sebagai harta tak berwujud, yaitu sebagai sewa yang akan habis masanya setelah 15 tahun, maka harta akan diamorti-
3.2.2. Pengakuan Rugi penarikan dan Pertukaran
Dalam anak sub bab sebelumnya telah diuraikan
mengenai pengakuan laba penarikan dan pertukaran. Menurut
akuntansi, bersamaan dengan pengapkiran aktiva, aktiva
selanjutnya dinilai sebesar harga wajar. Harga sisa buku
yang belum dibebankan diatas harga wajar aktiva yang
diapkir akan diakui sebagai kerugian pada waktu penari
kan. Pengapkiran seperti diatas juga berlaku untuk penar
ikan yang disebabkan oleh musibah yang menimpa sehingga
aktiva tidak dapat digunakan lagi.
Pengapkiran yang kemudian diikuti dengan penjualan,
jika harga jual aktiva lebih rendah daripada harga buku,
penjualan. Untuk penarikan harta karena d'isumbangkan,
menurut akuntansi dapat dianggap sebagai biaya
(kerugian), jadi harga buku yang masih ada dapat diakui
sebagai kerugian.
Untuk pertukaran, baik sejenis maupun tidak seje
nis, jika ada kerugian yaitu harga wajar lebih rendah
kerugian pada waktu pertukaran. Pengakuan kerugian pada
waktu pertukaran ini merupakan penerapan konsep konserva-
tisme.
Menurut PPh 1994, untuk harta golongan bukan bangu
nan, pengakuan kerugian hanya terjadi penarikan karena
sebab luar biasa, yaitu sebesar sisa harga buku. Kerugian
tersebut dilaporkan pada tahun terjadinya penarikan.
Harta golongan bukan bangunan yang ditarik karena
sebab biasa, tidak ada pengakuan mengenai kerugian. Harga
pasar atau harga wajar harta yang ditarik mengurangkan
dari dasar penyusutan. Jika harga pasar atau harga wajar
lebih rendah daripada harga buku, maka dasar penyusutan
akan lebih rendah daripada harga buku, maka dasar penyu
sutan akan lebih besar dibanding jika dikurangi dengan
harga pasar atau harga wajar. Sehingga kerugian yang ada
diakui dengan cara pembebanan penyusutan yang lebih besar
daripada seharusnya. Pembebanan penyusutan atas harta
yang telah ditarik, seperti diuraikan di anak sub bab
pengelompokan harta dan jangka waktu penyusutan, sebe-
narnya merupakan pengakuan ini sama dengan proses penga
kuan keuntungan penjualan atau pertukaran.
Untuk harta berwujud golongan bangunan dan semuaa
harta tak berwujud, baik penarikan sebab biasa ataupun
sebab luar biasa, sisa harga buku yang belum dibebankan
sebagai biaya penyusutan diakui sebagai kerugian dan
Sedangkan untuk penarikan karena disumbangkan, baik
harta berwujud maupun tidak berwujud, sisa harga buku
yang belum dibebankan sebagai biaya penyusutan tidak
boleh diakui sebagai biaya atau kerugian. Karena sumban-
gan dianggap bukan merupakan biaya untuk mendapatkan,
menagih, memelihara penghasilan.
Selanjutnya mengenai penarikan harta BOT, dalam
artian hanya harta yang akan dialihkan sesuai dengan
perjanjian awal, belum diatur secara khusus. Pada tahun
anggaran 1993/1994 ini Badan Pembinaan Hukum Nasional
bahkan baru membentuk tim pengkaajian aspek hukum perjan
jian BOT dan ruilsag, namun kajian dititikberatkan pada
masalah BOT, (namum baru mulai bekerja bulan Agustus 1993
dan sampai sekarang nampaknya belum diketahui hasilnya).
Tim ini bertugas mengkaji masalah BOT, yang hasilnya
diharapkan dapat digunakan untuk melaksanakan pembangu-
nan, pengembangan dan pembangunan hukum nasional.
Hal yang penting mengenai penarikan BOT yang dia
lihkan sesuai perjanjian, bahwa pihak pembangun sebaiknya
dapat membebankan semua biaya yang dikeluarkan untuk
BOT. Jika BOT dianggap sebagai harta tak berwujud, maka
sisa harga buku yang belum dibebankan sebagai biaya
penyusutan akan diakui sebagai kerugian pada waktu penga-
lihan. Sebaliknya jika dianggap sebagai harta berwujud
penyu-sun, perlakukan mengenai sisa harga buku pada saat penga-
lihan perlu diatur secara khusus. Yaitu pihak pembangunan
diperbolehkan menyusutkan terus sisa harga buku tersebut,
jadi dianggap sebagai penarikan karena penjualan dengan
penerimaan neto nihil. Selanjutnya pihak penerima harta
BOT tidak diperbolehkan melakukan penyusutan atas harta
yang bersangkutan.
PPh 1994 sebenarnya dapat saja menetapkan bahwa
sisa harga buku harta BOT akan menjadi nilai perolehan
pihak penerima. Dan pihak pembangun tidak boleh mengakui
adanya kerugian atau menyusutkan sisa harga buku harta
BOT. Dengan cara ini penarikan atas harta tersebut akan
sama dengan penarikan harta yang disumbangkan. Akan
tetapi, menurut penyusun, penyerahan ini bukan dimaksud-
kan sebagai sumbangan suka relaj tetapi karena jangka
waktu mengharuskan harta untuk diserahkan.
Polemik perlakukan sisa harga buku harta BOT ini
tidak terjadi dalam akuntansi. Karena sisa harga buku
tersebut oleh pihak pembangun akan tetap dianggap sebagai
biaya (kerugian), dan oleh pihak penerima harta BOT,
harta akan dicatat sebesar harga wajar.
Dari uraian diatas ada keunikan dalam perpajakan
mengenai penarikan karena sebab biasa harta berwujud
golongan bukan bangunan, dimana laba rugi diakui melalui
mekanisme penyusutan. Pengakuan laba rugi tersebut menga
1. Kesulitan untuk menelusuri laba rugi yang diakui atas
penarikan harta yang mana dan kapan penarikan dilaku
kan .
2. Kesulitan untuk mengetahui jumlah laba atau rugi yang
telah diakui atas suatu harta yang ditarik.
Kesulitan-kesulitan diatas dapat diatasi dengan
cara berikut ini, yang mana tidak mengubah jumlah beban
penyusutan dan laba rugi yang diakui secara total dalam
satu tahun.
Cara tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pada waktu penarikan, sebagai pengurang dasar penyusu
tan digunakan sisa harga buku harta yang ditarik. Oleh
karena itu perbaikan yang dikapitalisasi atas suatu
harta harus jelas dibebankan atas hart yang mana.
2. Selisih penerimaan neto dengan sisa harga buku harta
yang ditarik dicatat sebagai laba yang ditangguhkan
atau rugi yang ditangguhkan.
3. Setiap akhir tahun, dimulai tahun penarikan, laba yang
ditangguhkan atau rugi yang ditangguhkan diakui sebe
sar laba dan rugi yang belum diakui dikalikan tarif
penyusutan golongan harta yang bersangkutan.
4. Pengakuan laba atau rugi penarikan harus dibuatkan
daftar tersendiri untuk melengkapi laporan laba rugi
fiskal.
material, misal kurang dari 10% dari laba atau rugi
yang ditangguhkan pada waktu penarikn dapat diakui
sekalius.
Sekaligus ilustrasi komprenhensif berikut diberikan
contoh pengakuan penyusutan dan laba rugi penarikan
menurut akuntansi -dan PPh 1994. PT TAXI mengusahakan
angkutan taxi didirikan pada tahun 1989. Awal tahun 1989
dibeli 10 unit taxi @ R p . 30.000.000,00. Pada awal tahun
1990 taxi No. A-89 mengalami kecelakaan, sehingga tidak
layak dioperasikan lagi, karenanya dijual seharga
Rp. 10.000.000,00. Sebagai pengganti dibeli lagi 2 unit
taxi (No. A-90 dan B-90) @ R p .35.000.000,00. Awal tahun
1991 2 unit taxi ( No. A-89 dan C-89) diperbaiki dan
dikeluarkan biaya yang dikapitalisasi sebesar
R p .2.500.000,00 disamping itu dijual 3 unit taxi (D-89,
E-89, dan F-89) dengan harga Rp. 36.000.000,00. Selan
jutnya awal thaun 1992 2 unit taxiyang dibeli tahun 1990
(No. A-90 dan B-90) dijual seharga R p .30.000.000,00. Dan
akhir tahun 1993 6 unit taxi pembelian tahun 1989 6 unit
taxi pembelian tahun 1989 dijual dengan harga
2.250.000,00.
