• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah (X) terhadap Kinerja Guru (Y)

Knowledge of teaching • Content plus content

A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data

1. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah (X) terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru 49,28%, sisanya 50,72% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti antara lain seperti yang dikemukakan Pidarta (1995) yaitu fasilitas kerja, harapan-harapan, dan kepercayaan personalia sekolah.

Adapun faktor lainnya berdasarkan kenyataan di lapangan adalah sudah banyak guru yang bertugas di SMP berlatar pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya, serta sudah banyak guru yang terpacu, terdorong dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru, misalnya menulis karya ilmiah bidang pembelajaran, menemukan teknologi sederhana dan tepat guna bidang, membuat alat peraga pembelajaran, dan atau menciptakan karya seni.

Untuk meningkatkan efektivitas supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru, kepala sekolah dapat meningkatkan kegiatan supervisinya dengan melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun, merumuskan tujuan supervisi dengan jelas, menyusun format observasi, berunding dan bekerjasama dengan guru, mengamati guru mengajar dan menyimpulkan hasil supervisi kunjungan kelas secara musyawarah.

Namun begitu, hasil penelitian ini sejalan penelitian Istiqomah (2009) bahwa supervisi pengajaran yang dilakukan supervisor terhadap guru Bahasa Indonesia terbukti berkontribusi secara langsung dan signifikan terhadap kinerja guru. Begitu juga dengan Mujiono (2009) bahwa supervisi kepala sekolah secara parsial mempunyai kontribusi terhadap profesionalisme guru secara relatif sebesar 26% dan secara efektif sebesar 10%.

Hal ini menunjukkan bahwa supervisi penting untuk ditingkatkan. Sesuai dengan Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah bahwa kepala sekolah memiliki tugas merencanakan program supervisi akademik dalam rangka profesionalitas guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Begitu juga dengan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan delapan standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Salah satu yang dinilai langsung berkaitan dengan mutu lulusan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Ini berarti melalui supervisi kepala sekolah harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikannya.

Hasil ini pun sejalan dengan penelitian Enueme, et al (2008) bahwa “Principals

play their instructional leadership roles to high extent and these roles affect the work performance of their teachers.” Senada dengan pendapat Obi (2002:18-25) bahwa “to be a successful instructional leader, the principal must give primary attention to the programme of staff improvement, which comprises leadership techniques and procedures designed to change the teacher’s role performance.”

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 111

k. Pengaruh Kegiatan Supervisi : Membina Kemampuan Guru (X1) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel membina kemampuan guru terhadap variabel kinerja guru sebesar 25,20%. Sedangkan sisanya 74,80% dipengaruhi oleh faktor lain antara lain sertifikasi guru seperti yang dikemukakan Solikin (2010) dan motivasi (Siregar, 2011). Faktor lainnya berdasarkan kenyataan di lapangan yaitu guru telah memenuhi kualifikasi S-1/D-IV bahkan S2 dan memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama.

Untuk meningkatkan peran kepala sekolah dalam membina kemampuan guru terhadap kinerja guru, kepala sekolah dapat lebih memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, – seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya–, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembinaan guru secara langsung akan berdampak pada kinerja guru di sekolah. Lebih lanjut kinerja guru yang optimal akan berdampak pada mutu proses dan hasil belajar peserta didik yang pada akhirnya akan menentukan mutu SDM Indonesia untuk waktu sekarang dan terlebih untuk waktu yang akan datang, yang penuh dengan persaingan.

Senada dengan Darling-Hammond & Mc Laughlin(1995 : 597) bahwa

staff development that is linked to a reform agenda must support a

learner-centered view of teaching and a career-long conception of teachers learning. Professional development today also means providing occasions for teachers to reflect critically on their practice and to fashion new knowledge and beliefs about content, pedagogy, and learners.

l. Pengaruh Kegiatan Supervisi : Meningkatkan Kualitas Kinerja Guru (X2) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel meningkatkan kualitas kinerja guru terhadap variabel kinerja guru sebesar 3,76%. Artinya kepala sekolah telah berupaya dalam meningkatkan kualitas kinerja guru namun tidak membuahkan hasil yang berarti. Hal ini dikarenakan kepala sekolah jarang mengikutsertakan guru pada pelatihan/ penataran yang sesuai dengan mata pelajaran yang dikuasai. Selain itu, masih ditemukan sekolah yang belum menyediakan fasilitas internet, jumlah komputer yang terbatas, serta ketersediaan buku dan jurnal yang sangat terbatas.

