada tanggal interim.

Perusahaan dapat melakukan investigasi yang lebih pada tanggal laporan keuangan tahunan dibandingkan pada tanggal interim untuk mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar atau tidak lancar serta liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek dan jangka panjang.

EKSI4311/MODUL 3 3.29

Penentuan jumlah provisi yang sesuai dapat menjadi kompleks dan seringkali mengkonsumsi banyak biaya dan waktu karena penggunaan ahli dari luar. Untuk alasan penghematan biaya dan waktu, perusahaan boleh memutakhirkan provisi dalam laporan keuangan tahunan terkini dibandingkan memperoleh estimasi provisi baru dari ahli (kecuali jika terdapat indikasi peristiwa yang mengakibatkan perubahan provisi yang material)

Estimasi atas nilai sekarang dari kewajiban pensiun manfaat pasti pada tanggal pelaporan interim dapat dilakukan dengan ekstrapolasi dari penilaian aktuaria terakhir dibandingkan pemerolehan penilaian baru dari aktuaria

Perusahaan dapat menghitung biaya pajak penghasilan dan liabilitas pajak tangguhan pada tanggal pelaporan interim dengan menggunakan tarif rata-rata tertimbang yang dibebankan terhadap yursdiksi dibandingkan menggunakan setiap tarif pajak untuk setiap yurisdiksi

1) PT Jaya Selalu merupakan perusahaan bergerak di beberapa industry.

Berikut disajikan data yang berkaitan dengan penjualan segmen, termasuk penjualan antarsegmen.

Penjualan Kepada Nonafiliasi

Penjualan Intersegmen

Total Penjualan

Jasa Publikasi Rp1.000.000 Rp1.000.000

Produk Pertanian 2.500.000 2.500.000

Produk Kesehatan 2.500.000 2.000.000 4.500.000 Jasa Konstruksi 1.500.000 1.000.000 2.500.000

Jasa Konsultan 250.000 250.000

Total Rp7.750.000 Rp3.000.000 Rp10.750.000

a) Tentukanlah segmen mana yang merupakan segmen terlapor dengan menggunakan pengujian 10% dan 75% penjualan.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

b) Buatlah skedul yang tepat untuk mengungkapkan pendapatan berdasarkan segmen industry untuk tujuan pelaporan eksternal.

c) Buatlah rekonsiliasi dari pendapatan segmentasi dengan pendapatan perusahaan.

2) Berikut ini disajikan data yang berkaitan dengan penjualan setiap segmen dari PT Global Indonesia, berdasarkan geografis.

Penjualan Nonafiliasi

Penjualan

Antarsegmen Total

Bali Rp250.000 Rp75.000 Rp325.000

Kalimantan Selatan 90.000 40.000 130.000

Nusa Tenggara Barat 50.000 5.000 55.000

Nusa Tenggara Timur 35.000 15.000 50.000

Jawa Tengah 15.000 - 15.000

Yogyakarta 5.000 - 5.000

Total Rp445.000 Rp135.000 Rp580.000

Jumlah penjualan nonafilias sebesar Rp445.000 merupakan jumlah pendapatan terlaporkan dalam laporan keuangan konsolidasian PT Global Indonesia.

a) Tentukanlah segmen mana yang merupakan segmen terlapor dengan menggunakan pengujian 10% dan 75% penjualan.

b) Buatlah rekonsiliasi dari pendapatan segmentasi dengan pendapatan perusahaan.

c) Mengapa harus ada ambang batas kuantitatif untuk segmen operasi agar dapat diperlakukan sebagai segmen operasi terlaporkan?

d) Apakah yang dimaksud dengan pengungkapan atas dasar pengukuran yang dipakai?

e) Informasi geografis seperti apa yang harus diungkapkan untuk tujuan penyusunan laporan keuangan?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Penjualan segmen PT Jaya Selalu a) Pengujian 10% penjualan

EKSI4311/MODUL 3 3.31

Penjualan Kepada Afiliasi dan Nonafiliasi

Nilai Tes (10% x Rp10.750.000)

Jasa Publikasi Rp1.000.000 ≤ 1.075.000 Tidak

Produk Pertanian 2.500.000 ≥ 1.075.000 Ya

Jasa Publikasi Rp1.000.000

Produk Pertanian 2.500.000 2.500.000

Produk Kesehatan 2.500.000 2.500.000

Jasa Konstruksi 1.500.000 1.500.000

Jasa Konsultan 250.000

Total Rp6.500.000 Rp7.750.000

Nilai 75% penjualan kepada konsumen nonafiliasi adalah sebesar Rp7.750.000 x 75% = Rp5.812.500. Selama nilai ini lebih kecil dari penjualan segmen terlaporkan kepada konsumen nonafiliasi maka tidak perlu ada segmen tambahan yang dilaporkan.

b) Buatlah skedul yang tepat untuk mengungkapkan pendapatan berdasarkan segmen industri untuk tujuan pelaporan eksternal.

Penjualan

Jasa Publikasi Rp1.000.000 Rp1.000.000

Produk Pertanian 2.500.000 2.500.000

Produk Kesehatan 2.500.000 2.000.000 4.500.000 Jasa Konstruksi 1.500.000 1.000.000 2.500.000

Jasa Konsultan 250.000 250.000

Total Rp7.750.000 Rp3.000.000 Rp10.750.000

c) Buatlah rekonsiliasi dari pendapatan segmentasi dengan pendapatan perusahaan.

Jumlah

Penjualan segmen terlaporkan Rp9.500.000

Pendapatan lainnya 1.250.000

(-) Penjualan antarsegmen (3.000.000)

Total Pendapatan Rp7.750.000

2) Penjualan setiap segmen dari PT Global Indonesia

a) Segmen terlapor dengan menggunakan pengujian 10%.

Penjualan

Bali Rp250.000 Rp250.000

Kalimantan Selatan 90.000 90.000

Nusa Tenggara Barat 50.000

Nusa Tenggara Timur 35.000

Jawa Tengah 15.000

Yogyakarta 5.000

Total Rp340.000 Rp445.000

Nilai 75% penjualan kepada konsumen nonafiliasi adalah sebesar Rp445.000 x 75% = Rp333.750. Selama nilai ini lebih kecil dari penjualan segmen terlaporkan kepada konsumen nonafiliasi maka tidak perlu ada segmen tambahan yang dilaporkan.

EKSI4311/MODUL 3 3.33

b) Rekonsiliasi dari pendapatan segmentasi dengan pendapatan perusahaan.

Jumlah

Penjualan segmen terlaporkan Rp455.000

Pendapatan lainnya 125.000

(-)Penjualan antarsegmen (135.000)

Total Pendapatan Rp445.000

Penjualan segmen terlaporkan = Rp325.000 + Rp130.000 = Rp455.000 3) Setelah mengidentifikasi segmen operasi dan mengagregasikan segmen

operasi yang memenuhi kriteria agregasi, perusahaan harus menentukan segmen operasi atau agregasi dari beberapa segmen operasi yang memenuhi ambang batas kuantitatif untuk dapat diperlakukan sebagai segmen operasi terlaporkan. Tujuan persyaratan ambang batas kuantitatif ini dimasukkan ke dalam PSAK 5 sebagai syarat penentuan segmen operasi terlaporkan adalah untuk membatasi jumlah pengungkapan segmen operasi. Tanpa adanya ambang batas kuantitatif, perusahaan mungkin saja harus mengungkapkan jumlah informasi segmen operasi yang berlebihan. Pengungkapan secara tersendiri atas segmen operasi atau agregasi dari beberapa segmen operasi harus dilakukan apabila memenuhi salah satu ambang batas kuantitatif sebagai berikut.

a) Pendapatan yang dilaporkannya dari segmen, termasuk penjualan ke pelanggan eksternal dan penjualan atau transfer antar segmen, adalah 10% atau lebih dari gabungan pendapatan internal dan eksternal dari semua segmen operasi.

b) Jumlah absolut dari laba atau rugi yang dilaporkan dari segmen adalah 10% atau lebih dari jumlah yang lebih besar antara, (i) jumlah absolut gabungan laba yang dilaporkan dari seluruh segmen operasi yang tidak melaporkan kerugian, dengan (ii) jumlah absolut gabungan kerugian yang dilaporkan dari seluruh segmen operasi yang melaporkan kerugian.

c) Memiliki aset 10% atau lebih dari gabungan aset seluruh segmen operasi.