Jumlah penyusutan yang diakui menurut akuntansi
disajikan dalam Tabel V (dalam Rpl.000,00)
1989 1990 1991 1992 1993
-Jumlah Awal 300.000 300.000 340.000 250.000 180.000
--Penarikan - (30.000) (90.000) (70.000)(180.000) -Dasar Penyusutan 300.000 340.000 250.000 180.000 -Biaya Penyusutan 75.000 85.000 62.500 45.000 -Perbaikan - - 2.500 -Penyusutan atas perbaikan - - 1.250 1.250 -Total biaya penyusutan 75.000 80.p00 '6 -Pengurangan Akumulasi (180.000) Penyusutan - (7.500) (45.000) (35.000) (2.500) ■ -Akumulasi Penyusutan 75.000 152.500 171.250 182.500
Taksiran umur taxi menurut akuntansi adalah 4 tahun,
dan tidak ada nilai sisa, metode penyusutan garis lurus.
Pada tahun 1970, penarikan taxi No.A-89 dijual
seharga R p .R p .10.000.000,00 sisa harga buku Rp.22.500,00
jadi rugi Rp . 12.500.000,00. Tahun 1991, penarikan taxi
No.D-89, E-89, dan F-89 dijual seharga R p .36.000.000,00
sisa harg buku R p .45.000.000,00 jadi rugi
R p .9.000.000,00. Tahun 1992, penarikan taxi No. A-90 dan
B-90, dijual seharga R p .30.000.000,00 sisa harga buku Rp.
35.000.000,00 jadi rugi R p . 5.000.000,00.
Pada tahun 1993 seluruh harga perolehan dan biaya
perbaikan telah dibebankan (pembebanan biaya perbaikan
dilakukan dalam sisa umur aktiva yang tinggal 2 tahun).
Penarikan seluruh taxi yang sudah tidak ada nilai bukunya
seharga R p .2.250.000,00 diakui sebagai laba penarikan.
Sedang jumlah penyusutan secara fiskal diasjikan
dalam tabel VI berikut (dalam R p .1.000,00).
1989 1990 1991 1992 1993 -Jumlah Awal 300.000 150.000 102.500 34.000 2.250 -Penambahan - 70.000 2.500 -Penarikan - (15.000) (36.000) (30.000) (2.250) -Dasar Penyusutan 300.000 205.000 69.000 4.500 -Biaya Penyusutan 150.000 102.500 34.500 2.250 -Harga Buku 31 Desember 150.000 102.500 34.500 2.250
Menurut PPh 1994, kendaraan taxi adalah golongan 1,
jadi disusutkan 50% dari sisa harga buku. Asumsi tidak
ada koreksi fiskal atas laporan laba rugi komersial
kecuali penyusutan.
Atas penarikan taxi No. A-89 karena kecelakaan,
secara fiskal diakui kerugian sebesar R p .5.000.000,00
yaitu sisa harga buku dikurangi hasil penjualan taxi
tersebut.
Dari kedua daftar pengakuan penyusutan dan perhitun-
gan laba rugi diatas dibuat perbandingan pengakuan penyu
sutan dan laba rugi menurut akuntansi dengan perpajakan,
yang disajikan dalam tabel VII
Tahun Penyusutan Beda
Waktu Akuntansi PPh 1994 1989 Rp.(75.000.000) Rp.(150.000.000) Rp 75.000.000) 1990 (85.000.000) (102.500.000) 17.500.000) 1991 (63.750.000) (34.500.000) (29.250.000) 1992 (46.250.000) (2.250.000) (44.000.000) 1993 — - -Jumlah (270.000.000) (289.250.000) 19.250.000
Tahun Laba (Rugi) Penarikan Beda Waktu Akuntansi PPh 1984 1989 — - -1990 (12.500.000) (5.000.000) (7.500.000) 1991 (9.000.000) - (9.000.000) 1992 (5.000.000) - (5.000.000) 1993 2.250.000 - 2.250.000 Jumlah (24.250.000) (5.000.000) (19.250.000) Neto (294.250.000) (294.250.000)
-Sedang seandainya pengurangan menggunakan harga buku
fiskal (pengurangan bukan berupa penerimaan neto) dalam
penentuan dasar penyusutan PPh 1994, maka pengakuan beban
penyusutan disajikan pada tabel VII (dalam R p .1.000,00).
Tabel VIII Penyusutan PPh 1994 dengan pengurangan Harga Buku Fiskal (Illustrasi Komprehensif)
1989 1990 1991 1992 1993 -Jumlah Awal 300.000 150.000 102.500 41.250 11.875 -Penambahan - 70.000 2.500 -Penarikan - (15.000) (22.500) (17.500) (11.875) -Dasar Penyusutan 300.000 205.000 82.500 23.750 -Biaya Penyusutan 150.000 102.500 41.500 11.875 -Harga Buku 31 Desember 150.000 102.500 41.500 11.875
Jumlah-jumlah yang digunakan untuk pengurangan baik
penarikan sebab biasa maupun luar biasa menggunakan sisa
harga buku, hanya laba rugi untuk penarikan luar biasa
sekaligus diakui sedang penarikan biasa ditangguhkan.
Penarikan tahun 1990, harga buku Rp.15 juta dan kas yang
Penarikan tahun 1991, harga buku Rp.15,5 juta dan
kas yang diterima Rp.36 juta, rugi ditangguhkan Rp.13,5
juta. Penarikan tahun 1992, harga buku Rp.17,5 juta dan
kas yang diterima Rp.30 juta, rugi ditangguhkan Rp.2,25
juta. Penarikan tahun 1993, harga buku Rp.11,875 juta dan
kas yang diterima Rp.2,25 juta, rugi ditangguhkan
Rp.9,625 juta.
Selanjutnya setiap akhir tahun dicatat pengakuan
atas laba atau (rugi) yang ditangguhkan dari masing-
masing tahun penarikan (dimulai tahun terjadinya penari
kan). Pengakuan laba atau (rugi) penarikan untuk setiap
tahunnya tersebut dilampirkan sebagai pelengkap laporan
laba rugi fiskal. Pengakuan laba (rugi) adalah sebagai
berikut (dalam R p .1.000,00).
1991 1992
Laba ditangguhkan-91 6.750 3.375
Laba ditangguhkan-92 - 6.250
Laba ditangguhkan-93
Laba(rugi) Penarikan Diakui 6.750 9.625
Dengan pencatatan seperti diatas dapat ditelusuri
jumlah laba dan rugi penarikan ditangguhkan yang telah
diakui sejak tahun penarikan sampai tahun tertentu. Dari
penelusuran ini dapat diketahui jumlah laba atau rugi di
tangguhkan yang belum diakui. Sebagai contoh penarikan
taxi tahun 1991, laba ditangguhkan pada saat terjadinyan
penarikan adalah R p .13.500.000,00 dan diakui pada tahun 1993
1.687,5
3.125
1991, 1992, dan 1993 adalah berturut-turut Rp.
6.750.000,00; R p .3.375.000,00; dan Rpl.687.500,00. Pada
tahun 1994 atas laba ditangguhkan ini akan diakui lagi
sebesar R p . 843.750,00. Dan pada tahun 1995 laba yang
belum diakui adalah R p .843.750,00 atau 6,25% dari laba
ditangguhkan semula Rp.13.500.000,00. laba ditangguhkan
sebesar 6,25% sebaiknya dapat diakui seluruhnya pada
tahun 1995.
Karena sisa harga buku akan digunakan sebagai pen-
gurang pada waktu penarikan, maka pembebanan penyusutan
harus dapat ditelusuri harga perolehan, pengeluaran
setelah perolehan dan akumulasi penyusutan atas suatu
harta . Sejalan dengan cara pengakuan laba rugi penarikan
ini, maka sisa harga buku harta yang masih digunakan
tetapi jumlahnya tidak material sebaiknya Juga dapat
dibebankan seluruhnya sekaligus.
Berikut ini perbadingan pengakuan penyusutan dan
laba rugi fiskal antara pengurangan berupa sisa harga
buku dengan pengurangan berupa penerimaan neto (dalam
R p .1.000,00), disajikan dalam tabel IX. .
Pada tahun 1994 dan seterusnya masih terdapat penga
kuan laba atau rugi penarikan. Namun perlu diingat meski-
pun laba atau rugi yang ditangguhkan pada tahun 1993 dan
1994 dan seterusnya berjumlah sama sehingga menjadi
nihil, tetapi dalam oumlah tersebut berasal dari tahun
Tabel IX Perbandingan Penyusutan dan Laba Rugi PPh 1984 dari Illustrasi Komprehensif antara Pengurangan Peneri maan Neto dengan Pengurangan Harga Buku Fiskal
Pengurangan Berupa penerimaan neto.
1989 1990 1991 1992 1883 Penyusutan Laba (Rugi) : (150.000) (102.500) (34.500) (5.000) (2.250) -Jumlah : (150.000) (107.500) (34.500) (2.250)
-Pengurangan Berupa Harga Buku Fiskal harta
1888 1880 1891 yang ditarik. 1992 1993 Penyusutan Laba (Rugi) :(150.000X102.500) (41.250)(11 : - - 6.750 9 (5.000) .875) .625 4 (4 .812,5 .812,5) Jumlah :(150.000)(107.500) (34.500) (2 .250)
-Selanjutnya dengan asumsi tidak ada koreksi fiskal
kecuali penyusutan dan laba rugi penarikan kendaraan
taxi, laba bersih sebelum pembebanan Pajak Penghasilan
adalah sebagai berikut :
Tahun 1989: Rp 200.000.000; Tahun 1990: Rp 240.000.000
Tahun 1991: Rp 180.000.000; Tahun 1992: Rp 160.000.000
Tahun 1993: RplOO.000.000.
Dari data diatas dapat dibuat perhitungan pajak per-
nghasila terhutang (PPh Terhutang) berdasarkan PPh 1994,
(dalam Rpl.000,00), disajikan dalam tabel X sebagai
berikut.
Tabel X Penyusutan PPh 1994 dengan pengurangan Harga Buku Fiskal (Illustrasi Komprehensif)
1989 1990 1991 1992 1993
Koreksi 200.000 240.000 180.500 160.000 100.000 -Penyusutan Taxi (150.000 (102.500) (34.500) (2.250) -Laba (Rugi) Penjualan Taxi - (5.000) - --Laba Kena Pajak 50.000 132.500 145.500 157.750 100.000 -PPh Terhutang 11.500 40.375 44.925 49.212,5 29.000
Bila PT Taxi menghitung pajak penghasilan menurut
laba akuntansi, selisih yang disebabkan oleh perbedaan
sementara antara PPh berdasar laba akuntansi dengan PPh
berdasar laba kena pajak, sesuai dengan SAK 1994, dibuku-
kan sebagai PPh ditangguhkan.
Selanjutnya pajak penghasilan yang dihitung berda-
sarkan laba akuntansi, disajikan dalam tabel XI sebagai
berikut.
Tabel XI menurut Laba Akuntansi (Illustrasi Komprehensif)
1989 1990 1991 1992 1993 -Laba Sebelum Koreksi 200.000 240.000 180.000 160.000 100.000 -Penyusutan Taxi (75.000 (85.000) (63.750) (46.250) -Laba (Rugi) Penjualan Taxi - (12.500) (9.000) (5.000) 2.250 -Laba Sebelum PPh 125.000 142.500 107.250 108.750 102.250 -PPh Berdasar LabaAkuntansi37.750 43.875 31.537,5 32.062,5 29.787,5
Jurnal Pencatatan PPh Terhutang dan PPh ditangguhkan
dalam akuntansi adalah sebagai berikut (dalam
Rp.1.000,00).
Tahun Perkiraan Debit Kredit
1989 Laba/Rugi 37.750
PPh 37.750
1990 1991 1992 1993 PPh Terhutang 11.500 PPh Ditangguhkan 26.250 Laba/Rugi 43.875 PPh 43.875 PPh 43.875 PPh Terhutang 40.375 PPh Ditangguhkan 3.500 Laba/Rugi 31.537,5 PPh 31.537,5 PPh 31.537,5 PPh Diatngguhkan 13.387,5 PPh Terhutang 44.925 Laba/Rugi 32.062,5 PPh 32.062,5 PPh 32.062,5 PPh Diatngguhkan .17.150 PPh Terhutang 49.212,5 Laba/Rugi 29.787,5 PPh 29.787,5 PPh 29.787,5 PPh Terhutang 29.000 PPh Ditangguhkan 787,5
Dari jurnal-jurnal pencatatan tersebut setelah
pembebanan PPh Terhutang tahun 1993 saldo PPh ditangguh
BAB IV