• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kinerja Guru (Y) Terhadap Hasil Belajar (Z)

Knowledge of teaching • Content plus content

A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data

2. Pengaruh Kinerja Guru (Y) Terhadap Hasil Belajar (Z)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel kinerja guru terhadap variabel hasil belajar siswa sebesar 47,17%. Sedangkan sisanya 52,83% dipengaruhi oleh faktor lain, antara lain motivasi belajar siswa dan disiplin seperti yang dikemukakan Saputra (2007).

Faktor lainnya yang penulis amati di lapangan antara lain :

a. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang relevan dalam kelas. Padahal kita ketahui bahwa media pembelajaran yang relevan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Bagi guru, media membantu mengkonkritkan konsep atau gagasan dan membantu memotivasi peserta belajar aktif. Bagi siswa, media dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat. Dengan demikian media dapat membantu tugas guru dan siswa mencapai kompetensi dasar yang ditentukan. Akan tetapi, seringkali media pembelajaran hanya sekadar menjadi alat bantu guru, dan jarang digunakan oleh siswa.

b. Guru kurang memperhatikan kebutuhan pembelajarannya dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa tentang materi yang akan diajarkan.

c. Guru kurang kreatif dalam menciptakan dan memanfaatkan media yang tepat, efisen, dan menyenangkan bagi siswa.

d. Media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan guru kurang bervariasi. Beberapa contoh media pembelajaran yang dimaksud adalah: foto, karikatur, poster, koran, bagan, grafik, peta, benda model, permainan, slide, proyeksi komputer, overhead transparansi, radio, televisi, lingkungan (fisik, alam, sosial, dan peristiwa).

e. Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan pengaruh negatif pada siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajarm karena pengaruh teman sebaya/lingkungan yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk belajar.

f. Perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah. Terlebih lagi bilamana dalam kurun waktu yang belum terlalu lama terjadi beberapa kali perubahan, hal ini akan berdampak terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

g. Sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian penting untuk dicermati dalam upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.

Adapun hasil penelitian ini senada dengan penelitian Istiqomah (2009) bahwa kinerja guru berpengaruh langsung dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Kinerja guru yang baik akan mencerminkan mutu pendidikan dan pengajaran yang baik pula.

Begitu juga dengan pendapat Sanders & Horn (1998: 247) bahwa

recent research has identified teacher quality as the most important variable in increasing student achievement. The effect of the teacher on student achievement

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 119

has been shown to be greater than effects due to class size, school, and student socio-economic status.

Tergambar secara jelas bahwa peran guru sangat penting dalam peningkatan prestasi siswa dalam pendidikan. Guru adalah faktor kunci bagi terlaksanannya pendidikan nasional. Oleh karena itu kinerja guru akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.

i. Pengaruh Kinerja Guru : Merencanakan Program Pembelajaran (Y1) Terhadap Hasil Belajar Siswa (Z)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel merencanakan program pembelajaran dengan variabel hasil belajar siswa sebesar 4,20%. Artinya, upaya guru dalam merencanakan program pembelajaran tidak membuahkan hasil yang baik pada hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan penentuan metode/strategi pembelajaran yang kurang relevan dengan ciri-ciri siswa dan tujuan pembelajaran, serta sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran tidak tersedia.

Oleh karena itu untuk meningkatkan peran guru dalam merencanakan program pembelajaran terhadap hasil belajar siswa, guru dapat melakukan observasi mengenai strategi mengajar dan memilih metode yang sesuai agar dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk belajar. Seperti dikatakan Trianto (2009:38), guru diharapkan memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

j. Pengaruh Kinerja Guru : Melaksanakan Program Pembelajaran (Y2) Terhadap Hasil Belajar Siswa (Z)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel melaksanakan program pembelajaran terhadap variabel hasil belajar siswa sebesar 3,96%. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pelaksanaan program pembelajaran tidak membuahkan hasil yang baik pada hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara guru dengan siswa. Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru, karena guru merupakan sumber belajar utama. Sumber belajar lain seolah-olah tidak ada perannya sama sekali karena frekuensi belajar dengan guru hampir 90% dari waktu yang tersedia. Di samping itu guru sering memaksakan penggunaan sumber belajar tertentu yang kurang relevan dengan ciri-ciri siswa dan tujuan belajar.

