• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN DPR

Dalam dokumen Buku Advokasi Dengan Hati Nurani (Halaman 80-85)

M

enjelang rapat paripurna DPR yang akan mengadopsi rekomendasi Pansus Bank Century, saling gertak dan sekaligus saling melobi terjadi di kalangan elit politik negeri ini. Inilah sistem demokrasi Indonesia yang dikembangkan dalam era reformasi, mirip dan senada dengan sistem demokrasi Amerika Serikat yang penuh dengan sensasi, intrik, gosip, lobi, kompromi, berbicara bebas dan terbuka, yang merupakan cara dan tata krama serta sopan santun sebagai bagian budaya Asia. Hal ini menunjukkan konsekuensi pilihan demokrasi yang meniru apa yang dilaksanakan di Amerika Serikat. Keterlibatan pengusaha besar dan kapital besar dalam Pemilu kita sudah menjadi ciri khas sistem demokrasi pasca era reformasi yang dicanangkan pada tahun 1998. Tidak pelak lagi, Pemilu 2009 membawa konsekuensi logis keterlibatan pengusaha papan atas di partai politik dan pengusaha-politikus atau politikus-pengusaha dalam partai-partai yang bersaing untuk berkuasa di negeri pluralis dan multikultural Republik Indonesia yang berpenduduk ± 240 juta manusia.

Pemilihan presiden langsung tahun 2004 dan 2009 disusul pemilihan kepala daerah menandakan sistem pemilu yang terbuka dan langsung yang dipuji masyarakat internasional khususnya negara-negara Barat. Terlepas apakah sistem demokrasi yang dianut sekarang sesuai atau tidak dengan budaya Indonesia, tetapi UUD 1945 mengamanatkan pentingnya sistem checks and

balances diantara lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Apapun alasan yang menyertai beda pendapat antara fraksi-fraksi di Pansus Bank Century dan rapat paripurna DPR, perlu diingat amanat konstitusi yang memberi DPR hak mengawasi pemerintah. Pembentukan Pansus Bank Century telah disetujui 9 fraksi di DPR yang bermaksud menyelidiki apakah kebijakan “bail-out” Bank Century itu tepat, karena dikuatirkan berdampak sistemik terhadap ekonomi Indonesia, khususnya sistem

per-Frans Hendra Winarta

64

bankan dan keuangan. Juga dicurigai adanya aliran dana melalui Bank Century disalurkan ke partai-partai politik.

Setelah kurang lebih 4 bulan bekerja, Pansus Bank Century berakhir dengan skor 7 fraksi menyatakan pemerintah bertanggung jawab atas “bail-out” Bank Century dan menyatakan ada penyimpangan dalam kebijakan “bail-out” Bank Century dan 2 fraksi menyatakan kebijakan “bail-out” Bank Century sudah benar untuk mencegah dampak negatif dan sistemik dari Skandal Bank Century. Empat fraksi menjelaskan nama Boediono dan Sri Mulyani Indrawati sebagai yang bertanggung jawab, 2 fraksi menyebutkan yang bertanggung jawab dengan inisial dan 3 fraksi tidak menyebutkan nama sama sekali. Kalau dibandingkan dengan impeachment yang terjadi terhadap Presiden Richard Ni-xon di tahun 1970, nama Richard NiNi-xon disebutkan dan begitu pula orang-orang atau staff Presiden yang terlibat di dalam skandal Watergate. Jika sistem demokrasi Indonesia menganut sistem yang transparan dan terbuka, maka penyebutan nama tidak bisa dihindarkan. Hanya saja Richard Nixon mundur dari jabatannya sebagai konsekuensi rasa tanggung jawab dan disusul proses hukum, yang kemudian diberi amnesti oleh Presiden Gerald Ford, dan rakyat Amerika Serikat memaafkannya.

