• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.3 Pengertian Mutu

Dalam kamus bahasa, istilah mutu mempunyai persamaan pengertian yaitu baik buruk sesuatu kwalitas yang berarti adanya ketidaksamaan dengan yang lainnya.

Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif. Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan instrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal.

Mutu dalam konsep absolut yaitu suatu idealisme yang tidak dapat di kompromikan. Sedangkan dalam konsep relative, mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Pada dasarnya, mutu itu adalah persepsi pelanggan yang di lihatnya, sehingga pengertian mutu itu tidak sama bagi semua orang. Apa yang dinilai

bagus, baik dan indah bagi satu orang belum tentu sama bagi orang lain.

Sementara Sagala (2010) menjelaskan mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang di harapkan atau yang tersirat.

Mutu dari sudut pandang produsen adalah sebagai derajat pencapaian spesifikasi rancangan yang telah ditetapkan. Sedangkan dari sudut pemakainya sendiri adalah diukur dari kinerja produk, suatu kemampuan dari produk untuk memuaskan kebutuhannya Kurniady (2008)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mutu adalah baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya (Depdiknas, 2001:768). Secara umum kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat (Depdiknas, 2002:7).

Dalam pengertian mutu mengandung makna derajat (tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible atau intangible. Mutu yang tangible artinya dapat diamati dan dilihat dalam bentuk kualitas suatu benda atau dalam bentuk kegiatan dan perilaku.

Misalnya televisi yang bermutu karena mempunyai daya tahan (tidak cepat rusak), warna gambarnya jelas, suara terdengar bagus, dan suku cadangnya mudah didapat, perilaku yang menarik, dan sebagainya. Sedangkan mutu yang intagible adalah suatu kualitas yang tidak dapat secara langsung dilihat atau

diamati, tetapi dapat dirasakan dan dialami, misalnya suasana disiplin, keakraban, kebersihan dan sebagainya (Suryosubroto, 2004:210).

Secara umum, mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemamapuannya dalam memuasakan kebutuhan yang diharapakan atau yang tersirat. (Depdiknas, 2001).

Menurut Kepmendikbud No. 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan pendidikan dengan serba lengkap dan cukup seperti, luas lahan, perabot lengkap, peralatan/laboratorium/media, infrastruktur, sarana olahraga, dan buku rasio 1:2. Kehadiran Kepmendiknas itu dirasakan sangat tepat karena dengan keputusan ini diharapkan penyelenggaraan pendidikan dapat memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana di bawah persyaratan minimal sehingga kualitas pendidikan dapat terjaga.

Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 45 ayat (1) berbunyi, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 KerangkaKonseptual

Sugiyono (2010) menyatakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka fikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan di teliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variable independen dan dependen.

Hubungan antar variable tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kualitas peserta pelatihan yang terdiri dari Kurikulum, Durasi pelatihan dan Sarana prasarana pelatihan yang tersedia pada BBLKI Medan.

Berdasarkan permasalahan sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab I dan studi literature sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II, maka kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

H1

H3

H2

Gambar 3.1 KerangkaKonseptual

Gambar 3.1 tersebut menjelaskan bahwa kinerja kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu; Kurikulum, Lama (durasi) belajar, dan Sarana/prasarana pelatihan.

3.2 HipotesisPenelitian

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibangun, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

- H1 ; Kurikulum berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas peserta pelatihan pada BBLKI

- H2 ;Lama (durasi) pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas peserta pelatihan pada BBLKI

- H3 ; Sarana / prasarana pendukung berpengaruh positif dan signifikan kualitas peserta pelatihan pada BBLKI

Kurikulum

Lama (durasi) Pelatihan Kualitas Peserta

Pelatihan BBLKI

Sarana Pendukung Pelatihan

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional, yaitu jenis penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan mendekati sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan (berkorelasi) dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisiensi korelasi (Sinulingga, 2011).

Pemilihan dan penggunaan desain ini terkait dengan tujuan penelitian, Pyaitu untuk menjelaskan pengaruh dan pengujian hipotesis dengan menganalisis berbagai data di lapangan. Dalam konteks penelitian ini adalah untuk memperoleh fakta-fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan/jawaban secara faktual tentang pengaruh dari faktor-faktor yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan dengan tujuan untuk mendapatkan rumusan alternatif untuk meningkatkan kualitas peserta pelatihan agar dapat bersaing dan dapat diserap pasar secara maksimal.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BBLKI Medan yang beralamat di Jl. Gatot Subroto km 7,8 Medan. Penelitian dilaksanakan selama 12 minggu kalender, April – Juni 2015, dengan jadwal pelaksanaan seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sinulingga, 2012), dan dengan demikian populasi yang dimksud dalam penelitian ini adalah seluruh instruktur BBLKI Medan sebanyak 56 orang dan karena jumlah populasi sedikit maka dalam penelitian ini diputuskan untuk mengambil seluruh populasi menjadi sampel atau dikenal dengan sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2010) sampel

jenuh adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel dibawah 30 orang atau untuk penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil.

4.4 Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara (interview) adalah pengumpulan data secara lisan dengan wawancara langsung atau tanya jawab dengan pihak-pihak berwenang dalam organisasi tersebut. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara acak terhadap Instruktur di BBLKI Medan.

2. Pengamatan (observation) adalah kegiatan untuk mengamati secara langsung proses pelatihan pada BBLKI Medan

3. Metode Daftar Pertanyan (questionnaire) adalah list pernyataan yang diberikan kepada seluruh instruktur BBLKI Medan.

4. Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini.

4.5 Jenis dan Sumber Data 4.5.1 Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari narasumber dengan cara pengisian kuesioner, data primer dalam penelitian ini adalah yang dijawab langsung oleh responden yang terdiri dari 56 instruktur pada BBLKI Medan, wawancara dan observasi.

b. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung yaitu data yang diperoleh dari studi dokumentasi.

4.6 Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, dengan menggunakan sistem skala satu sampai lima atas penilaian responden terhadap masing-masing atribut yang diteliti, yaitu:

Tabel 4.2 Metode Pemberian Nilai Daftar Pertanyaan

No Penillaian Score / Nilai

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Netral (N) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

4.7 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Menurut Umar (2002) variabel merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteiti, mempunyai variasi antara satu dan lainnya dalam kelompok tersebut.

Sesuai dengan judul peneitian ini “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Peserta Pelatihan Pada Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan”. Maka definisi setiap variabel dan pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas / independent variable (X)

Menurut Sugiyono (2010:60), variabel bebas merupakan:

“Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)” . Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen, yaitu: Kurikulum (X1), Durasi Pelatihan (X2) dan Sarana Prasarana Pelatihan (X3).

3. Variabel terikat / dependent variable (Y)

Sugiyono (2010) mendefinisaikan variable terikat/dependent variable sebagai berikut:

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen, yaitu: Kualitas Peserta Pelatihan BBLKI Medan (Y).

Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasikan, maka perlu dibuat definisi operasional dari masing-masing variabel agar diperoleh pemahaman yang lengkap. Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Operasionalisasi Variabel

No Variabel Definisi Atribut Skala

Pengukuran 1 kurikulum

(X1)

Modul terstruktur yang berisikan mata pelajaran secara detail yang di berikan kepada peserta pelatihan dengan tujuan untuk dapat menguasai sebuah bidang secara terukur

Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan peraga, alat praktek, buku dan sarana alat-alat pelatihan, alat-alat pelindung pelatihan, laboratorium, buku dan peralatan habis pakai untuk praktek

tingkat tertentu yang di harapkan dapat dikuasai oleh peserta pelatihan yang dapat digunakan dengan baik dibidang

1. Mampu bekerja

No Variabel Definisi Atribut Skala Pengukuran Pada

BBLKI (Y)

pekerjaannya dapat bekerja

sesuai dengan tuntutan dunia industri

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

4.8 Uji Instrumen Penelitian 4.8.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah uji statistik yang digunakan untuk menentukan seberapa valid suatu butir pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. Analisis validitas yang digunakan adalah uji korelasi Pearson Product Moment yang diolah menggunakan SPSS 17. Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan skor butir (X) dengan skor total (Y) menggunakan rumus :

Keterangan :

: Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah sampel

x : Skor butir y : Skor total

Validitas suatu butir pertanyaan diukur dengan cara menghitung angka koefisien korelasi antara skor butir dengan skor totalnya. Pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid jika nilai signifikasi korelasi 95% atau a = 0.05 dan dengan demikian, pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat digunakan dalam penelitian (Santoso, 2002)

4.8.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji statistic yang digunakan untuk menentukan reliabilitas butir dari pertanyaan dalam kehandalannya mengukur variabel. Uji reliabilitas menggunkan Uji Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

= Koefisien realibilitas Alpha Cronbach k = Banyaknya butir tes yang diuji

= Varian berlahan ; j = 1,2, … k

= Varian skor tes

Tingkat reliabilitas dapat dimaknai :

 Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna

 Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi

 Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat

 Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah

Sekaran (2006) menyatakan, jika angka koefisien >= 0.60 maka kelompok item – item pertanyaan dapat dianggap reliabel, penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS versi 17.

4.9 Model Analisis Data

4.9.1 Analisis Regresi Berganda

Analisis multivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa Kurikulum, Lama (durasi) Pelatihan dan Sarana Prasarana Pelatihan berpengaruh terhadap Kualitas Lulusan BBLKI Medan, dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan rumus :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e Dimana :

Y = Kualitas lulusan BBLKI Medan A = Konstanta

B1-b3 = Koefisien regresi variabel X1 - X3 X1 = Kurikulum

X2 = Durasi pelatihan

X3 = Sarana dan prasarana pelatihan e = Term of error

4.9.2 Uji Hipotesis

1. Uji-f Secara Simultan

Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji F dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh kurikulum, durasi pelatihan dan sarana prasarana pelatihan terhadap kualitas lulusan BBLKI Medan secara simultan. Menurut Sugiyono (2010:257) rumus pengujian adalah:

R² / k F =

(1 – R²) / (n – k – 1)

Keterangan :

R²= Koefisien determinasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah data atau kasus

2. Uji-t Secara Parsial

Uji t berarti melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa

variabel independen lain dianggap konstan. Sugiyono (2010) merumuskan uji t sebagai berikut:

Keterangan:

t = Distribusi t n = Jumlah data

r = Koefisien korelasi parsial r2= Koefisien determinasi

4.10 Uji Determinasi R2

Uji koefisien determinasi R2 bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen secara simultan mempengaruhi perubahan yang terjadi pada variabel dependen. Jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan mendekati 1, maka semakin kuat model mempengaruhi variabel tersebut.

Menurut Sugiyono (2006) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00 - 0,199 = sangat rendah 0,20 - 0,399 = rendah

4.11 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi Sudrajat ( 1988 ). Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Uji Multikolinieritas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen dalam model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat.

2001 : 271).

2. Uji Heteroskedasitisitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Santoso. 2002).

3. Uji Normalitas.

Pengujian asumsi normalitas untuk menguji data variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Uji normalitas akan diperoleh dari

perhitungan regresi dengan SPSS, dasar pengambilan keputusan menurut (Santoso, 2001) adalah :

1. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regeresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

4.12 Penetapan Tingkat Signifikansi

Tingkat signifikansi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 5%.

( α=0,05) artinya hasil penelitian masih dapat dipertanggung jawabkan bila kekeliruan dalam proses penelitian tidak lebih dari 5 %. Di samping itu, tingkat signifikansi ini umum digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial (Nazir, 2011).

Tingkat signifikansi 5% mempunyai arti bahwa kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%.

4.13 Penarikan Kesimpulan

Dari hipotesis-hipotesis yang dipaparkan diatas , maka dapat ditarik kesimpulan apakah variabel-variabel bebas secara simultan atau secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat, dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan Ho atau penerimaan hipotesis alternatif (Ha).

BAB V

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

5.1. Sejarah Singkat Lembaga

Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan, Ditjen Binalattas Kemenakertrans secara berkelanjutan melakukan perubahan peningkatan kapsitas dan kapabilitas untuk melakukan peningkatan standar pelayanan kerja bagi angkatan kerja Indonesia agar mampu mengisi permintaan pasar global dan menciptakan lapangan kerja secara profesional dan mandiri. Dalam hal ini BBLKI Medan mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi, pelatihan berbasis masyarakat, pelayanan konseling dan pemberdayaan lembaga pelatihan, pelatihan pemagangan, peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga, program Kios 3 in 1, pelayanan tempat uji kompetensi (TUK) dan promosi peningkatan fungsi BBLKI menuju Badan Layanan Umum (BLU).

5.2. Tugas Pokok dan Fungsi

BBLKI Medan menyediakan 5 jenis program pelayanan yang terdiri dari pelayanan pelatihan, Uji Kompetensi, produksi, konsultansi dan jasa sewa sarana dan fasilitas. Untuk program pelatihan terdapat lima jenis program yaitu program pelatihan. Teknisi ahli, Pelatihan Instruktur (Upgrading), kerjasama pelatihan

dengan instansi Pemerintah, swasta/Lembaga dan perorangan dan juga program pelatihan pemagangan.

Tugas dan fungsi BBLKI Medan pada umumnya adalah untuk melaksanakan program pelatihan tenaga kerja, uji coba program pelatihan, uji kompetensi sertifikasi, konsultasi dan kerjasama serta pemberdayaan lembaga pelatihan dibidang industri, dan Fungsi:

1. Menyusun rencana, program dan anggaran dan pelaporan.

2. Melaksanakan pelatihan tenaga kerja, uji coba program pelatihan dan uji kompetensi kerja.

3. Melaksanakan evaluasi program pelatihan kerja, uji kompetensi, kerjasama kelembagaan dan melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.

5.3. Visi dan Misi

Menyiapkan dan melatih Tenaga Kerja Indonesia agar memiliki kompetensi dan berdayasaing di pasar kerja global. Sedangkan misi BBLKI Medan antara lain adalah :

Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas BBLKI Medan

Mengembangkan SDM (Instruktur dan Tenaga Pelatihan) masyarakat bagi angkatan kerja dan masyarakat Indonesia.

Memelihara, meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana pelatihan

Membangun dan mengembangkan jejaring kerja dengan berbagai stakeholder

Motto BBLKI medan tercantum pada website BBLKI yang berisi dengan

”Cerdas Dalam Produktifitas”.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi RI Nomor:

16/MEN/VII/2007 tanggal 9 Juli 2007, BBLKI Medan mempunyai wilayah kerja meliputi: Propinsi Sumatra Utara, Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Riau, Propisi Jambi, Propinsi Bangka Belitung, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Bengkulu.

5.4. Struktur Organisasi

Gambar 5.1. Struktur Organisasi BBLKI Medan

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Statistik Deskriptif 6.1.1 Analisis Karateristik Responden

Menurut Nazir (2011:54) metode deskriptif adalah “Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Data deskripsi responden menggambarkan kondisi responden secara spesifik ( seluruh instruktur BBLKI Medan ), hal ini penting karena menjelaskan informasi yang terkait dengan keadaan responden yang dijadikan sebagai objek penelitian. Seluruh responden berjumlah 56 orang dan telah mengisi kuesioner dan selanjutnya jawaban dari pernyataan diolah menjadi data penelitian.

6.1.2 Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Seluruh Instruktur di BBLKI Medan yang berjumlah 56 orang. Berikut karakteristik responden penelitian yang telah dirangkum dengan deskripsi sebagai berikut :

Tabel 6.1 Identitas Responden

No Karakteristik Frekuensi (Orang) Persen

1 Jenis Kelamin

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 6.1, dapat dipaparkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang (76,79 %) sedangkan perempuan sebanyak 13 orang (23,21%). sedangkan usia responden 20-29 tahun 17.85 %, usia 36-49 tahun hanya 14 % dan kelompok paling dominan adalah usia 30-35 tahun (25%) dan kelompok usia 50 – 55 tahun (30,36 %). Hal ini menunjukkan bahwa adanya selisih kelompok usia yang tinggi antara pegawai yang hampir pensiun dan pegawai muda di BBLKI Medan. Untuk pendidikan terakhir responden didominasi oleh kelompok S1 60,71 %, SMA 19,64 % dan D3 16 %.

6.2 Analisis Deskriptif (Uraian Hasil Kuesioner)

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran tentang persepsi responden terhadap variabel kurikulum, lama (durasi) pelatihan, sarana prasarana pelatihan serta kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan berdasarkan distribusi dan frekuensi jawaban responden. Item-item pernyataan secara keseluruhan digambarkan dalam bentuk tabel kriteria pernyataan. Dalam hal ini peneliti melakukan dengan analisis deskriptif frekuensi, sehingga diketahui frekuensi, persentase, nilai dan kriteria terhadap item pernyataan.

Untuk memberikan gambaran hasil penelitian yang detail dari variabel dan item-item pernyataan yang diteliti, maka ditentukan kategori penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh dari hasil kuesioner. Adapun cara menentukan kategori penilaian dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan bobot penilaian untuk setiap pilihan yang terdapat pada tabel 6.2 yaitu tabel kriteria, dalam hal ini ditentukan berdasarkan skala

penilaian yaitu skala Likert.

2. Menghitung skor nilai untuk setiap item pernyataan, yaitu dengan cara mengkalikan bobot nilai dengan jumlah frekuensi sehingga diperoleh bobot dari setiap pernyataan.

3. Nilai rata – rata skor yang dimasukkan ke dalam tabel kriteria yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui sikap responden terhadap item-item pernyataan.

4. Jarak deskriptif interval kriteria = nilai tertinggi – nilai terendah Jumlah kelas

= 5 – 1 = 0.80 5

Tabel 6.2 Kriteria Item Pernyataan

No. Interval Kriteria

1 1,00 – 1,80 Sangat tidak baik

2 1,81 – 2,60 Tidak baik

3 2,61 – 3,40 Kurang baik

4 3,41 – 4,20 Baik

5 4,21 – 5,00 Sangat baik

6.2.1 Variabel Kurikulum

Variabel ini menggunakan tiga belas pernyataan yang berhubungan dengan kurikulum, dan jawaban responden seperti tercantum dalam Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel

Tabel 6.3 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel