• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PENGATURAN SINGLE

B. Pengaturan Single Presence Policy dalam Peraturan

Kebijakan Kepemilikan Tungggal (Single Presence Policy) pada perbankan Indonesia yang tertuang dalam PBI No.8/16/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 merupakan kebijakan yang mengatur bahwa setiap pihak hanya dapat menjadi pemegang saham pengendali pada satu bank umum di Indonesia.105 Pemegang saham pengendali (dalam penelitian ini disingkat dengan PSP) adalah badan hukum dan atau perorangan dan atau kelompok usaha yang:106

104

Ryan Kiryanto, Loc.,cit. Basel II merupakan aturan yang dikeluarkan oleh Basel Committee on Banking Supervison yang merupakan suatu forum kerjasama dari bank sentral negara- negara Group of Ten (G-10) guna memperkuat stabilitas moneter dan keuangan. Meskipun hanya 13 negara yang menjadi anggota Basel Committee akan tetapi lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia menggunakan kerangka Basel sebagai pedoman dalam mengatur sistem perbankan mereka. Pada perjalanannya Basel Committee mengeluarkan ketentuan melalui kajian best practice dan membangun suatu standar pengawasan diantara sesama anggota meski standar tersebut tidak mengikat secara hukum (legally binding). Pada 1988 Basel Committee mengeluarkan Basel Capital Accord yang selanjutnya dikenal dengan Basel I yang bertujuan untuk: 1. mengharmonisasi standar permodalan bank secara internasional dengan maksud memperkuat stabilitas dan kesehatan perbankan internasional; 2. menghilangkan sumber ketidaksetaraan dalam berkompetensi diantara perbankan nasional. Basel I menetapkan satu ukuran modal resiko untuk bank yang beroperasi secara internasional. Selanjutnya, pada 2001, Basel Committee mengeluarkan The New Basel Capital Accord (Basel II) yang akan menggantikan Basel I pada akhir 2006. Perbedaan mendasar antara Basel I dan Basel II adalah memberikan fleksibilitas dan sensitifitas resiko yang lebih longgar dibandingan Basel I. Basel II terdiri dari tiga pilar yang saling terkait satu dengan lainnya. Pilar pertama persyaratan modal minimum (minimum capital requirement). Pilar kedua proses kajian pengawasan (supervisory review process) dan pilar ketiga disiplin pasar (market discipline). Bagi Indonesia rencana implementasi Basel II kepada seluruh bank dimulai tahun 2008 dengan pendekatan yang paling sederhana dan pada tahun 2010 diharapkan seluruh pilar Basel II akan diterapkan secara penuh. Zulkarnain Stompul, Problematika…Op.,Cit.,hlm.15-18.

105

Hal ini dapat dilihat dari Pasal 1 angka (2) PBI No.8/16/PBI/2006 Tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia yang menyatakan kepemilikan tunggal adalah kondisi dimana suatu pihak hanya menjadi pemegang saham pengendali pada 1 (satu) bank.

106

Pasal 1 angka (3) Peraturan Bank Indonesia No.8/16/PBI/2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Perbankan Indonesia. Pengertian PSP ini juga dapat dilihat dalam Peraturan Bank Indonesia

a. memiliki saham bank sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara;

b. memiliki saham bank kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian bank baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penerapan single presence policy ini memberikan pengecualian bagi:107 a. PSP pada 2 (dua) bank yang masing-masing melakukan kegiatan usaha dengan

prinsip yang berbeda, yakni secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.108

No.5/25/PBI/2003 Tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test). Sesuai dalam ketentuan PBI tersebut, bagi PSP yang merupakan badan hukum, pengertian PSP adalah sampai dengan pemegang saham terakhir (ultimate shareholder). Dalam menentukan siapa yang menjadi pemilik bank, sering timbul pertanyaan. Hal ini dikarenakan dalam hal kepemilikan terdapat dualisme pengertian yaitu legal owner yaitu pemilik yang tercatat menurut hukum dan beneficial owner yaitu pihak yang menikmati manfaat ekonomis dari benda yang dimiliki oleh legal owner. Sebagian ahli hukum perusahaan menyatakan bahwa sistem hukum Indonesia yang mewarisi tradisi hukum kontinental tidak mengenal adanya dualisme kepemilikan. Adanya dualisme kepemilikan adalah akibatnya dianut konsep trust yang berasal dari tradisi common law dimana legal owner berfungsi sebagai pihak yang melakukan pemeliharaan atau pengurusan suatu harta kekayaan. Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust dalam KUH Perdata dan Undang-Undang Pasar Modal, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hlm.4 dan 16. Dalam menetapkan pemilik bank, Bank Indonesia menetapkan konsep ultimate owner, dimana berdasarkan konsep ini pemilik adalah pihak yang menerima manfaat dari kepemilikan tersebut (beneficial owner). Pihak yang menerima manfaat ini dapat berbeda dari legal owner, maka pihak yang menerima manfaat dari kepemilikan bank wajib diungkapkan. Kewajiban mengungkapkan ini juga berlaku bagi perusahaan terbuka. Zulkarnain Sitompul, Loc.,cit

107

Muhammad Faiz Aziz, Loc.,cit. 108

Akan tetapi, apabila PSP memiliki lebih dari 2 (dua) bank dan diantaranya terdapat beberapa bank yang memilki prinsip kegiatan usaha yang sama, maka kepemilikan atas bank-bank dengan prinsip kegiatan usaha yang sama tersebut tidak memperoleh pengecualian. Sebagai contoh: PSP yang telah memiliki 1 bank konvensional dan 1 bank berdasarkan prinsip syariah yang kemudian mengakuisisi bank berdasarkan Prinsip Syariah, maka PSP tersebut wajib melakukan merger atau konsolidasi atas kedua bank berdasarkan prinsip syariah tersebut. Penjelasan atas PBI No.8/16/PBI/2006 Tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia.

b. PSP pada 2 (dua) bank yang salah satunya merupakan bank campuran (joint

venture bank).109

c. Perusahaan Induk di bidang Perbankan (Bank Holding Company) yang dibentuk sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai kepemilikan tunggal.

Prinsipnya kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia diberlakukan untuk kepemilikan saham bank oleh PSP yang diperolehnya setelah berlakunya ketentuan ini. Namun demikian, untuk mendukung tercapainya tujuan dari kebijakan tersebut, maka PSP bank yang telah mengendalikan lebih dari 1 (satu) bank umum pada saat berlakunya ketentuan ini wajib melakukan penyesuaian struktur kepemilikan sahamnya pada bank-bank yang dikendalikannya.110 Untuk melakukan kewajiban penyesuaian struktur kepemilikan saham bank, PSP diberikan beberapa alternatif, yaitu:111

109

Yang dimaksud bank campuran adalah bank yang didirikan dan dimiliki oleh bank yang berkedudukan di luar negeri dan bank di Indonesia yang telah memperoleh izin usaha sebelum berlakunya UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dan pada saat berlakunya single presence policy ini, komposisi pemegang saham masih tetap bank yang berkedudukan di luar negeri dan bank di Indonesia. Akan tetapi, pengecualian terhadap bank campuran ini tidak berlaku apabila PSP bank campuran memilki lebih dari 1 bank lain yang bukan bank campuran. Sebagai contoh: PSP yang telah memiliki 1 bank campuran dan 1 bank lain bukan bank campuran yang kemudian mengakuisisi bank lain, maka PSP tersebut wajib melakukan merger atau konsolidasi atas kedua bank yang bukan bank campuran tersebut. Ibid

110

Ibid. Akan tetapi setelah berlakunya single presence policy ini pihak-pihak tersebut diatas melakukan pembelian saham bank lain dan mengakibatkan yang bersangkutan memenuhi kriteria sebagai PSP Bank yang dibeli, maka yang bersangkutan wajib melakukan merger atau konsolidasi atas bank dimaksud dengan bank yang telah dimiliki sebelumnya. “BII, Niaga, dan Lippo Kena SPP”, Kompas, Kamis, 27 Maret 2008.

