BAB IV LINGKUNGAN KELUARGA, PENGASUHAN ALTERNATIF DAN
4.1 Pengasuhan Alternatif
LINGKUNGAN KELUARGA, PENGASUHAN ALTERNATIF
DAN PERKAWINAN USIA ANAK
Lingkungan keluarga sangat menentukan dalam keberhasilan tumbuh kembangnya beberapa aspek manusia baik fisik atau psikis, sosial dan spiritual, Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988). Keluarga merupakan lingkungan utama pembelajaran anak karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 diakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya secara sepenuhnya dan serasi, harus tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian.
4.1 Pengasuhan Alternatif
Setiap anak berhak untuk tinggal dalam lingkungan pengasuhan keluarga. Keluarga merupakan hal terpenting dalam pengasuhan anak, karena anak dibesarkan dan dididik dalam keluarga. Selain di dalam keluarga, masyarakat memiliki andil dalam memperkuat pengasuhan anak oleh keluarga, sedangkan pemerintah bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung keduanya. Pengasuhan anak merupakan upaya memenuhi kebutuhan kasih sayang, keselamatan dan kesejahteraan yang berkelanjutan demi kepentingan terbaik anak. Pemenuhan kebutuhan anak dilaksanakan oleh orang tua kandung atau keluarga lainnya termasuk orang tua asuh, orang tua angkat atau wali.
4.1.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung
Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada para orang tua. Bapak dan ibu kandung bertanggung jawab dalam mendidik, merawat,
Profil Anak Indonesia 2017
memberikan perlindungan yang baik, dan berbagai aspek lainnya terhadap anak. Idealnya seorang anak tinggal dengan kedua orangtuanya agar mendapat pengasuhan yang baik. Secara nasional dari hasil Susenas modul sosial budaya dan pendidikan (MSBP) tahun 2009, 2012, dan 2015, lebih dari 80 persen anak berumur 0-17 tahun tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya. Hal ini berarti sebagian besar anak di Indonesia masih mendapatkan pengasuhan langsung dari kedua orang tuanya. Persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya mengalami penurunan dari 87,15 persen di tahun 2009 menjadi 85,21 persen di tahun 2015. Sementara itu jika dilihat menurut tipe daerah, anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan di daerah perdesaan (Tabel 4.1). Hal Ini bisa disebabkan orangtua mereka pergi bekerja ke luar desa menuju kota atau luar negeri dan menitipkan anak mereka kepada keluarga kerabat lainnya.
Tabel 4.1 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Bapak dan Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015
Tipe Daerah/ Tahun
Jenis Kelamin 2009 2012 2015 (1) (2) (3) (4) Perkotaan Laki-laki 88,29 87,62 85,91 Perempuan 87,70 86,48 86,50 Laki-laki + Perempuan 88,00 87,06 86,20 Perdesaan Laki-laki 86,89 85,88 84,21 Perempuan 85,90 85,31 84,33 Laki-laki + Perempuan 86,42 85,61 84,27 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 87,54 86,73 85,04 Perempuan 86,74 85,89 85,40 Laki-laki + Perempuan 87,15 86,32 85,21
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS
Anak dengan kondisi seperti ini perlu perhatian khusus dan komunikasi tersendiri karena mereka kehilangan sosok orang tua dalam kesehariannya. Perlindungan lebih khusus kepada anak-anak seperti ini juga diperlukan agar mereka tidak mendapatkan
31
Profil Anak Indonesia 2017
29
4.1.2 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung
Semua orang yang menjalani kehidupan rumah tangga menghendaki keluarga yang utuh dan harmonis, tetapi tidak jarang harapan itu tidak terwujud karena harus berpisah. Perpisahan dapat terjadi karena perceraian atau kematian. Seorang anak dalam masa pertumbuhannya melewati beberapa fase. Saat balita, dia akan lebih membutuhkan kehadiran seorang ibu kandung, khususnya kebutuhan akan ASI. Memasuki fase remaja, butuh pengasuhan yang lebih spesifik bagi anak laki-laki dan perempuan. Seorang remaja putri yang tinggal bersama bapak kandungnya akan mengalami kesulitan saat mengalami masa menstruasi, misalnya,karena sungkan mengkomunikasikan hal ini dengan ayahnya. Anak yang tinggal bersama bapak kandung cenderung memiliki waktu kebersamaan yang lebih sedikit, karena bapak umumnya bekerja. Bila seorang bapak menjadi orangtua tunggal, tanggung jawabnya merangkap menjadi pencari nafkah dan menjadi ibu bagi anak-anaknya.
Tabel 4.2 menyajikan persentase anak berumur 0-17 tahun dan belum kawin yang tinggal bersama bapak kandung. Pada tahun 2009 dan 2012, sekitar dua persen anak tinggal dengan bapak kandungnya. Persentase ini meningkat cukup signifikan pada tahun 2015, mencapai tiga kali lipat, yaitu sebesar 7,85 persen. Hasil Susenas MSBP menunjukkan lebih banyak anak laki-laki yang tinggal dengan bapak kandungnya dibandingkan anak perempuan. Sementara itu jika dilihat menurut tipe daerah, anak yang tinggal bersama ayah kandung di perkotaan persentasenya lebih kecil dibandingkan di perdesaan.
Peningkatan signifikan pada anak yang tinggal dengan bapak kandung menjadi pertanyaan tersendiri, jika dihubungkan dengan angka talak dan cerai yang tidak terlalu meningkat tajam (Nikah, Talak dan Cerai serta Rujuk 202-2015, BPS).
Tabel 4.2 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Bapak Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015
Tipe Daerah/ Tahun
Jenis Kelamin 2009 2012 2015 (1) (2) (3) (4) Perkotaan Laki-laki 2,11 2,20 7,74 Perempuan 1,93 2,35 7,02 Laki-laki + Perempuan 2,02 2,27 7,39 Perdesaan Laki-laki 2,36 2,49 8,47 Perempuan 2,23 2,30 8,12 Laki-laki + Perempuan 2,30 2,40 8,30
Profil Anak Indonesia 2017
28
memberikan perlindungan yang baik, dan berbagai aspek lainnya terhadap anak. Idealnya seorang anak tinggal dengan kedua orangtuanya agar mendapat pengasuhan yang baik. Secara nasional dari hasil Susenas modul sosial budaya dan pendidikan (MSBP) tahun 2009, 2012, dan 2015, lebih dari 80 persen anak berumur 0-17 tahun tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya. Hal ini berarti sebagian besar anak di Indonesia masih mendapatkan pengasuhan langsung dari kedua orang tuanya. Persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya mengalami penurunan dari 87,15 persen di tahun 2009 menjadi 85,21 persen di tahun 2015. Sementara itu jika dilihat menurut tipe daerah, anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan di daerah perdesaan (Tabel 4.1). Hal Ini bisa disebabkan orangtua mereka pergi bekerja ke luar desa menuju kota atau luar negeri dan menitipkan anak mereka kepada keluarga kerabat lainnya.
Tabel 4.1 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Bapak dan Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015
Tipe Daerah/ Tahun
Jenis Kelamin 2009 2012 2015 (1) (2) (3) (4) Perkotaan Laki-laki 88,29 87,62 85,91 Perempuan 87,70 86,48 86,50 Laki-laki + Perempuan 88,00 87,06 86,20 Perdesaan Laki-laki 86,89 85,88 84,21 Perempuan 85,90 85,31 84,33 Laki-laki + Perempuan 86,42 85,61 84,27 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 87,54 86,73 85,04 Perempuan 86,74 85,89 85,40 Laki-laki + Perempuan 87,15 86,32 85,21
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS
Anak dengan kondisi seperti ini perlu perhatian khusus dan komunikasi tersendiri karena mereka kehilangan sosok orang tua dalam kesehariannya. Perlindungan lebih khusus kepada anak-anak seperti ini juga diperlukan agar mereka tidak mendapatkan kekerasan dari lingkungannya ataupun pergaulan yang menyebabkan mereka terlibat dalam masalah.
Profil Anak Indonesia 2017
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki 2,24 2,35 8,11
Perempuan 2,09 2,33 7,58
Laki-laki + Perempuan 2,17 2,34 7,85
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS
4.1.3 Anak yang Tinggal dengan Ibu kandung
Setiap perempuan tidak ada yang ingin menjadi orang tua tunggal. Beban ibu yang merangkap tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah keluarga sangat berat. Tidak hanya beban materi, mereka juga harus menghadapi beban sosial. Anak yang tinggal dengan ibu kandungnya saja, akan mengalami ketimpangan dalam hal pengasuhan. Sang ibu akan menanggung semua kebutuhan anak-anaknya, baik pendidikan, sandang, maupun pangan, serta berperan sebagai bapak guna memberi perlindungan bagi anak-anaknya.
Tabel 4.3 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015
Tipe Daerah/ Tahun
Jenis Kelamin 2009 2012 2015 (1) (2) (3) (4) Perkotaan Laki-laki 5,39 5,94 2,41 Perempuan 5,33 5,82 2,36 Laki-laki + Perempuan 5,36 5,88 2,39 Perdesaan Laki-laki 5,83 6,70 2,45 Perempuan 5,81 6,84 2,22 Laki-laki + Perempuan 5,82 6,77 2,34 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 5,63 6,33 2,43 Perempuan 5,58 6,34 2,29 Laki-laki + Perempuan 5,61 6,33 2,36
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS
Persentase anak yang tinggal dengan ibu kandung pada tahun 2009 sebesar 5,61 persen, meningkat menjadi 6,33 persen pada tahun 2012 (Table 4.3). Persentase ini turun hampir setengahnya di tahun 2015 menjadi 2,36 persen. Jika dilihat dari jenis kelamin, anak laki-laki maupun perempuan yang tinggal dengan ibu kandungnya saja
33
Profil Anak Indonesia 2017
31 perdesaan. Hal ini kontras dengan anak yang tinggal dengan ayahnya saja yang naik tajam 3 kali lipat.
4.1.4 Anak yang tinggal dengan Keluarga Lain
Anak yang tinggal dengan keluarga lain adalah anak yang tidak tinggal dengan orang tua kandungnya. Anak yang tidak tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya cenderung lebih rentan terpapar lingkungan yang kurang baik. Karena itu mereka membutuhkan perhatian yang lebih agar terjamin pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Tabel 4.4 memperlihatkan persentase anak yang tinggal bersama keluarga lain menurun trennya dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015, dari 5,07 persen di tahun 2009 turun ke 4,52 persen di tahun 2015. Secara umum anak laki-laki yang tinggal bersama keluarga lain persentasenya lebih kecil dibandingkan anak perempuan. Hal ini terjadi dari tahun 2009 sampai tahun 2015 baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan.
Tabel 4.4 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Keluarga Lain menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015
Tipe Daerah/ Tahun
Jenis Kelamin 2009 2012 2015 (1) (2) (3) (4) Perkotaan Laki-laki 4,21 4,25 3,87 Perempuan 5,05 5,35 4,05 Laki-laki + Perempuan 4,62 4,78 3,96 Perdesaan Laki-laki 4,92 4,93 4,83 Perempuan 6,06 5,55 5,32 Laki-laki + Perempuan 5,47 5,23 5,06 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 4,59 4,59 4,36 Perempuan 5,59 5,45 4,69 Laki-laki + Perempuan 5,07 5,01 4,52
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS