• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pengawasan Bank Umum Konvensional

C. Kebijakan, Kajian dan Pengembangan Pengawasan Perbankan Nasional

1.2 Pengembangan Pengawasan Bank Umum Konvensional

Pada triwulan II-2016, terdapat lima pedoman pengawasan yang masih dalam proses penyusunan yaitu:

a. RSE DK tentang Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Untuk Pemeriksaan Rentabilitas. Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan Pemeriksaan Berdasarkan Risiko (Risk Based Examination) dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan untuk mendeteksi risiko rentabilitas yang signifikan secara dini, sehingga Pengawas dapat mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu;

b. RSE DK tentang Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Untuk Pemeriksaan Permodalan. Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan Pemeriksaan Berdasarkan Risiko (Risk Based Examination) dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan untuk mendeteksi risiko permodalan yang signifikan secara dini, sehingga Pengawas dapat

mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu;

c. RSE DK tentang Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Untuk Pemeriksaan Good Corporate Governance (GCG). Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan Pemeriksaan Berdasarkan Risiko (Risk Based Examination) dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan untuk mendeteksi hal-hal yang mengganggu efektifitas pelaksanaan GCG secara dini, sehingga Pengawas dapat mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu;

d. RSE DK tentang Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Untuk Pemeriksaan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT). Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan Pemeriksaan Berdasarkan Risiko (Risk Based Examination) dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan untuk mendeteksi risiko APU PPT secara dini, sehingga Pengawas dapat mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu; dan

e. Pedoman Perhitungan Pemenuhan Liquidity Coverage Ratio (LCR). Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan rasio LCR yang diberlakukan sejak akhir tahun 2015 dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan dalam mengidentifikasi

komponen-komponen alat likuiditas yang diperhitungkan dalam rasio LCR. Selanjutnya, sejalan dengan pengalihan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan dari Bank Indonesia ke OJK sebagaimana yang diatur dalam Pasal 55 ayat (2) UU OJK, maka dipandang perlu untuk melakukan konversi pedoman internal yang saat ini masih berbentuk Peraturan Dewan Gubernur (PDG) dan Surat Edaran Intern Bank Indonesia menjadi Peraturan Dewan Komisioner (PDK) dan Surat Edaran Dewan Komisioner (SE DK) OJK. Dengan dilakukannya konversi, dasar hukum internal bagi pelaksanaan kegiatan pengawasan perbankan di OJK menjadi lebih memadai.

Pokok-pokok perubahan umum yang akan dilakukan dalam konversi pedoman internal, antara lain sebagai berikut:

a. Perubahan aturan acuan Surat Edaran;

b. Perubahan frasa “Bank Indonesia” menjadi “Otoritas Jasa Keuangan”, dengan tetap memperhatikan konteks substansi yang diatur; c. Penyesuaian dan/atau penambahan

atas suatu definisi/istilah/aturan dalam rangka harmonisasi dengan ketentuan terkini atau standar akuntansi keuangan (apabila diperlukan); dan

d. Penyesuaian dan/atau penambahan klausula pada bagian penutup untuk

4) Pengungkapan mengenai larangan/batasan dan/atau hambatan signifikan lainnya untuk melakukan transfer dana atau dalam rangka pemenuhan modal yang dipersyaratkan oleh Otoritas (regulatory capital) antara Bank dengan entitas lain dalam satu kelompok usaha;

5) Pengungkapan eksposur risiko dan hal-hal terkait lainnya secara triwulanan dalam hal terdapat perubahan informasi yang cenderung bersifat cepat atau mendadak (prone to rapid change).

d. RSEOJK tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank

RSEOJK ini akan mencabut SEOJK No.11/SEOJK.03/2015 agar memudahkan pembaca dalam mengacu pedoman pengisian Laporan Publikasi.

Penyesuaian yang dilakukan dalam RSEOJK tersebut antara lain mengenai:

1) Format laporan perhitungan KPMM;

2) Penambahan format

pengungkapan LCR;

3) Penambahan pengungkapan kualitatif Risiko Kredit pihak lawan (Counterparty Credit Risk/CCR) pada risiko kredit;

4) Penambahan Pengungkapan Interest Rate Risk in Banking Book (IRRBB) pada risiko pasar;

5) Penambahan pengungkapan daftar nama perusahaan anak pada pengungkapan permodalan sesuai kerangka Basel III;

6) Penghapusan pengaturan pengungkapan perhitungan Risiko Pasar dengan menggunakan model internal.

1.2 Pengembangan Pengawasan Bank Umum Konvensional

Pada triwulan II-2016, terdapat lima pedoman pengawasan yang masih dalam proses penyusunan yaitu:

a. RSE DK tentang Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Untuk Pemeriksaan Rentabilitas. Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan Pemeriksaan Berdasarkan Risiko (Risk Based Examination) dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan untuk mendeteksi risiko rentabilitas yang signifikan secara dini, sehingga Pengawas dapat mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu;

b. RSE DK tentang Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Untuk Pemeriksaan Permodalan. Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan Pemeriksaan Berdasarkan Risiko (Risk Based Examination) dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan untuk mendeteksi risiko permodalan yang signifikan secara dini, sehingga Pengawas dapat

mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu;

c. RSE DK tentang Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Untuk Pemeriksaan Good Corporate Governance (GCG). Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan Pemeriksaan Berdasarkan Risiko (Risk Based Examination) dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan untuk mendeteksi hal-hal yang mengganggu efektifitas pelaksanaan GCG secara dini, sehingga Pengawas dapat mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu;

d. RSE DK tentang Pedoman Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Untuk Pemeriksaan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT). Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan Pemeriksaan Berdasarkan Risiko (Risk Based Examination) dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan untuk mendeteksi risiko APU PPT secara dini, sehingga Pengawas dapat mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu; dan

e. Pedoman Perhitungan Pemenuhan Liquidity Coverage Ratio (LCR). Penyusunan pedoman ini berkaitan dengan rasio LCR yang diberlakukan sejak akhir tahun 2015 dan diperlukan untuk membantu tugas pengawasan dalam mengidentifikasi

komponen-komponen alat likuiditas yang diperhitungkan dalam rasio LCR. Selanjutnya, sejalan dengan pengalihan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan dari Bank Indonesia ke OJK sebagaimana yang diatur dalam Pasal 55 ayat (2) UU OJK, maka dipandang perlu untuk melakukan konversi pedoman internal yang saat ini masih berbentuk Peraturan Dewan Gubernur (PDG) dan Surat Edaran Intern Bank Indonesia menjadi Peraturan Dewan Komisioner (PDK) dan Surat Edaran Dewan Komisioner (SE DK) OJK. Dengan dilakukannya konversi, dasar hukum internal bagi pelaksanaan kegiatan pengawasan perbankan di OJK menjadi lebih memadai.

Pokok-pokok perubahan umum yang akan dilakukan dalam konversi pedoman internal, antara lain sebagai berikut:

a. Perubahan aturan acuan Surat Edaran;

b. Perubahan frasa “Bank Indonesia” menjadi “Otoritas Jasa Keuangan”, dengan tetap memperhatikan konteks substansi yang diatur; c. Penyesuaian dan/atau penambahan

atas suatu definisi/istilah/aturan dalam rangka harmonisasi dengan ketentuan terkini atau standar akuntansi keuangan (apabila diperlukan); dan

d. Penyesuaian dan/atau penambahan klausula pada bagian penutup untuk

mencabut PDG dan SE BI Internal yang dikonversi.

Pelaksanaan konversi ketentuan internal BI menjadi ketentuan internal OJK akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2016, konversi akan diprioritaskan terhadap PDG terkait Pengawasan Bank Berdasarkan Risiko dan beberapa pedoman internal mengenai penyusunan Audit Working Plan (AWP), Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Know Your Bank, dan Supervisory Plan.

Dalam rangka memperkaya dan menyempurnakan substansi pengaturan yang akan disusun, maka pada setiap penyusunan POJK dan SEOJK baik yang telah diterbitkan maupun sedang dalam proses penyusunan dilakukan rapat dengar pendapat dengan industri dan asosiasi perbankan untuk mendapatkan masukan dan tanggapan yang memperkuat substansi pengaturan. Mengingat proses penyusunan ketentuan yang akan diterbitkan pada tahun 2016 masih dalam proses awal, sehingga pada triwulan II-2016 tidak terdapat rapat dengar pendapat.

Terkait dengan pengembangan capacity building Pengawas, pada triwulan II-2016 telah dilakukan tiga kali sosialisasi kepada pengawas mengenai lima pedoman pemeriksaan berdasarkan risiko (pedoman pemeriksaan risiko pasar, pedoman pemeriksaan risiko stratejik, pedoman pemeriksaan risiko kepatuhan, pedoman pemeriksaan risiko

reputasi dan pedoman pemeriksaan risiko hukum).

2. Bank Syariah

2.1 Kebijakan dan Pengaturan

Pada triwulan II-2016, terdapat satu RPOJK dan dua RSEOJK yang sedang dalam proses penyusunan, yaitu:

a. Dalam rangka konversi terhadap:

1) PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (MR Syariah) 2) PBI Nomor 11/15/PBI/2009 tentang

Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah

3) SEBI Nomor 11/24/DPbS perihal Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah

4) SEBI Nomor 11/25/DPbS perihal Perubahan Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

b. RPOJK tentang Rencana Bisnis Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (RBB BPRS)

Latar belakang

Untuk mengarahkan kegiatan operasional BPRS agar sesuai dengan visi misi BPRS melalui penetapan sasaran strategis dan nilai-nilai yang dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Bisnis. Penyusunan ketentuan ini

merupakan penyempurnaan dari SKDIR Nomor 31/60/KEPDIR tanggal 9 Juli 1998 tentang Rencana Kerja dan Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja Bank Perkreditan Rakyat. Dengan diterbitkannya ketentuan ini diharapkan BPRS dapat memiliki perencanaan kegiatan usaha yang lebih matang, realistis, dan komprehensif. Selain itu juga sebagai salah satu langkah dalam menerapkan prinsip tata kelola yang baik dan pada akhirnya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Pokok-pokok Pengaturan

a) BPR dan BPRS wajib menyusun Rencana Bisnis secara realistis setiap tahun yang disusun oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan Komisaris. Rencana Bisnis tersebut mencakup rencana dalam jangka pendek, jangka menengah, dan/atau rencana strategis pengembangan jangka panjang.

b) Rencana Bisnis paling sedikit meliputi: ringkasan eksekutif; strategi bisnis dan kebijakan; proyeksi laporan keuangan; target rasio-rasio dan pos-pos tertentu lainnya; rencana penghimpunan dana; rencana penyaluran dana; rencana

permodalan; rencana

pengembangan organisasi, teknologi informasi dan sumber daya manusia (SDM); rencana pelaksanaan kegiatan usaha baru atau rencana penerbitan produk dan pelaksanaan aktivitas baru; rencana pengembangan

dan/atau perubahan jaringan kantor; dan informasi lainnya.

c) BPR dan BPRS wajib menyampaikan Rencana Bisnis paling lambat pada akhir bulan November sebelum tahun Rencana Bisnis dimulai.

c. RSEOJK tentang Rencana Bisnis Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (RBB BPRS)

Latar belakang

RSEOJK ini merupakan peraturan pelaksanaan dari RPOJK tentang Rencana Bisnis Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (RBB BPRS).

Pokok-pokok pengaturan

Dalam RSEOJK ini cakupan ketentuan yang diusulkan:

a) Rencana Bisnis BPRS

b) Laporan Realisasi Rencana Bisnis c) Laporan Pengawasan Rencana Bisnis d) Bentuk dan susunan Rencana Bisnis, Laporan Realisasi Rencana Bisnis, dan Laporan Pengawasan Rencana Bisnis

e) Tata cara penyampaian Rencana Bisnis, penyesuaian Rencana Bisnis, dan/atau Laporan Realisasi Rencana Bisnis

f) Perhitungan jangka waktu penyampaian laporan dan sanksi kewajiban membayar

d. RSEOJK tentang Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Modal Inti

mencabut PDG dan SE BI Internal yang dikonversi.

Pelaksanaan konversi ketentuan internal BI menjadi ketentuan internal OJK akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2016, konversi akan diprioritaskan terhadap PDG terkait Pengawasan Bank Berdasarkan Risiko dan beberapa pedoman internal mengenai penyusunan Audit Working Plan (AWP), Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Know Your Bank, dan Supervisory Plan.

Dalam rangka memperkaya dan menyempurnakan substansi pengaturan yang akan disusun, maka pada setiap penyusunan POJK dan SEOJK baik yang telah diterbitkan maupun sedang dalam proses penyusunan dilakukan rapat dengar pendapat dengan industri dan asosiasi perbankan untuk mendapatkan masukan dan tanggapan yang memperkuat substansi pengaturan. Mengingat proses penyusunan ketentuan yang akan diterbitkan pada tahun 2016 masih dalam proses awal, sehingga pada triwulan II-2016 tidak terdapat rapat dengar pendapat.

Terkait dengan pengembangan capacity building Pengawas, pada triwulan II-2016 telah dilakukan tiga kali sosialisasi kepada pengawas mengenai lima pedoman pemeriksaan berdasarkan risiko (pedoman pemeriksaan risiko pasar, pedoman pemeriksaan risiko stratejik, pedoman pemeriksaan risiko kepatuhan, pedoman pemeriksaan risiko

reputasi dan pedoman pemeriksaan risiko hukum).

2. Bank Syariah

2.1 Kebijakan dan Pengaturan

Pada triwulan II-2016, terdapat satu RPOJK dan dua RSEOJK yang sedang dalam proses penyusunan, yaitu:

a. Dalam rangka konversi terhadap:

1) PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (MR Syariah) 2) PBI Nomor 11/15/PBI/2009 tentang

Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah

3) SEBI Nomor 11/24/DPbS perihal Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah

4) SEBI Nomor 11/25/DPbS perihal Perubahan Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

b. RPOJK tentang Rencana Bisnis Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (RBB BPRS)

Latar belakang

Untuk mengarahkan kegiatan operasional BPRS agar sesuai dengan visi misi BPRS melalui penetapan sasaran strategis dan nilai-nilai yang dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Bisnis. Penyusunan ketentuan ini

merupakan penyempurnaan dari SKDIR Nomor 31/60/KEPDIR tanggal 9 Juli 1998 tentang Rencana Kerja dan Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja Bank Perkreditan Rakyat. Dengan diterbitkannya ketentuan ini diharapkan BPRS dapat memiliki perencanaan kegiatan usaha yang lebih matang, realistis, dan komprehensif. Selain itu juga sebagai salah satu langkah dalam menerapkan prinsip tata kelola yang baik dan pada akhirnya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Pokok-pokok Pengaturan

a) BPR dan BPRS wajib menyusun Rencana Bisnis secara realistis setiap tahun yang disusun oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan Komisaris. Rencana Bisnis tersebut mencakup rencana dalam jangka pendek, jangka menengah, dan/atau rencana strategis pengembangan jangka panjang.

b) Rencana Bisnis paling sedikit meliputi: ringkasan eksekutif; strategi bisnis dan kebijakan; proyeksi laporan keuangan; target rasio-rasio dan pos-pos tertentu lainnya; rencana penghimpunan dana; rencana penyaluran dana; rencana

permodalan; rencana

pengembangan organisasi, teknologi informasi dan sumber daya manusia (SDM); rencana pelaksanaan kegiatan usaha baru atau rencana penerbitan produk dan pelaksanaan aktivitas baru; rencana pengembangan

dan/atau perubahan jaringan kantor; dan informasi lainnya.

c) BPR dan BPRS wajib menyampaikan Rencana Bisnis paling lambat pada akhir bulan November sebelum tahun Rencana Bisnis dimulai.

c. RSEOJK tentang Rencana Bisnis Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (RBB BPRS)

Latar belakang

RSEOJK ini merupakan peraturan pelaksanaan dari RPOJK tentang Rencana Bisnis Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (RBB BPRS).

Pokok-pokok pengaturan

Dalam RSEOJK ini cakupan ketentuan yang diusulkan:

a) Rencana Bisnis BPRS

b) Laporan Realisasi Rencana Bisnis c) Laporan Pengawasan Rencana Bisnis d) Bentuk dan susunan Rencana Bisnis, Laporan Realisasi Rencana Bisnis, dan Laporan Pengawasan Rencana Bisnis

e) Tata cara penyampaian Rencana Bisnis, penyesuaian Rencana Bisnis, dan/atau Laporan Realisasi Rencana Bisnis

f) Perhitungan jangka waktu penyampaian laporan dan sanksi kewajiban membayar

d. RSEOJK tentang Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Modal Inti

Latar Belakang

Penyusunan ketentuan ini dilakukan dalam rangka penyempurnaan dari SEBI Nomor 15/8/DPbS tanggal 27 Maret 2013 perihal Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Modal Inti. Diharapkan dengan dilakukan penyempurnaan, bank dimudahkan dalam pembukaan jaringan kantor. Dengan demikian efisiensi dalam pengelolaan bank, serta penyaluran pembiayaan UMKM dapat ditingkatkan.

Pokok-pokok pengaturan

Adapun pokok-pokok pengaturan yang diusulkan dalam ketentuan ini adalah:

a) Penetuan zona dan koeifisien masing-masing zona;

b) Penetapan biaya investasi pembukaan jaringan kantor bank; c) Pertimbangan pencapaian tingkat

efisiensi dalam pembukaan jaringan kantor;

d) Perhitungan alokasi modal inti bank;

e) Perhitungan ketersediaan alokasi modal inti bank;

f) Penetapan jumlah pembukaan jaringan kantor bank; dan

g) Perimbangan penyebaran jaringan kantor bank pada zona tertentu. Dalam rangka memperkaya dan menyempurnakan substansi pengaturan yang akan disusun, maka pada setiap penyusunan POJK dan SEOJK baik yang telah diterbitkan maupun sedang dalam proses penyusunan dilakukan dengar

pendapat dengan industri dan asosiasi perbankan untuk mendapatkan masukan dan tanggapan yang memperkuat substansi pengaturan. Pada triwulan II-2016, telah dilakukan dua kali rapat dengar pendapat untuk kedua penyusunan RPOJK dan RSEOJK tersebut, masing-masing pada tanggal 27 April 2016 dan 19 Mei 2016.