111

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No.8/16/PBI/2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Perbankan Indonesia.

1. mengalihkan sebagian atau seluruh kepemilikan sahamnya pada salah bank atau lebih bank yang dikendalikannya kepada pihak lain sehingga yang bersangkutan hanya menjadi PSP pada 1 (satu) bank; atau

2. melakukan merger atau konsolidasi atas bank-bank yang dikendalikannya; atau 3. membentuk perusahaan induk di bidang perbankan, dengan cara:

a) mendirikan badan hukum baru sebagai Bank Holding Company:

b) menunjuk salah satu bank yang dikendalikannya sebagai Bank Holding

Company.

Pihak-pihak yang telah menjadi PSP pada lebih dari 1 (satu) bank diberi waktu untuk menyesuaikan struktur kepemilikannya sampai dengan akhir Desember 2010. Akan tetapi, berdasarkan permintaan PSP dan bank-bank yang dikendalikannya, Bank Indonesia dapat memberikan perpanjangan jangka waktu penyesuaian struktur kepemilikan apabila menurut penilaian Bank Indonesia, kompleksitas permasalahan yang tinggi yang dihadapi PSP dan atau bank-bank yang dikendalikannya menyebabkan penyesuaian struktur kepemilikan tidak diselesaikan dalam jangka waktu yang diberikan.112

Pelaksanaan penyesuaian struktur oleh PSP yang sama wajib menyusun rencana penyesuaian struktur kepemilikan dan menyampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat akhir Desember 2007. Dalam hal ini, PSP wajib menetapkan rencana penyesuaian struktur kepemilikan bank yang akan dipilih dari 3 (tiga)

112

alternatif sebagaimana diatur dalam PBI tentang Kebijakan Kepemilikan Tunggal.113 Dalam PBI ini juga diatur mengenai sanksi, apabila sampai batas waktu akhir Desember 2010, PSP yang terkena kebijakan kepemilikan tunggal tidak melakukan penyesuaian struktur kepemilikan, maka PSP tersebut dilarang melakukan pengendalian dan dilarang memilki saham dengan hak suara pada masing-masing bank lebih dari 10% dari jumlah saham bank. Bank-bank dengan PSP yang dilarang memiliki saham tersebut wajib mencatat kepemilikan saham dengan hak suara bagi yang bersangkutan paling tinggi sebesar 10% dari jumlah saham bank dan memberikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham paling besar 10% dari jumlah saham bank. Jumlah kelebihan saham di atas 10% milik PSP tersebut menjadi saham tanpa suara dan wajib dialihkan kepada pihak lain paling lambat 1 tahun setelah berakhirnya jangka waktu peyesuaian struktur kepemilikan.114

Bank yang tidak melaksanakan ketentuan di atas akan dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan bagi PSP yang melanggar juga dikenakan sanksi administratif berupa larangan menjadi PSP pada seluruh bank Indonesia untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.115

113

Rencana penyesuaian struktur kepemilikan tersebut sekurang-kurangnya memuat cara penyesuian struktur kepemilikan yang dipilih, rencana tindak, dan jadwal waktu pelaksanaan tersebut yang disusun dan disampaikan oleh masing-masing bank atau bersama-sama oleh beberapa bank dengan PSP yang sama dan wajib ditandatangani oleh PSP bersangkutan serta diketahui oleh Direksi dan Dewan Komisaris masing –masing bank kepada Bank Indonesia c.q. Direktorat Pengawasan Bank terkait. Surat Edaran Bank Inonesia No.9/32/DPNP Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia.

114

Awawil Rizky dan Nasyith Majidi, Op.,Cit.,hlm.118. 115