• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.11 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi Sudrajat ( 1988 ). Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Uji Multikolinieritas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen dalam model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat.

2001 : 271).

2. Uji Heteroskedasitisitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Santoso. 2002).

3. Uji Normalitas.

Pengujian asumsi normalitas untuk menguji data variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Uji normalitas akan diperoleh dari

perhitungan regresi dengan SPSS, dasar pengambilan keputusan menurut (Santoso, 2001) adalah :

1. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regeresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

4.12 Penetapan Tingkat Signifikansi

Tingkat signifikansi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 5%.

( α=0,05) artinya hasil penelitian masih dapat dipertanggung jawabkan bila kekeliruan dalam proses penelitian tidak lebih dari 5 %. Di samping itu, tingkat signifikansi ini umum digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial (Nazir, 2011).

Tingkat signifikansi 5% mempunyai arti bahwa kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%.

4.13 Penarikan Kesimpulan

Dari hipotesis-hipotesis yang dipaparkan diatas , maka dapat ditarik kesimpulan apakah variabel-variabel bebas secara simultan atau secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat, dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan Ho atau penerimaan hipotesis alternatif (Ha).

BAB V

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

5.1. Sejarah Singkat Lembaga

Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan, Ditjen Binalattas Kemenakertrans secara berkelanjutan melakukan perubahan peningkatan kapsitas dan kapabilitas untuk melakukan peningkatan standar pelayanan kerja bagi angkatan kerja Indonesia agar mampu mengisi permintaan pasar global dan menciptakan lapangan kerja secara profesional dan mandiri. Dalam hal ini BBLKI Medan mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi, pelatihan berbasis masyarakat, pelayanan konseling dan pemberdayaan lembaga pelatihan, pelatihan pemagangan, peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga, program Kios 3 in 1, pelayanan tempat uji kompetensi (TUK) dan promosi peningkatan fungsi BBLKI menuju Badan Layanan Umum (BLU).

5.2. Tugas Pokok dan Fungsi

BBLKI Medan menyediakan 5 jenis program pelayanan yang terdiri dari pelayanan pelatihan, Uji Kompetensi, produksi, konsultansi dan jasa sewa sarana dan fasilitas. Untuk program pelatihan terdapat lima jenis program yaitu program pelatihan. Teknisi ahli, Pelatihan Instruktur (Upgrading), kerjasama pelatihan

dengan instansi Pemerintah, swasta/Lembaga dan perorangan dan juga program pelatihan pemagangan.

Tugas dan fungsi BBLKI Medan pada umumnya adalah untuk melaksanakan program pelatihan tenaga kerja, uji coba program pelatihan, uji kompetensi sertifikasi, konsultasi dan kerjasama serta pemberdayaan lembaga pelatihan dibidang industri, dan Fungsi:

1. Menyusun rencana, program dan anggaran dan pelaporan.

2. Melaksanakan pelatihan tenaga kerja, uji coba program pelatihan dan uji kompetensi kerja.

3. Melaksanakan evaluasi program pelatihan kerja, uji kompetensi, kerjasama kelembagaan dan melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.

5.3. Visi dan Misi

Menyiapkan dan melatih Tenaga Kerja Indonesia agar memiliki kompetensi dan berdayasaing di pasar kerja global. Sedangkan misi BBLKI Medan antara lain adalah :

Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas BBLKI Medan

Mengembangkan SDM (Instruktur dan Tenaga Pelatihan) masyarakat bagi angkatan kerja dan masyarakat Indonesia.

Memelihara, meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana pelatihan

Membangun dan mengembangkan jejaring kerja dengan berbagai stakeholder

Motto BBLKI medan tercantum pada website BBLKI yang berisi dengan

”Cerdas Dalam Produktifitas”.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi RI Nomor:

16/MEN/VII/2007 tanggal 9 Juli 2007, BBLKI Medan mempunyai wilayah kerja meliputi: Propinsi Sumatra Utara, Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Riau, Propisi Jambi, Propinsi Bangka Belitung, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Bengkulu.