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 120

Untuk meningkatkan peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, program pembelajaran tidak boleh berjalan searah, tetapi pengajar harus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, sehingga tujuan menjadikan peserta didik menjadi cerdas, trampil dan bertakwa akan tercapai. Menurut Mardapi (2003:8) bahwa keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa.

k. Pengaruh Kinerja Guru : Evaluasi Program Pembelajaran (Y3) Terhadap Hasil Belajar Siswa (Z)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel evaluasi program pembelajaran terhadap variabel hasil belajar siswa sebesar 2,92%. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa peran evaluasi program pembelajaran tidak membuahkan hasil yang baik pada hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan evaluasi hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi tidak untuk penilaian terhadap input, output maupun kualitas proses pembelajaran itu sendiri.

Untuk meningkatkan peran evaluasi program pembelajaran terhadap hasil belajar siswa, guru seharusnya dapat memberikan gambaran tentang pencapaian tujuan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Evaluasi seharusnya mampu memberikan informasi tentang sejauh mana “kesehatan” peserta didik. Evaluasi harus mampu memberikan tiga informasi penting yaitu penempatan,

mastery, dan diagnosis. Penempatan berkaitan dengan pada level belajar yang mana

seorang anak dapat ditempatkan sehingga dapat menantang tetapi tidak frustasi?

Mastery berkaitan dengan apakah anak sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan

yang cukup untuk menuju ke tingkat berikutnya? Diagnosis berkaitan dengan pada bagian mana yang dirasa sulit oleh anak? (McNeil, 1977:134-135).

Sistem evaluasi yang lebih banyak berbentuk tes obyektif akan membuat peserta didik mengejar kemampuan kognitif dan bahkan dapat dicapai dengan cara mengafal saja. Artinya anak yang lulus ujian dalam bentuk tes obyektif belum berarti bahwa anak tersebut cerdas apalagi terampil bekerja, karena cukup dengan menghafal walaupun tidak mengerti maka dia dapat mengerjakan tes. Sebagai konsekuensinya harus dikembangkan sistem evaluasi yang dapat menjawab semua kemampuan yang dipelajari dan diperoleh selama mengikuti pendidikan.

Seperti dikatakan Mardapi (2003:12) optimalisasi sistem evaluasi memiliki dua makna, yaitu 1) sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal dan 2) manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan.

Evaluasi dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.

l. Pengaruh Kinerja Guru : Menindaklanjuti Hasil Evaluasi (Y4) Terhadap Hasil Belajar Siswa (Z)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap variabel hasil belajar siswa sebesar

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 121

4,28%. Artinya peran guru dalam menindaklanjuti hasil evaluasi kecil tidak membuahkan hasil yang baik pada hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan sistem evaluasi yang digunakan belum dapat menjawab semua kemampuan yang dipelajari dan diperoleh siswa selama mengikuti pendidikan sehingga informasi yang didapat belum dapat mengarahkan metode yang jelas dan tepat sasaran untuk menindaklanjuti hasil evaluasi.

Untuk meningkatkan peran guru dalam menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap hasil belajar, guru dapat mengobservasi terlebih dahulu alat ukur yang relevan untuk melakukan penilaian hasil belajar siswa agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya sehingga dapat ditindaklanjuti. Menindaklanjuti hasil evaluasi dapat memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk mencapai dan menguasai kompetensi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bagi peserta didik yang lambat pemahamannya dapat menguasai kompetensi minimal yang disyaratkan dalam kurikulum. Sedangkan peserta didik yang cepat pemahamannya mendapatkan kompetensi atau materi yang lebih yang dapat digunakan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam belajar.

m. Pengaruh Kinerja Guru (Y) Terhadap Hasil Belajar : Berpengetahuan (Z1)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel kinerja guru terhadap subvariabel berpengetahuan 41,86%. Artinya, peran guru pada penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata pelajaran cukup besar. Namun begitu ada faktor lainnya yang turut mempengaruhinya seperti kebiasaan siswa belajar mandiri, mencari informasi di perpustakaan, dan mengakses dari internet.

Untuk meningkatkan peran guru pada penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata pelajaran, ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan guru seperti mengikuti berbagai pendidikan dan latihan (diklat), penataran dan pelibatan dalam berbagai seminar untuk meng-update wawasannya dalam kompetensi pedagogi dan akademik, serta melakukan berbagai persiapan diri tentang materi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

n. Pengaruh Kinerja Guru (Y) Terhadap Hasil Belajar : Transferable Skills (Z2)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel kinerja guru terhadap subvariabel transferable skills 31,14%. Artinya, peran guru pada penguasaan siswa terhadap transferable skills cukup besar. Namun begitu ada 68,86% faktor yang turut mempengaruhi namun tidak diteliti, antara lain motivasi belajar dan kegiatan belajar siswa seperti dikemukakan oleh Kiswoyowati (2011).

Guru memegang peranan terpenting dalam mewujudkan kualitas hasil belajar siswa. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya.

Untuk mewujudkan hal ini, perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 122

kehidupan sehari-hari (Bently, 2000) dalam Endang Mulyani dkk (2008). Pendidikan yang mengitegrasikan empat pilar pendidikan yang diajukan oleh UNESCO, yaitu

learning to know, learning to do, learning to be, and learing to live together.

o. Pengaruh Kinerja Guru (Y) Terhadap Hasil Belajar : Kematangan Siswa dalam Berperilaku (Z3)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel kinerja guru terhadap subvariabel kematangan siswa dalam berperilaku 30,14%. Artinya peran guru cukup besar terhadap kematangan siswa dalam berperilaku, namun begitu para siswa telah memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif yang diperoleh dari pola asuh di rumah masing-masing.

Untuk meningkatkan peran guru terhadap kematangan siswa dalam berperilaku, guru dapat memulainya dengan mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pendapat senada juga dikemukakan Sukmadinata (2004:174), bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan pendidik menciptakan suasana agar peserta didik belajar. Melalui proses pembelajaran tersebut diharapkan terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Makin besar atau makin tinggi atau banyak perubahan atau perkembangan itu dapat dicapai oleh peserta didik, maka akan semakin baik pula proses pembelajarannya.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Senada dengan pendapat Cronbach (1954) bahwa “Learning is

shown by a change in behavior as a result of experience.” Begitupun Sartain (1973)

“The Process by which a realtively enduring change in behavior occurs a result of

experienceor practice.”

Belajar merupakan suatu tindakan dan perilaku yang kompleks. Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat diamati dari luar. Apa yang terjadi dalam diri seseorang tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut. Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh pengertian termasuk kematangan dalam berperilaku. Hasil belajar hanya bisa diamati jika seseorang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Karenanya berdasarkan perilaku yang ditampilkan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.

p. Pengaruh Kinerja Guru (Y) Terhadap Hasil Belajar : Kematangan Siswa Dalam Berpikir (Z4)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel kinerja guru terhadap subvariabel kematangan siswa dalam berpikir 4,97%. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan peran kinerja guru tidak membuahkan hasil yang baik pada kematangan siswa dalam berpikir. Hal ini dikarenakan guru kurang merangsang siswa untuk berfikir lebih matang. Selain itu, adanya kesadaran dari siswa untuk mengasah kemampuannya berfikir dengan cara membiasakan diri dengan kegiatan membaca, latihan soal-soal, dan mengakses internet untuk memperoleh informasi, serta adanya ekstrakulikuler di sekolah yang dapat membantu siswa untuk mengasah kemampuannya berpikir.

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 123

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, guru dapat meningkatkan perannya terhadap kematangan siswa dalam berpikir dengan lebih intensif mengarahkan dan membimbing siswa agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, guru sebagai kreator proses belajar mengajar akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Sekaligus guru akan berperan sebagai model bagi anak didik. Kebesaran jiwa, wawasan dan pengetahuan guru atas perkembangan masyarakatnya akan mengantarkan para siswa untuk dapat berpikir melewati batas-batas kekinian, berpikir untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Guru tidak lagi memposisikan dirinya sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi semata, tapi harus bertugas sebagai pengelola informasi untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri.

Di bidang teknologi pendidikan kini telah dikembangkan pula teknik-teknik yang dimaksudkan untuk memperlancar proses dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membangun argumen. Salah satu teknologi pembelajaran yang dikembangkan itu adalah pemanfaatan scaffolding (topangan belajar) dalam pembelajaran membangun argumen.

Berdasarkan kebutuhan untuk mengembangkan kematangan siswa dalam berpikir melalui kecakapan membangun argumen, yang tumbuh dari kurikulum pendidikan, serta tersedianya berbagai referensi teknologi pembelajaran yang diperhitungkan dapat menjawab kebutuhan itu maka penelitian tentang pengaruh penggunaan scaffolding (topangan belajar) terhadap kualitas argumen siswa dalam pelajaran.