• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyaluran Kredit UMKM

B. Profil Risiko Perbankan Nasional

1. Risiko Kredit

1.2. Penyaluran Kredit UMKM

Berdasarkan alokasi kredit kepada Korporasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), porsi kredit UMKM pada triwulan II-2016 masih dibawah threshold yang telah ditetapkan dalam PBI No.14/22/PBI/2012 tentang “Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah” yang mewajibkan bank mengucurkan kredit UMKM minimal 20% dari total kredit, yaitu sebesar 18,58%, menurun dibandingkan triwulan I-2016 sebesar 18,45%.

Porsi penyaluran UMKM terpusat pada sektor perdagangan besar dan eceran

sebesar 54,27%, diikuti oleh industri pengolahan sebesar 10,18%, dan pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 8,28%.

Dilihat dari NPL UMKM, secara nominal NPL UMKM tertinggi juga berada pada sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar Rp18 triliun (52,11%), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp17 triliun. Penyebab tingginya NPL tersebut antara lain kurang didukung dengan analisa yang memadai, lemahnya aspek legalitas, dan rendahnya kompetensi SDM yang menangani UMKM.

Tabel B.1.2.1

Konsentrasi Penyaluran UMKM

TW I '16 Share TW II '16 Share

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Baki Debet 61,959 8.40% 62,620 8.28%

NPL 8.33%2,730 8.47%2,970

Industri pengolahan

Baki Debet 10.33%76,232 10.18%76,981

NPL 9.06%2,968 9.47%3,318

Perdagangan besar dan eceran

Baki Debet 399,019 54.07% 410,484 54.27%

NPL 52.11%17,073 52.11%18,260

Tot. Baki Debet 738,000 756,332

Tot. NPL 32,765 35,044

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Mei 2016

Penyebaran penyaluran UMKM, 58,08% terpusat di pulau Jawa (DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah) dan Sumatera (Sumatera Utara), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (57,87%). Adapun

porsi dari masing-masing lima provinsi tersebut adalah DKI Jakarta (15,18%), Jawa Timur (13,36%), Jawa Barat (12,47%), Jawa Tengah (10,94%), dan Sumatera Utara (6,13%).

Penyebaran UMKM di Indonesia bagian timur dan tengah (Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Maluku, dan Papua) hanya sebesar 22,46%, berbeda cukup signifikan apabila dibandingkan dengan penyebaran UMKM di Indonesia bagian barat. Rendahnya penyaluran kredit UMKM di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah antara lain disebabkan kurang memadainya infrastruktur yang tersedia di wilayah tersebut.

Grafik B.1.2.1

Penyebaran UMKM berdasarkan Wilayah

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Mei 2016

Dilihat berdasarkan kelompok kepemilikan bank, 54,10% disalurkan oleh kelompok BUMN, diikuti oleh kelompok BUSN (37,15%), kelompok BPD (6,68%) serta kelompok KCBA dan bank Campuran sebesar 2,08%21. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baki debet penyaluran kredit UMKM pada kelompok BUMN dan BPD mengalami peningkatan masing-masing sebesar 46 bps dan 7 bps.

21 Penyaluran kredit UMKM pada kelompok KCBA dan bank campuran umumnya disalurkan kepada kredit ekspor non migas (SE BI No.17/19/DPUM).

Sementara itu baki debet penyaluran UMKM pada kelompok Bank Asing dan BUSN mengalami penurunan masing-masing sebesar 7 bps dan 45 bps (Tabel B.1.2.2).

1.2 Penyaluran Kredit UMKM

Berdasarkan alokasi kredit kepada Korporasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), porsi kredit UMKM pada triwulan II-2016 masih dibawah

threshold yang telah ditetapkan dalam

PBI No.14/22/PBI/2012 tentang “Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah” yang mewajibkan bank mengucurkan kredit UMKM minimal 20% dari total kredit, yaitu sebesar 18,58%, menurun dibandingkan triwulan I-2016 sebesar 18,45%.

Porsi penyaluran UMKM terpusat pada sektor perdagangan besar dan eceran

sebesar 54,27%, diikuti oleh industri pengolahan sebesar 10,18%, dan pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 8,28%.

Dilihat dari NPL UMKM, secara nominal NPL UMKM tertinggi juga berada pada sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar Rp18 triliun (52,11%), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp17 triliun. Penyebab tingginya NPL tersebut antara lain kurang didukung dengan analisa yang memadai, lemahnya aspek legalitas, dan rendahnya kompetensi SDM yang menangani UMKM.

Tabel B.1.2.1

Konsentrasi Penyaluran UMKM

TW I '16 Share TW II '16 Share Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Baki Debet 61,959 8.40% 62,620 8.28%

NPL 8.33%2,730 8.47%2,970

Industri pengolahan

Baki Debet 10.33%76,232 10.18%76,981

NPL 9.06%2,968 9.47%3,318

Perdagangan besar dan eceran

Baki Debet 399,019 54.07% 410,484 54.27%

NPL 52.11%17,073 52.11%18,260

Tot. Baki Debet 738,000 756,332

Tot. NPL 32,765 35,044

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Mei 2016

Penyebaran penyaluran UMKM, 58,08% terpusat di pulau Jawa (DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah) dan Sumatera (Sumatera Utara), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (57,87%). Adapun

porsi dari masing-masing lima provinsi tersebut adalah DKI Jakarta (15,18%), Jawa Timur (13,36%), Jawa Barat (12,47%), Jawa Tengah (10,94%), dan Sumatera Utara (6,13%).

Penyebaran UMKM di Indonesia bagian timur dan tengah (Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Maluku, dan Papua) hanya sebesar 22,46%, berbeda cukup signifikan apabila dibandingkan dengan penyebaran UMKM di Indonesia bagian barat. Rendahnya penyaluran kredit UMKM di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah antara lain disebabkan kurang memadainya infrastruktur yang tersedia di wilayah tersebut.

Grafik B.1.2.1

Penyebaran UMKM berdasarkan Wilayah

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Mei 2016

Dilihat berdasarkan kelompok

kepemilikan bank, 54,10% disalurkan oleh kelompok BUMN, diikuti oleh kelompok BUSN (37,15%), kelompok BPD (6,68%) serta kelompok KCBA dan bank Campuran sebesar 2,08%21.

Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, baki debet penyaluran kredit UMKM pada kelompok BUMN dan BPD mengalami peningkatan masing-masing sebesar 46 bps dan 7 bps.

21 Penyaluran kredit UMKM pada kelompok KCBA dan bank campuran umumnya disalurkan kepada kredit ekspor non migas (SE BI No.17/19/DPUM).

Sementara itu baki debet penyaluran UMKM pada kelompok Bank Asing dan BUSN mengalami penurunan masing-masing sebesar 7 bps dan 45 bps (Tabel B.1.2.2).

Tabel B.1.2.2

Porsi UMKM berdasarkan Kelompok Bank (Rp Miliar)

Kel. Bank Mar '16 TW I '16 Mei '16 TW II '16

BUMN 395,863 53.64% 409,149 54.10%

BPD 48,811 6.61% 50,532 6.68%

BUSN 277,460 37.60% 280,944 37.15%

KCBA dan Campuran 15,867 2.15% 15,708 2.08%

Total UMKM 738,000 100% 756,332 100%

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Mei 2016 Dalam rangka pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan yang bertujuan meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan UKMK. Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan UMKMK mencakup:

a. Peningkatan akses pada sumber pembiayaan;

b. Pengembangan kewirausahaan, c. Peningkatan pasar produk UMKMK;

dan

d. Reformasi regulasi UMKMK.

Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan antara lain dilakukan dengan memberikan penjaminan kredit bagi UMKMK melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR)22. Pada tanggal 5

22 KUR adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belum bankable atau usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada usaha mikro,

November 2007, Presiden meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Adapun Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin.

Skema KUR untuk tahun 2016, masih mengacu pada skema KUR tahun 2015 yang merupakan skema kredit berpenjaminan dengan subsidi bunga, termasuk didalamnya imbal jasa penjaminan (Tabel B.1.2.3).

maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana.