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 112

Kualitas kinerja guru merupakan suatu kontribusi penting yang akan menentukan bagi keberhasilan proses pendidikan di Sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah dapat melakukan berbagai kegiatan dalam meningkatkan kualitas kinerja guru terhadap kinerja guru meningkat, seperti selalu penyediaan fasilitas komputer, akses internet, buku-buku, dan jurnal-jurnal, sehingga menumbuhkan kesadaran pada diri mereka untuk selalu belajar dan terus belajar serta berupaya mengembangkan diri seiring perubahan yang berlangsung cepat.

Senada dengan The State of Queensland (Department of Education, Training

and the Arts) (2006) bahwa

Professional development is fundamental to the professional practice of teachers, to ensure that students benefit from dynamic and futures-oriented professional development experiences. Support for ongoing teacher professional development is central to quality schooling and promoting professionalism and a sense of scholarship within the teaching community. Both forms of professional development play important and independent roles in improving school organisational capacity and in enhancing teacher capital. Taken together, study findings on professional development and individual teacher capital suggest that a systemic focus on increasing individual teacher capital through professional development will improve schools' organisational capacity to deliver improved student outcomes.

Oleh karena itu perhatian pada pengembangan kinerja guru untuk terus meningkat dan ditingkatkan menjadi hal yang amat mendesak, apalagi apabila memperhatikan tuntutan masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja akan berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas kinerja guru.

m. Pengaruh Kegiatan Supervisi : Meluruskan Perilaku Buruk Guru (X3) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel meluruskan perilaku buruk guru terhadap variabel kinerja guru sebesar 8,24%. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa upaya kepala sekolah dalam meluruskan perilaku buruk guru tidak memberikan pengaruh yang besar pada kinerja guru karena cara yang dilakukan kepala sekolah kurang tepat sehingga menyinggung perasaan guru.

Meningkatkan peran kepala sekolah dalam meluruskan perilaku buruk guru terhadap kinerja guru dapat dilakukan dengan memotivasi guru agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik guru untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.

Terkait dengan hal di atas, Hasil temuan dari universitas Harvard bahwa 85 % dari sebab-sebab kesuksesan, pencapaian sasaran, promosi jabatan, dan lain-lain

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 113

adalah karena sikap-sikap seseorang. Hanya 15 % disebabkan oleh keahlian atau kompetensi teknis yang dimiliki (Ronnie, 2005:62).

n. Pengaruh Kegiatan Supervisi : Memberi Motivasi (X4) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari sub variabel memberi motivasi terhadap variabel kinerja guru sebesar 5,76%. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa upaya kepala sekolah dalam memotivasi guru tidak membuahkan hasil. Ini dikarenakan kurang adanya kedekatan emosional antara guru dan kepala sekolah. Guru lebih termotivasi oleh prestasi siswanya, lingkungan keluarga dan masyarakat.

Namun begitu, kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan berperan penting untuk selalu memberikan motivasi, dukungan serta penyediaan fasilitas terhadap guru. Seperti dikemukakan Chapman & Adams (1998:649) dalam Foskett (2003:69) bahwa “the crucial characteristic of raising quality is that teachers are motivated or impelled to

change their practice.”

Untuk meningkatkan peran kepala sekolah dalam memberi motivasi terhadap kinerja guru, kepala sekolah dapat menumbuhkan motivasi melalui sebagai berikut (Romli, 2009):

a. Pengaturan lingkungan fisik. Lingkungan yang kondusif akan menumbuhkan motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu membangkitkan motivasi guru agar dapat melaksanakan tugas secara optimal. Lingkungan fisik tersebut mencakup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan dan lain-lain.

b. Pengaturan suasana kerja. Seperti halnya iklim fisik, suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja guru.

c. Disiplin. Disiplin dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme guru di sekolah kepala sekolah harus berusaha menanamkan disiplin kepada semua bawahannya. Adapun strategi yang digunakan oleh kepala sekolah dalam membina disiplin guru adalah (1) membantu guru dalam mengembangkan pola perilakunya; (2) membantu guru dalam meningkatkan standar perilakunya; dan (3) melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama.

d. Dorongan. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun yang datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan untuk menggerakkan efektifitas kerja.

e. Penghargaan. Penghargaan (rewards) ini sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif.

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 114

o. Pengaruh Kegiatan Supervisi : Mengawasi Tugas-Tugas Guru (X5) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel mengawasi tugas guru terhadap variabel kinerja guru sebesar 3,39%. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan upaya kepala sekolah dalam mengawasi tugas guru tidak memberikan umpan balik pada guru. Hal ini disebabkan guru merasa tertekan jika kepala sekolah mengawasi guru karena bukan bertujuan untuk menolong guru mengembangkan dan memperbaiki cara kerja mereka melainkan untuk menentukan konduite (baik buruknya) kinerja guru ataupun penilaian terhadap kecakapan dan ketaatan guru dalam menjalankan tugasnya.

Untuk meningkatkan peran kepala sekolah dalam mengawasi tugas guru terhadap kinerja guru, kepala sekolah sebagai pemimpin senantiasa mengawasi, membangun, mengkoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah, serta mengkondisikan guru untuk bekerja dan melaksanakan tugasnya sesuai harapan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam organisasi pendidikan. Kepala sekolah mengawasi guru dengan melihat apakah guru mengalami kesulitan dalam mengajar sehingga dapat memberikan bantuan kepada guru untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan tugas mengajarnya dan meningkatkan kemampuannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, bukan untuk mencari-cari kesalahan guru.

p. Pengaruh Kegiatan Supervisi : Menilai Kompetensi Guru (X6) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari subvariabel menilai kompetensi guru terhadap variabel kinerja guru sebesar 2,13%. Pengaruh tersebut memperlihatkan bahwa upaya kepala sekolah sebagai supervisor dalam menilai kompetensi guru tidak membuahkan hasil. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang berkepribadian tertutup, berorientasi kepada diri sendiri, dan sulit menyampaikan kehendak sehingga menutup ruang untuk meningkatkan kompetensi. Selain itu yang terjadi di lapangan guru mengikuti Pendidikan lanjutan ke S-I tidak sesuai dengan mata pelajaran yang di ampuh dan jurusannya juga berbeda dengan yang sebelumnya, serta waktu penyelesaian yang singkat dan tidak sesuai dengan waktu penyelesaian perkuliahan yang normal.

Namun begitu, kepala sekolah perlu meningkatkan peran kepala sekolah dalam menilai kompetensi guru terhadap kinerja guru melalui pendidikan dan pelatihan (off the

job training). Guru dilatih secara individual maupun dalam kelompok untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terbaik dengan menghentikan kegiatan mengajarnya. Kegiatan pelatihan seperti ini memiliki keunggulan karena guru lebih terkonsentrasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan seperti training mengajar dengan pendekatan micro teaching dan penguasaan jaringan komputer.

Seperti yang dikatakan Anwar dan Amir (2000) bahwa “kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru.”

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 115

Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Senada dengan Selvi (2010),

teachers’ competencies affect their values, behaviors, communication, aims and practices in school and also they support professional development and curricular studies. Thus, the discussion on teachers’ competencies to improve the teaching-learning process in school is of great importance.

q. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah (X) Terhadap Kinerja Guru : Merencanakan Program Pembelajaran (Y1)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel supervisi kepala sekolah terhadap subvariabel merencanakan program pembelajaran sebesar 35,40%. Hasil tersebut memperlihatkan cukup tingginya peran supervisi kepala sekolah terhadap merencanakan program pembelajaran sehingga guru mampu menguasai prinsip perencanaan pembelajaran yang mendidik, dengan hasil dan indikator yang diharapkan, bahkan melakukan inovasi pembelajaran bagi peningkatan kualitas peserta didik.

Namun begitu, penulis berpendapat bahwa kepala sekolah dapat melakukan berbagai upaya untuk lebih meningkatkan pengaruh antara supervisi kepala sekolah terhadap merencanakan program pembelajaran, diantaranya:

1) Kurikulum. Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kurikulum terutama perangkat pembelajarannya. Dalam perangkat pembelajaran telah tercantum Standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, tujuan pembelajaran, indikator serta alokasi waktu untuk mengajar materi tersebut. Dalam penyusunan program semester, rincian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diberikan, perlu juga memperhatikan waktu yang tersedia. Jika waktu yang tersedia cukup banyak maka indikator yang akan disampaikan dapat lebih banyak, tetapi jika waktu sedikit maka indikator yang akan diberikan dibatasi. Demikian juga pada waktu menyusun bahan ajar dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), luasnya bahan dan banyaknya aktivitas belajar perlu disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

2) Kondisi Sekolah. Perencanaan program pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah, terutama tersedianya sarana-prasarana dan alat bantu pelajaran, karena keduanya menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar siswa. Guru tidak mungkin melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam praktek menggunakan komputer apabila di sekolah itu tidak tersedia komputer. Demikian juga halnya guru tidak mungkin menyuruh siswa-siswa mengadakan pengamatan terhadap tanaman, jika di sekolah/ sekitar sekolah tidak ada taman

3) Kemampuan dan perkembangan siswa. Dalam program pengajaran, baik program semester maupun program mingguan/harian dapat dipandang sebagai suatu skenario tentang apa yang harus dipelajari siswa dan bagaimana mempelajarinya. Agar materi dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi siswa, maka penyusunan

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 116

program rencana pembelajaran perlu disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa. Keluasan dan kedalaman materi pelajaran serta aktivitas belajar yang direncanakan guru perlu disesuikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa. Secara umum, siswa dalam satu kelas terbagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok pandai atau cepat belajar, sedang dan kelompok kurang atau lambat belajar. Bagian yang terbanyak adalah yang kelompok sedang, maka penyusunan materi hendaknya menggunakan kriteria sedang ini. Untuk mengatasi variasi pengetahuan siswa, maka guru perlu menggunakan metode atau strategi mengajar yang bervariasi pula.

r. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah (X) Terhadap Kinerja Guru : Melaksanakan Program Pembelajaran (Y2)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel supervisi kepala sekolah terhadap subvariabel melaksanakan program pembelajaran sebesar 23,62%. Artinya, peran supervisi kepala sekolah terhadap melaksanakan program pembelajaran rendah. Hal ini ditandai oleh terjadinya guru yang membolos mengajar, guru yang masuk ke kelas yang tidak tepat waktu, guru mengajar tidak mempunyai persiapan mengajar, guru tidak punya absensi siswa. Kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas disebabkan oleh ketidak mampuan guru dalam melaksanakan peran dan fungsinya di sekolah.

Oleh karena itu, kepala sekolah dapat meningkatkan peran supervisi kepala sekolah dalam melaksanakan program pembelajaran dengan cara membina guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dapat dilakukan sendiri dalam pelaksanan tugas, melakukan penilai proses maupun hasil untuk mendapatkan data mengenai prestasi maupun kendala yang siswa hadapi serta menentukan solusi perbaikan. Selain itu bisa juga melakukan magang pada ruang lingkup satu sekolah atau pada sekolah lain yang memiliki mutu yang lebih baik.

Dalam konteks ini Darling-Hammond & Mc Laughlin (1995 : 597) mengisyaratkan agar staff development that is linked to a reform agenda must support a

learner-centered view of teaching and a career-long conception of teachers learning. Professional development today also means providing occasions for teachers to reflect critically on their practice and to fashion new knowledge and beliefs about content, pedagogy, and learners.

s. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah (X) Terhadap Kinerja Guru : Evaluasi Program Pembelajaran (Y3)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel supervisi kepala sekolah terhadap subvariabel evaluasi program pembelajaran sebesar 19,89%. Rendahnya hasil penelitian tersebut mengisyaratkan bahwa upaya kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kemampuan guru melakukan evaluasi program pembelajaran tidak memberikan dampak yang besar. Ini disebabkan masih ada guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran karena keterbatasan waktu. Menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 117

sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan tes tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak. Tetapi kegiatan ini mempunyai kelemahan yaitu anak yang suka gugup walaupun ia mengetahui jawaban dari soal tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan kelemahan lain tes lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus punya banyak persediaan soal. Tetapi ada juga guru yang mewakilkan beberapa orang anak yang pandai, anak yang kurang dan beberapa orang anak yang sedang kemampuannya utnuk menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang berhubungan dengan materi pelajaran itu.

Berdasarkan hasil penelitian variabel supervisi kepala sekolah terhadap subvariabel evaluasi program pembelajaran yang rendah tersebut, kepala sekolah dapat melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengaruh tersebut dengan senantiasa memotivasi dan memacu para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta baik off the job training, on the job

training, maupun lesson study.

t. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah (X) Terhadap Kinerja Guru : Menindaklanjuti Hasil Evaluasi (Y4)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel supervisi kepala sekolah terhadap subvariabel menindaklanjuti hasil evaluasi sebesar 24,01%. Artinya, masih rendahnya peran supervisi kepala sekolah terhadap peningkatan kemampuan guru dalam menindaklanjuti hasil evaluasi karena sudah banyak guru yang menguasai pendekatan dan cara-cara menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar, melalui perbaikan pembelajaran seperti remedial dan penggayaan, seperti tercantum dalam PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah bahwa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedial. Pengetahuan mengenai pendekatan dan cara-cara menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran tersebut diperoleh dari pendidikan keguruan yang telah ditempuhnya dan berbagai pelatihan yang telah diikuti secara mandiri.

Dengan demikian, kepala sekolah dapat meningkatkan perannya sebagai supervisor dengan senantiasa memberikan arahan teknis tentang program remedial dan pengayaan yang sekurang-kurangnya mencakup:

1) Dasar pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan;

2) Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan;

3) Manfaat pembelajaran remedial, dan pengayaan;

Dr. Nyi. R. Tedja Gurat Baktinia, M.Mpd Page 118

5) Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugas dalam pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan.