• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi kerja terhadap peningkatan

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH: MERY LASMARITO PURBA (Halaman 47-0)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Pengembangan Hipotesis

2.9.3 Pengaruh Motivasi kerja terhadap peningkatan

mendapat perhatian yang besar pula bagi organisasi dalam peningkatan kinerja pegawainya. Motivasi kerja adalah dorongan atau semangat yang timbul dalam diri seseorang atau pegawai untuk melakukan sesuatu atau bekerja, karena adanya rangsangan dari luar baik itu dari atasan dan lingkungan kerja, serta adanya dasar

untuk memenuhi kebutuhan dan rasa puas, serta memenuhi tanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan dan dilakukan dalam organisasi.

Beberapa peneliti telah menguji hubungan antara motivasi dengan kinerja pegawai, antara lain Cahyono dan Suharto (2005); Masrukhin dan Waridin (2006); Analisa (2011), bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H3: Motivasi Kerja Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai.

2.9.4 Kepuasan Kerja bepengaruh terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai Bull (2005) berpendapat bahwa ketika karyawan mengalami kesuksesan dalam pekerjaan yang menantang mental memungkinkan mereka untuk latihan keterampilan dan kemampuan mereka, mereka mengalami tingkat yang lebih besar dari kepuasan kerja.

Wood et al. (2012) menyatakan bahwa kesenangan berhubungan dengan perasaan emosional tentang apakah seseorang merasa baik atau buruk tentang pekerjaan. Kepuasan kerja, di mana secara tradisional penekanan dalam literatur keterlibatan telah ditempatkan, hanya berfokus pada dimensi kesenangan. Dengan demikian, hal itu tidak tergantung pada gairah, yang dapat menimbulkan perasaan positif atau negatif. pekerjaan yang berhubungan dengan kecemasan-kenyamanan mungkin memiliki dampak yang lebih positif dalam pengaturan serikat pada dua dari tiga hasil ekonomi kita, kinerja keuangan dan kualitas.

Menurut Tadisina et al. (2001), kepuasan kerja menjelaskan bagaimana karyawan apung untuk datang untuk bekerja dan bagaimana mereka dapat ditegakkan untuk melakukan pekerjaan mereka. Insentif, penghargaan dan pengakuan kunci parameter saat ini Program motivasi menurut sebagian besar organisasi sebagai faktor pengikatan sukses dengan kinerja karyawan.Cecelia (2006) Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerja terhadap kondisi lingkungan pekerjaan.Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya dan dimiliki oleh setiap pekerja Luthans (1995). Smith et al. (1996) secara lebih rinci mengemukakan berbagai dimensi dalam kepuasan kerja yang kemudian dikembangkan menjadi instrumen pengukur variabel kepuasan terhadap (1) menarik atau tidaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, (2) jumlah kompensasi yang diterima pekerja, (3) kesempatan untuk promosi jabatan, (4) kemampuan atasan dalam memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku, dan dukungan rekan sekerja Maryani dan Supomo (2001).

Khan et al. (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa aspek kepuasan kerja seperti gaji, promosi, keselamatan kerja dan keamanan, kondisi kerja, otonomi pekerjaan, hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan atasan dan sifat pekerjaan secara signifikan mempengaruhi tingkat kepuasan pekerjaan. Untuk meningkatkan kinerja karyawan di lembaga medis otonom, pemerintah harus fokus pada menghadapi semua kepuasan kerja dan tidak hanya pada salah satu

dari faktor-faktor ini (promosi, kondisi kerja, rekan kerja dan sifat pekerjaan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja).

Tang et al. (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa mekanisme yang mendasari proses pekerjaan keluarga bekerja dengan bukti bahwa pekerjaan pendukung merupakan pendahuluan. Kepuasan kerja merupakan hasil kerja dengan keluarga dalam konteks Cina, sejalan dengan teori pertukaran sosial Barat dan kepercayaan sosial Cina di timbal balik. menyatakan bahwa motivasi kerja dan kepuasan kerja berkorelasi sangat positif.

Berdasarkan uraian beberapa pengertian dan penelitan diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

H4 : Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai

2.9.5 Lingkungan Kerja bepengaruh terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai

Lingkungan kerja yang baik akan memberikan kenyamanan pribadi dan dapat membangkitkan semangat kerja karyawan sehingga dapat mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik. Disamping itu karyawan akan lebih senang dan nyaman dalam bekerja jika fasilitas yang ada dalam keadaan bersih, tidak bising, pertukaran udara yang cukup baik dan peralatan yang memadai serta relatif modern. Dengan lingkungan kerja yang baik akan berpengaruh terhadap kinerja

Penelitian yang dilakukan oleh Nguyen et al. (2014) pada variabel lingkungan kerja dan kinerja karyawan menunjukkan bahwa lingkungan kerja terbukti berpengaruh positif dan signifikan kinerja karyawan. Demikian pula dengan penelitian Amusa et al. (2013) dan Taiwo (2009) yang menguji pengaruh lingkungan kerja kinerja karyawan juga menunjukkan bahwa lingkungan kerja terbukti berpengaruh positif dan signifikan kinerja pegawai.

Mengacu pada uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H5: Lingkungan kerja berpengaruh positif signifikan pada peningkatan kinerja pegawai.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif. Menurut Umar (2003:30), penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air berada dibawah bimbingan dan tanggung jawab Direktur Jendral Sumber Daya Air melalui Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera II. Penelitian ini dilaksanakan di Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksanaan Jaringan Sumber Air berkedudukan dijalan Jendra Besar DR.S.H.Nasution No.30 Pkl. Masyhur Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2016.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini memiliki batasan operasional, yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel bebas, yaitu :

Kompensasi Finansial, Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Lingkungan Kerja

2. Terkadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur sehingga sulit ditemukan validitas datanya.

3. Objek penelitian ini hanya dilakukan di Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Provinsi Sumatera Utara

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup variabel penelitian, maka definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Indikator Skla

Peningkatan visi, misi, dan tujuan organisasi tersebut telah tercapai

Gomes (1995), kinerja dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

a. Kuantitas kerja dalam suatu periode yang ditentukan (quantity of work)

b. Kualitas kerja berdasarkan syarat kesesuaian dan kesiapannya (quality of work)

c. Pengetahuan tentang pekerjaan (job knowledge)

d. Keaslian gagasan yang muncul dan tindakan untuk menyelesaikan permasalahan (creativeness)

e. Kesadaran dan kepercayaan dalam hal kehadiran dan atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas balas jasa yang diberikan kepada perusahaan

Menurut Malthis dan Jackson (2002) : a. Gaji Pokok

1. Upah 2. Gaji b. Gaji Variabel

Likert

1. Bonus

1. Idealized influence (or charismatic influence) a. Kompensasi bentuk uang b. Pengarahan dan pengendalian c. Penetapan pola kerja

yang efektif 3. Remunerasi, benefits, dan

budaya organisasi 4. Loyalitas karyawan

Likert

Lingkungan Kerja (X5)

Segala sesuatu baik fisik maupun non fisik disekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya.

Menurut Alex S. Nitisemito dalam Taufik (2013) :

a. Kebersihan

b. Penerangan dalam ruang kerja

c. Sirkulasi udara d. Kebisingan

e. Pewarnaan ruang kerja

Likert

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Sistem pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju, tidak setuju, senang, tidak senang, baik, tidak baik (Umar 2000:137). Untuk keperluan analisis kuantitatif maka diberi lima alternatif jawaban kepada responden untuk masing-masing variabel dengan mengunakan skala 1 sampai 5, adapun skor yang disajikan pada Tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.2

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi Penelitian

Menurut Ridwan dan Kuncoro dalam Erlina (2011:81) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Lebih jelas lagi, dipaparkan bahwa populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang berada dalam suatu masalah penelitian. Jumlah populasi penelitian pada Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Utara sebanyak 91 Pegawai.

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel menurut Erlina (2011) adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif, akan mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tetap untuk menduga nilai populasi sesungguhnya.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling yaitu sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok yang tidak overlapping yang disebut dengan strata, dan kemudian memilih sebuah sampel secara random dari tiap stratum. Jumlah sampel penelitian pada Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Utara sebanyak 50 sampel.

Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Karyawan berlatar belakang pendidikan minimal D3 2. Pegawai Negri Sipil (PNS)

3. Telah bekerja minimal 5 tahun

3.7 Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Jenis data didalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih di lokasi penelitian. Data primer penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner pada pegawai Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Utara

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku ataupun jurnal-jurnal/riset/artikel penelitian. Data sekunder penelitian ini berupa:

a. Sejarah Singkat pegawai Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Utara

b. Jurnal-jurnal/riset/artikel penelitian mengenai Kompensasi Finansial, Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Lingkungan Kerja yang mendukung penelitian ini.

3.8Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner, yaitu dengan mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan

responden mengenai Kompensasi Finansial, Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Lingkungan Kerja.

3.8.1 Teknik Analisis Data a). Data Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis data yang tidak dapat dinominasikan dengan menggunakan angka, melainkan disajikan berupa keterangan, penjelasan, dan pembahasan teori.

b). Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis data dalam bentuk angka-angka yang pembahasannya, melalui penghitungan statistik berdasarkan jawaban kuesioner dari responden. Hasil penghitungan dari skor atau nilai tersebut kemudian dalam analisis statistik yang dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 22 untuk membuktikan hubungan dan pengaruh antara variabel-variabel penelitian.

3. 9Uji Kualitas Data 3.9.1 Uji Validitas Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrument, dimana sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukurnya (Ancok 1998 : 120). Menurut Hakim (1999) dalam Widyastuti (2000),

“Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain ketidakpatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner”.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir pertanyaandinyatakan valid.

2. Jika rhitung positif dan rhitung < rtabel maka butir pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pemgukuran tetap apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Dalam melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan, maka peneliti menggunakan koefisien cronbanch alpha, yaitu suatu instrument dikatakan reliable jika memilki nilai cronbanch alpha lebih besar dari 0,5 atau bila r positif , r hitung > r tabel maka butir pertanyaan valid. (Nunnaly : 1967 ) dalam Ghozali ( 2005 : 42 ).

3.10Uji Asumsi Klasik

3.10.1 Uji Normalitas Data

Menurut Erlina (2011) uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal, gunakan statistik nonparametrik atau lakukan treatment agar data normal.

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan untuk melakukan uji F dan uji T mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

3.10.2 Uji Multikolinearitas

Erlina (2011) memaparkan multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, variabel bebas tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi di antara sesamanya sama dengan nol.

Tujuan uji ini adalah untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Menurut Imam Ghozali dalam Sandhi (2013) multikolinearitas dapat dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen atau dengan menggunakan perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,900) maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas atau jika nilai Tolerance kurang dari 0,100 atau nilai VIF lebih dari 10, maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas.

3.10.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokeditas menurut Erlina (2011) salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear adalah varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Umunya heterokedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan data cross section (silang waktu) daripada data time series (runtut waktu). Hal ini bukan berarti model yang menggunakan data runtut waktu bebas dari heterokedisitas.

Suatu model dikatakan terdapat gejala heterokedisitas jika koefisien parameter beta tidak signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak terdapat heterokedisitas. Dengan kata lain. Data dari rekapitulasi menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai nilai signifikansi di atas taraf kepercayaan 5 persen, sehingga variabel bebas tidak menyebabkan terjadinya heterokedastisitas.

3.11 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Kuncoro (2013), analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Menurut Sugiono (2008) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

0.00 – 0.199 = Sangat Rendah 0.20 – 0.399 = Rendah

0.40 – 0.599 = Sedang 0.60 – 0.799 = Kuat 0.80 – 1.000 = Sangat Kuat

3.12 Uji Hipotesis

3.12.1 Uji t (Regresi Parsial)

Menurut Taciana dkk (2013), pengujian t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dapat juga dikatakan jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel maka hasilnya signifikan dan berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel maka hasilnya tidak signifikan dan berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai berikut:

H0 ditolak jika t hitung > t tabel H0 diterima jika t hitung < t tabel

Tingkat kepercayaan adalah 95% ( α = 0,05 ).

3.12.2 Uji F (Regresi Simultan)

Taciana dkk (2014), pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari analisis regresi signifikan atau tidak, dengan kata lain model yang diduga tepat/sesuai atau tidak. Jika hasilnya signfikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika hasilnya tidak signifikan, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai berikut:

H0 ditolak jika F hitung > F tabel H0 diterima jika F hitung < F tabel

Tingkat kepercayaan adalah 95% ( α = 0,05 ).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Provinsi Sumatera Utara

Untuk lebih efektifnya pengelolaan SDA dan didasarkan kepada Undang-undang No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-undang No.1/2004 Tentang Perbendaharaan Negara serta Peraturan Pelaksanaannya terbentuknya Balai Wilayah Sungai, adalah sebagai berikut :

1. undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-undangNo.1/2003 Tentang Perbendaharaan Negara serta Peraturan Pelaksanaannya

2. Undang-undang No.7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 286/PRT/M/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dep. PU.

4. Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. B/1616/M.PAN/6/2006.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2006 s/dNo.15/PRT/M/2006tentang Organisasi danTata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis.

7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 385 /KPTS/M/ 2006 tentang

Pembebasan dan Pengangkatan Pejabat Pemimpin Eselon III.a pada Balai Dilingkungan Dep. PU

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber daya Air.

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 22/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Tata cara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air.

Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air berkedudukan di Jalan Jenderal Besar DR.A.H.Nasution No.30 Pkl. Masyhur Medan. Tujuan dan tugas pokok Satuan Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air adalah :

1. Pengelolahan sumber daya air pada wilayah sungai yang meliputi konservasi, pendayagunaan sumber air dan pengendalian daya rusak air pada sungai, danau, waduk, bendungan, tampungan air lainna dan pantai.

2. Meningkatkan kemampuan sumber daya air serta untuk meningkatkan persediaan air guna memenuhi kebutuhan sumber daya air secara efektif

3. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengoperasian dan pemeliharaan prasarana sumber daya air.

4.2 Metode Analisis Deskriptif

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pegawai Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Provinsi Sumatera Utara. Kuesioner sebagai data primer dalam penelitian ini telah disebarkan kepada sampel yang telah ditentukan.

Tabel-tabel dalam penjelasan berikut menjelaskan karakteristik responden yang berjumlah 50 orang.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Presentase

Pria 21 42%

Wanita 29 58%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer, olah data penulis, 2016

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas pegawai yang menjadi responden berdasarkan jenis kelamin adalah pria yang berjumlah 18 orang atau 36%, sementara wanita berjumlah 29 orang atau 64%.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Jumlah Responden (Orang) Presentase

<5 Tahun 0 0%

5-6 tahun 12 24%

6-7 tahun 31 62%

7-8 Tahun 5 10%

>10 Tahun 2 4%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer, olah data penulis, 2016

Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas pegawai yang menjadi responden berdasarkan lama bekerja adalah lebih dari 10 tahun yang berjumlah 2 orang atau 4%, sementara pegawai yang bekerja selama 7-8 tahun berjumlah 5 orang atau 10%, pegawai yang bekerja selama 6-7 tahun berjumlah 31 orang atau 62% dan pegawai yang bekerja 5-6 tahun berjumlah 12 orang atau 24%.

3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Presentase

D3 16 32%

S1 30 60%

S2 4 8%

S3 0 0%

Sumber: Data Primer, olah data penulis, 2016

Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas pegawai yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah Strata-1 yang berjumlah 30 orang

atau 60%, sementara pegawai yang berpendidikan Dilpoma berjumlah 16 orang atau 32%, dan pegawai yang berpendidikan Strata-2 berjumlah 4 orang atau 8%.

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel

Berikut akan disajikan penilaian-penilaian responden terhadap variabel dalam penelitian ini 1. Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Kompensasi Finansial (X1) Tabel 4.4 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel X1

Pertanyaan STS TS N S SS Total

Rata-Rata

F % f % f % f % f % f %

p1 0 0 0 0 17 34 23 46 10 20 50 100 3.86 p2 0 0 0 0 16 32 23 46 11 22 50 100 3.9 p3 0 0 0 0 15 30 28 56 7 14 50 100 3.84 p4 0 0 0 0 20 40 22 44 8 16 50 100 3.76 p5 0 0 0 0 16 32 23 46 11 22 50 100 3.9 p6 0 0 0 0 10 20 34 68 6 12 50 100 3.92

Sumber: Data Primer, olah data penulis, 2016 Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa:

a. Frekuensi responden sampel terhadap pertanyaan (item) 1 yaitu mengenai apakah peningkatan kompensasi finansial mampu meningkatkan prestasi kerja pegawai diketahui bahwa 20% menjawab sangat setuju, 46% menjawab setuju, 34% menjawab netral, dan 0% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju

b. Frekuensi responden sampel terhadap pertanyaan (item) 2 yaitu mengenai kompensasi finansial merupakan faktor utama yang menentukan prestasi kerja pegawai, dan diketahui bahwa 22% menjawab sangat setuju, 46% mejawab setuju, 32% menjawab netral, dan 0%

menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju

c. Frekuensi responden sampel terhadap pertanyaan (item) 3 yaitu Kompensasi finansial yang diberikan secara langsung akan lebih dihargai untuk menjadi motivasi dalam

meningkatkan kinerja, dan diketahui bahwa 14% menjawab sangat setuju, 56% mejawab setuju, 30% menjawab netral, dan 0% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju d. Frekuensi responden sampel terhadap pertanyaan (item) 4 yaitu kebijaksanaan perusahaan

untuk memberikan kompensasi finansial secara tidak langsung akan kurang dihargai dan diketahui bahwa 14% menjawab sangat setuju, 56% mejawab setuju, 30% menjawab netral, dan 0% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju

e. Frekuensi responden sampel terhadap pertanyaan (item) 5 yaitu Pekerjaan yang berisiko tinggi tidak dipenuhi dengan kompensasi langsung yang memadai dan diketahui bahwa 22% menjawab sangat setuju, 46% mejawab setuju, 32% menjawab netral, dan 0%

menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju

f. Frekuensi responden sampel terhadap pertanyaan (item) 6 yaitu motivasi dan semangat kerja terpacu dengan gaji yang diterima dan diketahui bahwa 12% menjawab sangat setuju, 68% mejawab setuju, 20% menjawab netral, dan 0% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju

2.Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Kepemimpinan Transformasional (X2)

Tabel 4.5 Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel X2

Pertanyaan STS TS N S SS Total

Rata-Rata

f % f % F % f % f % f %

p1 0 0 0 0 14 28 24 48 12 24 50 100 3.96

p2 0 0 0 0 13 26 24 48 13 26 50 100 4

p3 0 0 0 0 11 22 28 56 11 22 50 100 4

p4 0 0 0 0 17 34 24 48 9 18 50 100 3.84

p5 0 0 0 0 11 22 28 56 11 22 50 100 4

p6 0 0 0 0 12 24 30 60 8 16 50 100 3.92

Sumber: Data Primer, olah data penulis, 2016

a. Frekuensi responden sampel terhadap pertanyaan (item) 1 yaitu Pemimpin yang bijak dan cerdas adalah pemimpin yang mampu memberikan sugesti dengan baik agar

a. Frekuensi responden sampel terhadap pertanyaan (item) 1 yaitu Pemimpin yang bijak dan cerdas adalah pemimpin yang mampu memberikan sugesti dengan baik agar

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH: MERY LASMARITO PURBA (Halaman 47-0)