Tabel B.1.2.3 Skema KUR Tahun 2016

Jenis KUR Suku Bunga

(%) Target Penerima

Mikro 12 UMKM di sek

Ritel 12

TKI 12

TKI P urna, keluarga pekerja (termasuk

terkena PHK

Untuk tahun 2016, OJK menetapkan 36 Lembaga Jasa Keuangan (LJK) penyalur KUR. Dari 36 LJK tersebut, 31 LJK berupa bank yang 4 diantaranya telah ditetapkan tahun 2015, 18 bank ditetapkan OJK pada tahun 2016, dan sembilan bank yang merupakan eks-penyalur Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) berdasarkan usulan pemerintah. Dengan demikian, untuk tahun 2016 terdapat 31 bank umum yang menjadi penyalur KUR tahun 2016.

Target penyaluran KUR dari 31 bank tersebut sampai dengan akhir 2016 sebesar Rp107,41 triliun. Porsi target penyaluran KUR didominasi oleh tiga bank BUMN (89,45%) yaitu masing-masing oleh BRI (66,64%), Bank Mandiri (12,10%), dan BNI (10,71%).

Dari sisi alokasi, target KUR terbesar terdapat pada jenis KUR Mikro yang mencapai Rp68,12 triliun diikuti KUR Ritel dan KUR TKI masing-masing Rp36 triliun dan Rp3 triliun.

Tabel B.1.2.2

Porsi UMKM berdasarkan Kelompok Bank (Rp Miliar)

Kel. Bank Mar '16 TW I '16 Mei '16 TW II '16

BUMN 395,863 53.64% 409,149 54.10%

BPD 48,811 6.61% 50,532 6.68%

BUSN 277,460 37.60% 280,944 37.15%

KCBA dan Campuran 15,867 2.15% 15,708 2.08%

Total UMKM 738,000 100% 756,332 100%

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Mei 2016 Dalam rangka pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan yang bertujuan meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan UKMK. Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan UMKMK mencakup:

a. Peningkatan akses pada sumber pembiayaan;

b. Pengembangan kewirausahaan, c. Peningkatan pasar produk UMKMK;

dan

d. Reformasi regulasi UMKMK.

Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan antara lain dilakukan dengan memberikan penjaminan kredit bagi UMKMK melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR)22. Pada tanggal 5

22 KUR adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belum bankable atau usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada usaha mikro,

November 2007, Presiden meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Adapun Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin.

Skema KUR untuk tahun 2016, masih mengacu pada skema KUR tahun 2015 yang merupakan skema kredit berpenjaminan dengan subsidi bunga, termasuk didalamnya imbal jasa penjaminan (Tabel B.1.2.3).

maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana.

Tabel B.1.2.3 Skema KUR Tahun 2016

Jenis KUR Suku Bunga

(%) Target Penerima

Mikro 12 UMKM di sek

Ritel 12

TKI 12

TKI P urna, keluarga pekerja (termasuk

terkena PHK

Untuk tahun 2016, OJK menetapkan 36 Lembaga Jasa Keuangan (LJK) penyalur KUR. Dari 36 LJK tersebut, 31 LJK berupa bank yang 4 diantaranya telah ditetapkan tahun 2015, 18 bank ditetapkan OJK pada tahun 2016, dan sembilan bank yang merupakan eks-penyalur Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) berdasarkan usulan pemerintah. Dengan demikian, untuk tahun 2016 terdapat 31 bank umum yang menjadi penyalur KUR tahun 2016.

Target penyaluran KUR dari 31 bank tersebut sampai dengan akhir 2016 sebesar Rp107,41 triliun. Porsi target penyaluran KUR didominasi oleh tiga bank BUMN (89,45%) yaitu masing-masing oleh BRI (66,64%), Bank Mandiri (12,10%), dan BNI (10,71%).

Dari sisi alokasi, target KUR terbesar terdapat pada jenis KUR Mikro yang mencapai Rp68,12 triliun diikuti KUR Ritel dan KUR TKI masing-masing Rp36 triliun dan Rp3 triliun.

Tabel B.1.2.4 Bank Penyalur KUR 2016

Sumber:OJK

Hingga triwulan II-2016, realisasi penyaluran KUR mencapai Rp55,18 triliun (50,53% dari target KUR 2016). Realisasi penyaluran KUR terbesar dari 31 penyalur KUR, 73,95% dilakukan oleh BRI (Rp40,81 triliun dengan jumlah debitur 2.253.648), diikuti oleh Bank Mandiri yang mencapai 12,89% (Rp7,1 triliun), dan BNI mencapai 12,16% (Rp6,7 triliun) (Tabel B.1.2.5).

Menurut jenisnya, realisasi penyaluran KUR terbesar berada pada KUR Mikro (52,61% atau Rp36,8 triliun, disalurkan kepada 2.344.137 debitur), diikuti KUR Retail (50,86% atau Rp18,3 triliun, disalurkan kepada 130.418 debitur), dan KUR TKI (1,53% atau Rp0,5 triliun, disalurkan kepada 3.281 debitur).

Tabel B.1.2.5 Realisasi KUR Juni 2016

Sumber: OJK, diolah

1 BRI 12,000 59,080 500 71,580 20 BPD Sumatera Barat 75 25 - 100 2 Bank Mandiri 6,0006,500 13,000500 21BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 515 - 20 3 BNI 10,000 500 1,000 11,500 22 BPD Jawa Barat 700 300 - 1000 4 Bank Sinarmas 1,500 100 1,000 2,600 23 BPD Kalimantan Selatan 35 -15 50 5 BPD Kalimantan Barat 75 -75 150 24 BPD Riau Kepri 200 50 - 250 6 BPD NTB 50 -72 122 25 BPD NTB 832 - 40 7 Maybank Indonesia 240 20 40 300 26 BPD Jambi 12 8 - 20 8 BPD DIY 30 -50 80 27 BPD Lampung 5- - 5 9 BCA 1,500 -500 2,000 28 BPD Papua 35 15 - 50 10 OCBC-NISP 1,000 -- 1,000 29 BPD Bengkulu -25 - 25 11 BPD Sumatera Utara -200 - 200 30 BPD Sulawesi Tenggara - 25 - 25 12 Bank Permata -375 125 500 31 BRI Syariah - -500 500 13 Bank Artha Graha 200 250 50 500 TOTAL Bank 68,12436,074 3,215 107,413

14 BPD Jawa tengah 350 -150 500 15 BTPN 200 -200 400 16 BPD Bali 295 -10 305 17 Bank Bukopin -300 - 300 18BPD Sulawesi Selatan dan Barat 30 -70 100 19 BRI Agroniaga 100 -91 191

Target Penyaluran (Rp M) Target Total Penyaluran

(Rp M)

Ritel Mikro TKI Ritel Mikro TKI

No NAMA LJK Target Penyaluran (Rp M) Target Total Penyaluran (Rp M) No NAMA LJK 1 BRI 59.08012.000 500 71.580 47.171 6.618,69 55,16% 0,54% 2.205.104 34.172,62 57,84% 0,02% 18,581.373 3,72% 0,11% 2.253.648 40.809,88 57,01% 0,10% 2 Bank Mandiri 6.0006.500 13.000500 58.154 5.019,18 77,22% 0,00% 108.129 2.090,83 34,85% 0,00% 2,23144 0,45% 0,00% 166.427 7.112,24 54,71% 0,00% 3 BNI 10.000 500 1.000 24.81711.500 6.678,07 66,78% 0,01% 1.120 4,42% 0,00%22,10 10,86660 1,09% 0,20% 6.711,0426.597 58,36% 0,01% 4 Bank Sinarmas 1.500 100 1.000 2.600 - 0,00% 0,00%- 29.190 493,09% 0,03%493,09 17,471.104 1,75% 0,61% 30.294 19,64% 0,04%510,57 5 BPD* 125 -147 272 31,35276 25,08% 0,00% 9,42594 6,41% 0,00% -- 0,00% 0,00% 40,77870 14,99% 0,00% 6 30 LJK Lainnya 4.0975.949 10.261215 - 0,00% 0,00%- - 0,00% 0,00%- -- 0,00% 0,00% - 0,00% 0,00% -36.074 69.924 3.215 109.213 130.418 18.347,29 50,86% 0,20% 2.344.137 36.788,06 52,61% 0,02% 3.281,00 1,53% 0,29% 2.477.83649,14 55.184,49 50,53% 0,08%

*) BPD NTT dan BPD KalbarTotal

Ritel Mikro TKI DebiturJml

No Nama Bank Ritel

Realisasi NPL Realisasi

(Rp M)

Target Penyaluran (Rp M) Total Target Penyaluran (Rp M) Total NPL Realisasi (Rp M) NPL Mikro TKI NPL Realisasi (Rp M) Jml