5.4. Struktur Organisasi

Gambar 5.1. Struktur Organisasi BBLKI Medan

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Statistik Deskriptif 6.1.1 Analisis Karateristik Responden

Menurut Nazir (2011:54) metode deskriptif adalah “Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Data deskripsi responden menggambarkan kondisi responden secara spesifik ( seluruh instruktur BBLKI Medan ), hal ini penting karena menjelaskan informasi yang terkait dengan keadaan responden yang dijadikan sebagai objek penelitian. Seluruh responden berjumlah 56 orang dan telah mengisi kuesioner dan selanjutnya jawaban dari pernyataan diolah menjadi data penelitian.

6.1.2 Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Seluruh Instruktur di BBLKI Medan yang berjumlah 56 orang. Berikut karakteristik responden penelitian yang telah dirangkum dengan deskripsi sebagai berikut :

Tabel 6.1 Identitas Responden

No Karakteristik Frekuensi (Orang) Persen

1 Jenis Kelamin

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 6.1, dapat dipaparkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang (76,79 %) sedangkan perempuan sebanyak 13 orang (23,21%). sedangkan usia responden 20-29 tahun 17.85 %, usia 36-49 tahun hanya 14 % dan kelompok paling dominan adalah usia 30-35 tahun (25%) dan kelompok usia 50 – 55 tahun (30,36 %). Hal ini menunjukkan bahwa adanya selisih kelompok usia yang tinggi antara pegawai yang hampir pensiun dan pegawai muda di BBLKI Medan. Untuk pendidikan terakhir responden didominasi oleh kelompok S1 60,71 %, SMA 19,64 % dan D3 16 %.

6.2 Analisis Deskriptif (Uraian Hasil Kuesioner)

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran tentang persepsi responden terhadap variabel kurikulum, lama (durasi) pelatihan, sarana prasarana pelatihan serta kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan berdasarkan distribusi dan frekuensi jawaban responden. Item-item pernyataan secara keseluruhan digambarkan dalam bentuk tabel kriteria pernyataan. Dalam hal ini peneliti melakukan dengan analisis deskriptif frekuensi, sehingga diketahui frekuensi, persentase, nilai dan kriteria terhadap item pernyataan.

Untuk memberikan gambaran hasil penelitian yang detail dari variabel dan item-item pernyataan yang diteliti, maka ditentukan kategori penilaian berdasarkan skor nilai yang diperoleh dari hasil kuesioner. Adapun cara menentukan kategori penilaian dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan bobot penilaian untuk setiap pilihan yang terdapat pada tabel 6.2 yaitu tabel kriteria, dalam hal ini ditentukan berdasarkan skala

penilaian yaitu skala Likert.

2. Menghitung skor nilai untuk setiap item pernyataan, yaitu dengan cara mengkalikan bobot nilai dengan jumlah frekuensi sehingga diperoleh bobot dari setiap pernyataan.

3. Nilai rata – rata skor yang dimasukkan ke dalam tabel kriteria yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui sikap responden terhadap item-item pernyataan.

4. Jarak deskriptif interval kriteria = nilai tertinggi – nilai terendah Jumlah kelas

= 5 – 1 = 0.80 5

Tabel 6.2 Kriteria Item Pernyataan

No. Interval Kriteria

1 1,00 – 1,80 Sangat tidak baik

2 1,81 – 2,60 Tidak baik

3 2,61 – 3,40 Kurang baik

4 3,41 – 4,20 Baik

5 4,21 – 5,00 Sangat baik

6.2.1 Variabel Kurikulum

Variabel ini menggunakan tiga belas pernyataan yang berhubungan dengan kurikulum, dan jawaban responden seperti tercantum dalam Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kurikulum

No

rata-rata variabel kurikulum 3.60 Baik Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Dari tabel deskripsi tanggapan responden diatas dapat diketahui kriteria sebagai berikut :

1. Jawaban responden terhadap pernyataan kurikulum mampu memenuhi kebutuhan untuk memperoleh skill yang memadai, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.28 dan memperoleh kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden ragu-ragu apakah peserta pelatihan memperoleh skill yang memadai.

2. Jawaban responden terhadap pernyataan kurikulum dibuat dengan berpatokan pada berbagai sumber yang relevan dengan pelatihan , tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.64 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan item ini cukup baik untuk mendukung keberhasilan pelatihan.

3. Jawaban responden terhadap pernyataan kurikulum memiliki bagian yang saling terkait antara satu bagian dengan bagian lain, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.87 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa item ini mampu menjawab kebutuhan pelatihan.

4. Jawaban responden terhadap pernyataan kurikulum mampu menumbuhkan potensi peserta pelatihan, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.75 dengan kriteria baik, sehingga disimpulkan bahwa item ini cukup mampu mendukung potensi peserta pelatihan.

5. Jawaban responden terhadap pernyataan kurikulum memiliki system yang mudah diaplikasikan, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.96 dengan kriteria baik, sehingga item ini dianggap mudah untuk diaplikasikan dalam pelatihan.

6. Jawaban responden kurikulum memiliki design yang baik sehingga lebih mudah dipahami, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.44 dengan kriteria baik dan dapat disimpulkan item ini memenuhi kebutuhan peserta pelatihan.

7. Jawaban responden terhadap kurikulum disusun berdasarkan masukan dari instruktur, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 4.05 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa instruktur lebih aplikatif dalam pelatihan.

8. Jawaban responden kurikulum disusun berdasarkan kekurangan/pengalaman masa lalu, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.80 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kurikulum cukup up to date.

9. Jawaban responden kurikulum menganut prinsip pengorganisasian yang baik terhadap sumber daya BBLKI, tanggapa responden diperoleh angka rata-rata 3.48 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kurikulum dibuat sesuai dengan resources BBLKI.

10. Jawaban responden kurikulum mampu membuat proses pelatihan berjalan on track yang diinginkan, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.26 dengan kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan kurikulum belum sesuai dengan harapan instruktur.

11. Jawaban responden kurikulum mencantumkan bagaimana tata cara penggunaan dengan baik, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.37 dengan kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden kurang puas dengan petunjuk yang ada dalam kurikulum.

12. Jawaban responden kurikulum mampu meningkatkan etos kerja dan disiplin peserta pelatihan, diperoleh angka rata-rata 3.51 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden puas dengan item ini.

13. Jawaban responden kurikulum mampu memberi nilai-nilai baru dan semangat perubahan pada peserta, diperoleh angka rata-rata 3.48 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memberi tanggapan positif terhadap item ini.

6.2.2 Variabel Lama (durasi) Pelatihan

Variabel Lama Pelatihan menggunakan delapan pernyataan yang menunjukkan skor dan kriteria sebagai berikut :

Tabel 6.4 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lama Pelatihan

rata-rata variabel lama pelatihan 3.38 Kurang Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah) Baik

Dari tabel deskripsi lama (durasi) pelatihan tanggapan responden diperoleh intepretasi sebagai berikut :

1. Jawaban responden terhadap pernyataan durasi pelatihan mengcover seluruh aspek pelatihan ,tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 4,00 dan memperoleh kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden

yakin peserta memperoleh waktu pelatihan sesuai program yang telah disusun.

2. Jawaban responden peserta pelatihan diberi waktu yang memadai untuk memperoleh teori, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.08 dan memperoleh kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden kurang puas terhadap item teori yang diperoleh peserta.

3. Jawaban responden peserta pelatihan memiliki waktu yang cukup untuk bertanya, jawaban rata-rata adalah 3.42 dengan kriteria baik, dan dapat disimpulkan bahwa peserta memiliki kesempatan yang cukup untuk bertanya.

4. Jawaban responden peserta memiliki waktu yang cukup untuk berdiskusi, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.42 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pandangan positif terhadap item ini.

5. Jawaban responden peserta memiliki waktu yang cukup untuk mempraktekkan materi yang diajarkan, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.50 dengan kriteria baik, tanggapan responden juga positif terhadap item ini.

6. Jawaban responden jam belajar mampu memuaskan rasa ingin tahu peserta pelatihan, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.35 dengan kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tanggapan negatif terhadap item ini.

7. Jawaban responden waktu yang tersedia mampu mengimbangi kurikulum yang ada, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 2.87 dengan kriteria kurang baik, responden memandang cukup negatif terhadap item tersebut.

8. Jawaban responden jam pelatihan memeberi kesempatan beristirahat yang memadai sehingga seluruh materi dapat terserap dengan baik, jawaban responden rata-rata diperoleh angka 3.42 dengan kriteria baik (tanggapan positif).

6.2.3 Variabel Sarana dan Prasarana

Variabel Sarana dan prasarana menggunakan delapan pernyataan yang dijawab responden dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 6.5 Deskripsi Tanggapan Terhadap Sarana dan Prasarana

No

rata-rata variabel sarana dan prasarana 3.36 Kurang Baik Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Dari tabel distribusi jawaban kuesioner dan tabel deskripsi sarana dan prasarana pelatihan tanggapan responden diperoleh intepretasi sebagai berikut :

1. Jawaban responden terhadap pernyataan setiap peserta memperoleh alat praktek yang memadai, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3,14 dan memperoleh kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden tidak puas dengan item ini.

2. Jawaban responden pelatihan yang baik harus di dukung ketersediaan alat dalam setiap topik pembahasan, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.30 dan memperoleh kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden kurang puas terhadap item alat yang dibutuhkan oleh diperoleh peserta.

3. Jawaban responden alat yang tersedia mampu menjamin peserta untuk mempraktekkan keahlian yang diperolehnya, jawaban responden diperoleh angka rata-rata adalah 3.03 dengan kriteria kurang baik, dan dapat disimpulkan bahwa responden memandang negatif terhadap item ini.

4. Jawaban responden peserta memperoleh alat habis pakai yang mencukupi, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.35 dengan kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta pelatihan tidak memperoleh alat habis pakai yang memadai.

5. Jawaban responden peserta memiliki alat bantu/pengaman yang memadai, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.75 dengan kriteria baik, tanggapan responden juga positif terhadap item ini.

6. Jawaban responden alat praktek yang tersedia sesuai dengan tntutan kurikulum saat ini, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.26 dengan kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tanggapan negatif terhadap item ini.

7. Jawaban responden listrik selalu tersedia dengan baik, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.80 dengan kriteria baik, responden memandang bahwa energy tidak menjadi masalah saat ini.

8. Jawaban responden ruangan dan alat bantu seperti meja, kabel dll tersedia cukup untuk seluruh peserta pelatihan, jawaban responden rata-rata diperoleh angka 3.25 dengan kriteria kurang baik, responden memandang negatif terhadap faktor ini.

6.2.4 Variabel Kualitas Lulusan

Variabel kualitas peserta pelatihan pada BBLKI Medan menggunakan delapan pernyataan yang dapat menunjukkan kriteria dan skor bobot sebagai berikut :

Tanel 6.6 Deskripsi Tanggapan Responden Variabel Kualitas Peserta

rata-rata variabel kualitas peserta 3.39 Kurang Baik Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Dari tabel distribusi jawaban kuesioner dan tabel deskripsi kualitas peserta pelatihan, tanggapan responden diperoleh intepretasi sebagai berikut :

1. Jawaban responden terhadap pernyataan peserta pelatihan mampu memenuhi tuntutan keahlian pada industri menengah, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3,41 dan memperoleh kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yakin peserta cukup terlatih untuk memenuhi kebutuhan pasar menengah.

2. Jawaban responden peserta pelatihan mampu memenuhi kebutuhan industri kecil, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.39 dan memperoleh kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden merasa peserta pelatihan tidak cocok untuk industri kecil.

3. Jawaban responden peserta mampu memulai usahanya secara mandiri, jawaban rata-rata adalah 3.42 dengan kriteria baik, dan dapat disimpulkan bahwa peserta diyakini cukup mampu untuk mandiri.

4. Jawaban responden peserta pelatihan mampu bersaing dalam pasar tenaga kerja lokal/nasional, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.32 dengan kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pandangan negatif terhadap item ini.

5. Jawaban responden peserta pelatihan memperoleh pelatihan sesuai dengan perkembangan tehnologi terkini, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.26 dengan kriteria kurang baik, tanggapan responden juga negatif terhadap item ini (tehnologi/alat pelatihan tidak up to date)

6. Jawaban responden pelatihan memiliki nilai dan semangat untuk melakukan perubahan, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.50 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tanggapan positif terhadap item ini.

7. Jawaban responden terhadap item peserta pelatihan memiliki kesadaran untuk terus meng up date pengetahuannya, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3,21 dengan kriteria kurang baik, responden memandang cukup negatif terhadap item tersebut.

8. Jawaban responden pelatihan dapat diterima oleh masyarakat luas dengan norma dan pengetahuan yang dimilikinya, jawaban responden rata-rata diperoleh angka 3.67 dengan kriteria baik (tanggapan positif).

6.3 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

6.3.1 Uji Validitas

Uji validitas instrumen perlu dilakukan untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan tersebut sahih (valid). Menurut Arikunto (1999) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu test dan uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan setiap variabel atau item dalam kuesioner dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji ini dinamakan uji validitas item yaitu teknik pengujian yang dapat digunakan dengan aplikasi program SPSS adalah menggunakan korelasi Bivariate Product Moment Pearson

(Korelasi Produk Momen Pearson) Uji ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor variabel dengan skor total yang merupakan penjumlahan dari keseluruhan variabel. Jika terdapat korelasi yang signifikan antara variabel pertanyaan dengan skor total, hal ini menunjukan variabel pertanyaan tersebut mampu memberikan dukungan untuk mengungkap apa yang ingin diungkap.

Pengujian ini menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05, dengan kriteria : jika r hitung lebih besar dari r kritis, maka item soal dinyatakan valid. Nilai r tabel menggunakan signifikansi 0.05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 30 adalah 0.361.

Hasil uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.6 berikut :

Tabel 6.7 Hasil Uji Validitas Penelitian

Variabel Nomor Soal r hitung r kritis Keterangan

Kurikulum (X1)

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Seluruh variabel yang ada dalam penelitian adalah valid karena mempunyai nilai r hitung > r tabel atau dengan kata lain semua variabel berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

6.3.2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2006) pengertian reabilitas adalah serangkaian pengukuran atau alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu diakukan secara berulang, reliabilitas berfungsi untuk mengukur sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama secara berulang diperoleh hasil yang relatif sama. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metoda Cronbach Alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60 (Sekaran, 2006).

Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 6.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No. Variabel Nilai Hitung Cronbach Alpha Keterangan

1 Lama pelatihan 0,645 Reliabel

2 Kurikulum 0,829 Reliabel

3 Sarana dan prasarana 0,677 Reliabel

4 Kualitas lulusan 0,879 Reliabel

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Hasil pengujian reliabilitas dalam Tabel 6.12 menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian mempunyai koefisien Cronbach Alpha yang cukup besar yaitu > 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner yang dibagikan kepada responden adalah reliabel yang berarti bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang handal.

6.4. Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 6.4.1. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS for Windows version 17. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

6.4.1.1 Uji Asumsi Klasik

6.4.1.1 Uji Asumsi Klasik