Pemakjulan atau “impeachment” sendiri dianut dalam sistem hukum tata negara Republik Indonesia. Tetapi pro dan kontra pemakjulan sudah terjadi menjelang 2-3 Maret 2010. Sebelumnya Partai Demokrat sudah mengancam “reshuffle” kabinet yang khususnya ditujukan kepada partai-partai koalisi. Partai Golkar dan PKS tidak kurang galak dengan mengancam akan menarik kader-kadernya dari pemerintahan koalisi. Rupanya “gertak sambal” ini sekarang menjadi merek sambal yang paling terkenal. Gertak menggertak diantara elit politik ini tidak akan menolong rakyat c.q. nasabah Bank Century yang menjadi korban dan rakyat akan bertanya apa solusinya dari ribut-ribut ini. Tetapi esensi dari semua itu perlu diingat bahwa DPR sesuai dengan Pasal 69 ayat (1) dan Pasal 71 huruf h Undang-Undang No 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan

ADVOKASI dengan Hati Nurani 65

Rakyat Daerah mempunyai tugas mengawasi pemerintah, yaitu sebagai berikut: “Pasal 69 (1) DPR mempunyai fungsi: a. legislasi; b. anggaran; dan c. pengawasan. ” Pasal 71

DPR mempunyai tugas dan wewenang:

“h. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan APBN;”

Begitu pula UUD 1945 khususnya Pasal 20A mengamanatkan tugas pengawasan DPR terhadap kinerja pemerintah sebagai berikut:

“Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan”.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah temuan dan rekomendasi Pansus Bank Century akan ditindaklanjuti oleh KPK, Kejaksaan Agung dan Polri. Melihat bagaimana lambannya pengungkapan dan penegakan hukum terhadap skandal Bank Century, maka dikuatirkan skandal Bank Century akan berhenti pada rekomendasi Pansus Bank Century. Tanpa rekomendasi Pansus Bank Century seharusnya jalan terus, karena tidak mung-kin Robert Tantular melakukannya sendiri. Hukuman 4 tahun juga tidak mencerminkan kesungguhan menegakkan hukum untuk kejahatan yang berskala triliunan rupiah serta menyangkut uang negara dan nasib ribuan nasabah Bank Century.

Ketidaksungguhan penegakan hukum dalam kasus Bank Century dapat dilihat dengan dihentikannya penyidikan atas laporan tindak pidana penipuan, penggelapan dan money

laundering yang dilaporkan oleh investor asing yaitu Medley

Opportunity Fund Ltd., di New York dan Hillside Apex Fund Ltd., di London terhadap rekan-rekan dari Robert Tantular, tetapi oleh Kepolisian dianggap sebagai perkara perdata. Padahal uang yang diinvestasikan oleh kedua investor asing tersebut sangat

Frans Hendra Winarta

66

besar yang diduga keras disalahgunakan untuk kepentingan pribadi dari rekan-rekan Robert Tantular dan juga ditransfer ke luar negeri. Unsur-unsur tindak pidana ketiga kejahatan itu telah terpenuhi, toh Polri menganggap sebagai perkara perdata. Rekan-rekan dari Robert Tantular sekarang masih bebas berkeliaran.

Jelas skandal Bank Century bermuatan tindak pidana korupsi, penipuan, penggelapan, kejahatan perbankan dan pencucian uang (money laundering). Temuan Pansus Bank Century di cabang Bank Mutiara (ex Bank Century) Makassar dan Denpasar mengisyaratkan bahwa Skandal Bank Century adalah kejahatan terorganissir yang diduga melibatkan direksi, pemegang saham, manajemen dan pejabat perbankan. Skala kejahatan Bank Century juga berskala internasional yang melibatkan 2 orang asing pemegang saham Bank Century (Hesham Al Waraq dan Rafat Ali Rizvi), serta dua korban investor asing Medley Opportunity Fund Ltd., di New York dan Hillside Apex Fund Ltd., di London. Intervensi politik dalam penegakan hukum juga menjadi perhatian yang dapat menggagalkan penegakan hukum.

Reputasi pemerintahan SBY menjadi taruhan dalam penyelesaian skandal Bank Century dan reputasi DPR pun dalam taruhan di bidang pengawasan terhadap pemerintah. DPR dituntut jujur, konsisten, terbuka dan membela kepentingan rakyat. Bagaimana nasib uang ribuan nasabah Bank Century, investor dalam dan luar negeri serta penyelesaian hukum menjadi titik tolak penanggulangan skandal Bank Century. Melihat kepada pepatah lama tepat kiranya diterapkan kepada skandal Bank Century: “Rakyat minta bukti dan bukan janji”.

Begitulah harapan rakyat dan tidak perduli akan perbedaan pendapat pemerintah dan DPR selama kedua lembaga negara terhormat ini menjalankan fungsinya sesuai UUD 1945.

Dalam dokumen Buku Advokasi Dengan Hati Nurani (Halaman 80-85)