4) Pengukuran yang dipakai dalam menentukan laba atau rugi segmen operasi dan aset serta kewajiban segmen operasi harus disajikan pengungkapannya apabila pengukuran tersebut dilaporkan pada

pengambil keputusan operasional untuk tujuan pengambilan keputusan untuk mengalokasikan sumber daya kepada segmen dan menilai kinerjanya. Pengukuran yang digunakan tidak diharuskan sama atau konsisten dengan pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan (sesuai dengan SAK) selama pengukuran tersebut diungkapkan. PSAK 5 mengatur bahwa perusahaan harus mengungkapkan penjelasan mengenai dasar pengukuran laba atau rugi, aset, dan kewajiban segmen operasi untuk setiap segmen operasi terlaporkan. Penjelasan tersebut paling tidak harus mengungkapkan hal berikut.

a) Deskripsi dasar pengukuran laba atau rugi, aset, dan kewajiban (apabila dilaporkan pada pengambil keputusan operasional) segmen untuk setiap segmen operasi terlaporkan.

b) Dasar akuntansi untuk transaksi di antara segmen operasi terlaporkan.

c) Sifat dari setiap perbedaan antara pengukuran laba atau rugi segmen operasi terlaporkan dengan laba atau rugi entitas sebelum biaya atau pendapatan pajak penghasilan dan operasi dihentikan. Perbedaan tersebut dapat termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan untuk alokasi biaya yang terjadi secara terpusat yang diperlukan untuk memahami informasi segmen operas terlaporkan.

d) Sifat dari setiap perbedaan antara pengukuran atas aset segmen operasi terlaporkan dan aset perusahaan. Perbedaan tersebut dapat termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan untuk alokasi aset yang digunakan bersama yang diperlukan untuk memahami informasi segmen operasi terlaporkan.

e) Sifat dari setiap perbedaan antara pengukuran atas kewajiban segmen operasi terlaporkan dan kewajiban perusahaan. Perbedaan tersebut dapat termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan alokasi kewajiban yang digunakan bersama yang diperlukan untuk memahami informasi segmen operasi terlaporkan.

f) Sifat dari setiap perubahan dari periode lalu dalam metode pengukuran yang digunakan untuk menentukan laba atau rugi segmen operasi terlaporkan dan dampak dari perubahan tersebut dalam mengukur laba atau rugi segmen jika ada.

g) Sifat dan dampak dari alokasi yang tidak simetris kepada segmen operasi terlaporkan. Misalnya, perusahaan mungkin mengalokasikan

EKSI4311/MODUL 3 3.35

beban penyusutan kepada suatu segmen operasi tanpa mengalokasikan aset terkait yang dapat disusutkan ke segmen tersebut.

5) Informasi geografis berikut harus diungkapkan berdasarkan informasi keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan kecuali jika informasi yang diperlukan tidak tersedia dan biaya untuk menyediakan akan jauh lebih besar.

a) Pendapatan dari konsumen eksternal (i) yang diatribusikan kepada negara domisili perusahaan dan (ii) yang diatribusikan kepada semua operasi di negara asing tempat perusahaan memperoleh pendapatan. Namun, apabila pendapatan dari konsumen eksternal yang diatribusikan ke suatu negara asing secara individual adalah material maka pendapatan tersebut diungkapkan secara terpisah.

Perusahaan mengungkapkan dasar pengatribusian pendapatan dari konsumen eksternal kepada negara-negara secara individual.

b) Aset tidak lancar selain instrumen keuangan, aset pajak tangguhan, aset imbalan pascakerja, dan hak yang timbul akibat kontrak

asuransi (i) yang berlokasi di negara domisili perusahaan dan (ii) berlokasi di semua negara asing dimana perusahaan memiliki

aset tersebut. Jika aset di suatu negara asing adalah material maka aset tersebut diungkapkan secara terpisah.

Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi baik laporan keuangan lengkap atau laporan keuangan ringkas untuk suatu periode interim, yaitu suatu periode laporan keuangan yang lebih pendek dari satu tahun buku penuh. PSAK 3 mengatur bahwa format dan isi dari laporan keuangan interim yang disajikan harus konsisten dengan format dan isi dari laporan keuangan tahunan terkini yang disusun sesuai dengan PSAK 1. Pendekatan dalam penyajian laporan keuangan interim, yaitu pendekatan periode terpisah (discrete period approach) dan pendekatan integral.

RA NG KUM AN

1) Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi ….

A. laporan keuangan lengkap dan ringkas untuk suatu periode interim B. laporan keuangan lengkap untuk periode 12 bulan

C. laporan keuangan ringkas saja untuk periode kuartal D. laporan keuangan ringkas untuk periode 1 tahun

2) Ada dua pendekatan dalam penyajian laporan keuangan interim yang berpengaruh terhadap pengukuran item-item laporan keuangan, yaitu ….

A. pendekatan periode terpisah dan pendekatan integral B. pendekatan manajemen dan pendekatan integral C. pendekatan periode terpisah dan pendekatan manajemen D. pendekatan manajemen dan pendekatan akuntansi

3) Biaya perawatan atau perbaikan utama periodik yang direncanakan serta pengeluaran lainnya yang diharapkan terjadi pada periode satu tahun tidak diantisipasi untuk tujuan penyusunan laporan keuangan interim kecuali jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria pengakuan ….

A. pendapatan B. laba C. aset D. modal

4) Aset yang direncanakan untuk dilepas tidak akan diperhitungkan dalam penghitungan ….

A. amortisasi

B. amortisasi dan depresiasi C. depresiasi

D. akuisisi

5) PSAK 3 mengidentifikasi komponen minimal yang harus ada dalam laporan keuangan interim, yaitu ….

A. laporan laba rugi segmen B. catatan atas laporan keuangan C. neraca lengkap

D. laporan arus kas ringkas TES F ORM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

EKSI4311/MODUL 3 3.37

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Modul 4. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100%

Jumlah Soal

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 1) B

2) B 3) C 4) B 5) D

Tes Formatif 2 1) A

2) A 3) C 4) B 5) D

EKSI4311/MODUL 3 3.39

Glosarium

Ambang batas

kuantitatif : Suatu ambang batas kuantitatif untuk dapat diperlakukan sebagai segmen operasi terlaporkan.

Discrete financial

Information : Komponen dari perusahaan yang memiliki informasi keuangan yang dapat dipisahkan.

Management approach to

Segmentation : Melaporkan informasi segmen dengan cara yang sama dengan manajemen perusahaan mengorganisasi perusahaan menjadi divisi-divisi yang dibentuk untuk tujuan pengambilan keputusan internal dan evaluasi kinerja.

Segmen terlaporkan : merupakan segmen operasi tersendiri atau agregasi dari beberapa segmen operasi yang memenuhi ambang batas kuantitatif tertentu yang telah ditentukan oleh PSAK 5.

Daftar Pustaka

Alfredson, Keith., Ken L., Ruth P., Janice L., Kerry C., Victoria W., dan Matt D. 2009. Applying International Financial Reporting Standards. 2th Edition. John Wiley & Sons Australia.

Beams. Floyd A., Joseph H. Anthony., Bruce Bettinghaus., dan Kenneth A.

Smith. 2012. Advanced Accounting. 11th Edition. Pearson Education.

New Jersey.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. PSAK 5: Segmen Operasi. IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. PSAK 3: Laporan Keuangan Interim. IAI.

International Accounting Standards Board. 2010. IAS 34: Interim Financial Reporting. IASB.

Jeter, Debra C., dan Paul K.Chaney. 2011. Advanced Accounting. 4th Edition.

John Wiley & Sons. New York.

Kieso, D.E., J.J. Weygandt, dan T.D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting. IFRS Edition. John Wiley & Sons. New York.

Mirza, A.A., Graham J.H., dan Magnus O. 2006. International Financial Reporting Standards “Workbook and Guide”. John Wiley & Sons. New Jersey.

Neo, Pearl T.H., dan Peter Lee Lip Nyean. 2009. Advanced Financial Accounting: An IAS and IFRS Approach. 1th Edition. McGraw Hill Education.

Sugiri, S. dan Sumiyana. 2005. Akuntansi Keuangan Menengah. Edisi Revisian. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.

Suparwoto, L.1999. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi kesatu. BPFE Yogyakarta.

MODUL 4

Laporan Keuangan dalam