• Tidak ada hasil yang ditemukan

(10) SKANDAL BANK CENTURY

Dalam dokumen Buku Advokasi Dengan Hati Nurani (Halaman 74-80)

ADALAH KEJAHATAN INTERNASIONAL

S

ebentar lagi Pansus Bank Century akan rampung pekerjaan-nya dan masyarakat mengharapkan hasil pekerjaan Pansus Bank Century dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Isu sistemik dan siapa yang paling bertanggung jawab atas skandal perbankan tersebut sampai sekarang belum dapat disimpulkan. Pansus Bank Century dan masyarakat terus berspekulasi tentang kesimpulan Pansus Bank Century pada akhir bulan Februari 2010.

Pada umumnya masyarakat hanya tahu bahwa yang menjadi korban adalah nasabah dengan dana dijamin hingga Rp. 2 milyar yang sebenarnya menjadi tujuan bail out Bank Century oleh LPS, tetapi yang kemudian diduga digunakan untuk membayar nasabah besar Bank Century. Nama nasabah besar Budi Sampoerna muncul dipermukaan sebagai penerima uang simpanan dari bail out Bank Century, yang kemudian dibantah oleh Budi Sampoerna dalam berbagai kesempatan. Begitu pula Direktur Bank Century Robert Tantular membantah tuduhan “merampok” yang terutama diucapkan oleh mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Namun demikian, terdapat suatu fakta tentang skandal Bak Century yang tidak diketahui masyarakat yaitu sebenarnya selain warga negara Indonesia, terdapat juga warga negara asing yang menjadi korban skandal perbankan yang menghebohkan ini.

Terdapat dua perusahaan investasi dari New York dan London yang menjadi korban Bank Century karena me-minjamkan uang sebesar ± 40 juta dollar AS, masing-masing oleh Medley Opportunity Fund Ltd yang berkedudukan di New York, sebesar ± 20 juta dollar AS dan Hillside Apex Fund Ltd yang berkedudukan London sebesar ± 20 juta dollar AS kepada

Frans Hendra Winarta

58

sebuah perusahaan lokal di Jakarta yang mengaku terdaftar di Bursa Efek Indonesia, ternyata tidak. Maksud pinjaman tersebut adalah untuk mendanai penjualan kendaraan roda empat Honda oleh distributor yang sukses dalam bidang penjualan cicilan atau pembiayaan kendaraan bermotor roda dua.

Dua perusahaan asing tersebut diperkenalkan oleh peru-sahaan lokal di Jakarta kepada dealer kendaraan sepeda motor Honda di Indonesia dengan seperangkat fasilitasnya dan selanjutnya menjelaskan tentang sukses pemasaran sepeda motor dan potensi pasar mobil Honda di Indonesia. Namun perkenalan dengan dealer sepeda motor Honda dan kisah sukses dari dealer sepeda motor Honda ini adalah tipu muslihat serta kebohongan untuk mengecoh Medley and Hillside agar mendanai perusahaan lokal tersebut. Selain itu pangsa pasar sepeda motor dan mobil Honda juga berbeda, jadi kesuksesan di pangsa pasar sepeda motor belum tentu hasilnya juga akan sama di pangsa pasar mobil. Itu merupakan tipu muslihat dan kebohongan yang sudah direncanakan dan niat menipu kedua investor asing untuk menyerahkan uang tersebut.

Setelah melihat prospek pemasaran sepeda motor dan mobil Honda dan diperkenalkan kepada dealer yang dimaksud, akhirnya kedua perusahaan investor asing itu percaya kepada cerita sukses tersebut mengingat prestasi besar dealer tersebut dalam menjual sepeda motor Honda. Semua ini dilakukan untuk tujuan memiliki dana pinjaman Medley and Hillside secara tidak sah karena didasarkan kebohongan, tipu muslihat dan menggunakan wibawa, nama baik dan sukses dealer Honda. Akhirnya dana tersebut tidak pernah disalurkan oleh dealer Honda tersebut.

Dana tersebut akhirnya disalurkan kepada perusahaan (debitur) melalui rekening di Bank Century. Namun ternyata dana tersebut tidak pernah digunakan untuk mendanai penjualan kendaraan roda empat Honda oleh distributor, tetapi digunakan untuk membeli saham-saham di perusahaan lain dan ditransfer ke bank-bank lain untuk kepentingan pribadi,

ADVOKASI dengan Hati Nurani 59

termasuk sebesar ± 25 juta dolar AS ke Bank Century. Kontan saja perbuatan ini dituduh sebagai penggelapan sebagaimana diatur dalam Pasal 372 KUHPidana karena terdapat unsur-unsur dengan sengaja dan melawan hukum; memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain; yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan. Selain itu juga terdapat unsur-unsur tindak pidana penipuan sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHPidana, yaitu menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum; dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan; menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya.

Lebih lanjut dalam kasus ini juga diduga sejumlah dana tersebut di atas di transfer keluar negeri untuk dibelanjakan barang atau saham, maka perbuatan tersebut dapat dika-tegorikan sebagai kejahatan pencucian uang (money laundering) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003. Lengkap sudah skandal Bank Century ini menjadi kejahatan internasional.

Kedua perusahaan investasi asing tersebut sudah mela-porkan kejadian ini kepada Bappepam, PPATK, Menteri Keuangan, UKP3R dan akhirnya kepada Polri. Namun sampai sekarang belum ada tindakan konkrit yang berupa pencekalan terhadap para Terlapor yang diduga mempunyai hubungan bisnis yang sangat dekat dengan Robert Tantular dan pembekuan terhadap rekening yang dicurigai. Para korban tadi sangat mengharapkan agar dilakukan pembekuan semua rekening bank yang dicurigai dan pencekalan agar para Terlapor tidak dapat pergi keluar negeri dan buron.

Tidak kurang Pemerintah AS melalui Duta Besarnya di Jakarta sudah meminta bantuan Polri untuk menelusuri dana investasi yang raib itu dan dimana sekarang berada, tetapi sudah 4 bulan sejak dilaporkan pada September 2009, perkembangan kasus tersebut dirasakan lamban dan belum dapat ditarik

Frans Hendra Winarta

60

kesimpulan kemana aliran dana yang digelapkan oleh para Terlapor tersebut di transfer atau apakah masih ada di bank-bank yang dicurigai menyimpannya.

Peristiwa ini tentu saja kurang baik bagi iklim investasi di tanah air karena pemerintah sedang giat untuk mempromosikan Indonesia sebagai tempat yang aman untuk investasi yang didukung kepastian hukum. Jika dana yang digelapkan tersebut tidak dapat ditemukan kemana raibnya, maka tidak tertutup kemungkinan Pemerintah AS akan menggunakan Stollen Asset

Recovery (Star) Initiative sebagai negara anggota (state party)

dari UNCAC (United Nations Convention Against Corruption) bersama-sama dengan Indonesia dan ini akan menjadi pukulan bagi pemerintah Indonesia, khususnya Polri karena dianggap tidak mampu menuntaskan kejahatan bank dan penipuan serta pencucian uang oleh para Terlapor yang diduga bekerjasama dengan pengurus Bank Century. Menurut Star Initiative kejahatan ko-rupsi tidak dibedakan antara kerugian uang negara dan uang swasta, sebagaimana diatur dalam pasal 12 dari UNCAC:

”Each State Party shall take measures, in accordance with the fundamental principles of its domestic law, to prevent

corruption involving the private sector, enhance

accounting and auditing standards in the private sector and, where appropriate, provide effective, proportionate and dissuasive civil, administrative or criminal penalties for failure to comply with such measures.”

Kasus penipuan, penggelapan dan pencucian uang terhadap oleh perusahaan investasi ini merupakan preseden buruk pada penuntasan skandal Bank Century dan pene-gakan hukum di Indonesia pada umumnya, serta akan menghambat upaya pemerintahan SBY dalam menarik minat investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.

Padahal, baru-baru ini Presiden SBY dalam kata sam-butannya saat membuka rapat kerja pimpinan Kementerian Luar Negeri dan kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri di Istana Negara, Kamis (4 Februari 2010), menyampaikan pesan

ADVOKASI dengan Hati Nurani 61

kepada diplomat Indonesia agar proaktif mengundang investor asing untuk mengembangkan industri dalam negeri. Menurut Presiden SBY, dana investasi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan modal Rp. 2.000 triliun per tahun dalam mengejar pertumbuhan ekonomi 7 persen pada tahun 2014.

Presiden SBY mengatakan diplomat harus ikut berperan untuk mencapai target pembangunan nasional 2009-2014. Kerja sama dengan negara asing harus dibina dengan baik, tidak hanya hubungan antarnegara, namun harus juga bisa mencari peluang investasi maupun mendapatkan perlakuan khusus dari negara lain.

Oleh karena itu, penting kiranya penuntasan dan pengungkapan kejahatan penipuan dan pencucian uang di skandal Bank Century agar upaya pemerintahan SBY untuk mengundang lebih banyak investor tidak terhambat kasus skandal Bank Century yang melibatkan dana 2 perusahaan investasi asing. Promosi investasi asing baru bisa berhasil jika ada penegakan hukum dan kepastian hukum.

Tidak ada jalan lain para penegak hukum harus me-nuntaskan kasus ini sampai diketahui nasib uang sejumlah ± 40 juta dollar AS tersebut. Kalau nanti harapan para korban untuk mengetahui keberadaan uang tersebut dapat terlaksana, maka hasil kerja Polri akan menjadi panutan bagi para investor asing dan dalam negeri untuk menanam modal dan berusaha di Indonesia dengan nyaman dan tenteram, serta tentunya target pertumbuhan ekonomi 7 persen pada tahun 2014 dapat terealisasi.

Pendek kata, prestasi Polri menanggulangi dan menangkap pelaku teroris yang sempat menuaikan kepercayaan publik perlu juga diterapkan dalam menanggulangi kejahatan perbankan dan pencucian uang. Semoga.

(11)

Dalam dokumen Buku Advokasi Dengan Hati Nurani (Halaman 74-80)