• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.2 Analisis Deskriptif (Uraian Hasil Kuesioner)

6.2.4 Variabel Kualitas Lulusan

Variabel kualitas peserta pelatihan pada BBLKI Medan menggunakan delapan pernyataan yang dapat menunjukkan kriteria dan skor bobot sebagai berikut :

Tanel 6.6 Deskripsi Tanggapan Responden Variabel Kualitas Peserta

rata-rata variabel kualitas peserta 3.39 Kurang Baik Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Dari tabel distribusi jawaban kuesioner dan tabel deskripsi kualitas peserta pelatihan, tanggapan responden diperoleh intepretasi sebagai berikut :

1. Jawaban responden terhadap pernyataan peserta pelatihan mampu memenuhi tuntutan keahlian pada industri menengah, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3,41 dan memperoleh kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yakin peserta cukup terlatih untuk memenuhi kebutuhan pasar menengah.

2. Jawaban responden peserta pelatihan mampu memenuhi kebutuhan industri kecil, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.39 dan memperoleh kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden merasa peserta pelatihan tidak cocok untuk industri kecil.

3. Jawaban responden peserta mampu memulai usahanya secara mandiri, jawaban rata-rata adalah 3.42 dengan kriteria baik, dan dapat disimpulkan bahwa peserta diyakini cukup mampu untuk mandiri.

4. Jawaban responden peserta pelatihan mampu bersaing dalam pasar tenaga kerja lokal/nasional, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.32 dengan kriteria kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pandangan negatif terhadap item ini.

5. Jawaban responden peserta pelatihan memperoleh pelatihan sesuai dengan perkembangan tehnologi terkini, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.26 dengan kriteria kurang baik, tanggapan responden juga negatif terhadap item ini (tehnologi/alat pelatihan tidak up to date)

6. Jawaban responden pelatihan memiliki nilai dan semangat untuk melakukan perubahan, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3.50 dengan kriteria baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tanggapan positif terhadap item ini.

7. Jawaban responden terhadap item peserta pelatihan memiliki kesadaran untuk terus meng up date pengetahuannya, tanggapan responden diperoleh angka rata-rata 3,21 dengan kriteria kurang baik, responden memandang cukup negatif terhadap item tersebut.

8. Jawaban responden pelatihan dapat diterima oleh masyarakat luas dengan norma dan pengetahuan yang dimilikinya, jawaban responden rata-rata diperoleh angka 3.67 dengan kriteria baik (tanggapan positif).

6.3 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

6.3.1 Uji Validitas

Uji validitas instrumen perlu dilakukan untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan tersebut sahih (valid). Menurut Arikunto (1999) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu test dan uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan setiap variabel atau item dalam kuesioner dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji ini dinamakan uji validitas item yaitu teknik pengujian yang dapat digunakan dengan aplikasi program SPSS adalah menggunakan korelasi Bivariate Product Moment Pearson

(Korelasi Produk Momen Pearson) Uji ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor variabel dengan skor total yang merupakan penjumlahan dari keseluruhan variabel. Jika terdapat korelasi yang signifikan antara variabel pertanyaan dengan skor total, hal ini menunjukan variabel pertanyaan tersebut mampu memberikan dukungan untuk mengungkap apa yang ingin diungkap.

Pengujian ini menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05, dengan kriteria : jika r hitung lebih besar dari r kritis, maka item soal dinyatakan valid. Nilai r tabel menggunakan signifikansi 0.05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 30 adalah 0.361.

Hasil uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.6 berikut :

Tabel 6.7 Hasil Uji Validitas Penelitian

Variabel Nomor Soal r hitung r kritis Keterangan

Kurikulum (X1)

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Seluruh variabel yang ada dalam penelitian adalah valid karena mempunyai nilai r hitung > r tabel atau dengan kata lain semua variabel berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

6.3.2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2006) pengertian reabilitas adalah serangkaian pengukuran atau alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu diakukan secara berulang, reliabilitas berfungsi untuk mengukur sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama secara berulang diperoleh hasil yang relatif sama. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metoda Cronbach Alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60 (Sekaran, 2006).

Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 6.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No. Variabel Nilai Hitung Cronbach Alpha Keterangan

1 Lama pelatihan 0,645 Reliabel

2 Kurikulum 0,829 Reliabel

3 Sarana dan prasarana 0,677 Reliabel

4 Kualitas lulusan 0,879 Reliabel

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Hasil pengujian reliabilitas dalam Tabel 6.12 menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian mempunyai koefisien Cronbach Alpha yang cukup besar yaitu > 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner yang dibagikan kepada responden adalah reliabel yang berarti bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang handal.

6.4. Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 6.4.1. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS for Windows version 17. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

6.4.1.1 Uji Asumsi Klasik

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas data, autokorelasi, heterokedastisitas dan asumsi-asumsi klasik lainnya. Adapun asumsi-asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:

6.4.1.2 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2007) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan SPSS 17 for windows dan menghasilkan pendekatan grafik dengan uji P-P plot untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas tersebut memberikan hasil sebagaimana Gambar 6.1 memperlihatkan bahwa titik titik berada disepanjang garis diagonal membentuk garis simetris kiri dan kanan. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian berdistribusi normal.

Gambar 6.1. Grafik Normalitas Data

6.4.1.3 Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2005 : 91) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Karena model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS 17 for windows. Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus yaitu sebagai berikut:

VIF =

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF diatas nilai 10 atau tolerance value dibawah 0,10. Multikolinearitas tidak terjadi bila nilai VIF dibawah nilai 10 atau tolerance value diatas 0,10. ( Santoso, 2002)

Uji multikolinieritas yang dilakukan memperlihatkan hasil seperti pada tabel berikut:

Tabel 6.9 Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant)

Lama pelatihan .546 1.833

Kurikulum .358 2.790

sarana dan prasarana .524 1.909

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Tabel 6.13 memperlihatkan bahwa nilai tolerance ke-3 variabel lebih kecil dari 1, dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil perhitungan ini memenuhi persyaratan uji multikolinieritas yakni jika nilai tolerance <1 dan nilai VIF < 10, maka data penelitian tidak mengandung gejala multikolinieritas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak mengandung gejala multikolinieritas.

6.4.1.4 Uji Heterokedastisitas

Menurut Santoso (2002) uji Heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varians bersyarat dari E(i2) = Var(i) = 2 (homokedastisitas), apabila varians bersyarat i = i2 untuk setiap 1, ini berarti variansnya homogen atau homokedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa diketahui dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot. Lebih lanjut menurut Santoso (2002) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika berbeda disebut heteros kedastisitas.

Uji heterokedastisitas dalam penelitian dengan melihat grafik scatterplot pada grafik output SPSS ver. 17 dengan hasil sebagai berikut :

Gambar 6.2 Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: Hasil penelitian, 2015 (data diolah)

Tabel 6.2. memperlihatkan titik-titik menyebar merata dan tidak membentuk satu pola tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mengandung gejala heterokedastisitas.

6.4.2 Analisis Regresi

6.4.2.1 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi linier berganda yang terdiri dari 1). Uji-F secara simultan dan 2). Uji-t secara parsial.

6.4.2.2 Uji-F Secara Simultan

Uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Kurikulum, Durasi pelatihan dan Sarana prasarana pelatihan secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat yaitu Kualitas lulusan BBLKI Medan.

Perhitungan dilakukan dengan cara F hasil perhitungan ini dibandingkan dengan Ftabel yang diperoleh dengan menggunakan tingkat resiko atau signifikan level 5% atau dengan degreeof freedom= n – k – 1 dengan kriteria sebagai berikut:

Ho ditolak jika Fhitung> Ftabel

Ho diterima jika Fhitung< Ftabel

Jika terjadi penerimaan Ho, maka dapat diartikan sebagai tidak signifikannya model regresi berganda yang diperoleh sehingga mengakibatkan tidak signifikan pula pengaruh dari variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

Untuk mengetahui pengaruh secara bersamaan/serempak dari ke-3 variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dalam penelitian ini, dilakukan analisis regresi linier berganda dengan uji-F secara simultan (serentak) dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 6.10 Hasil Uji Pengaruh Serempak (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 821.954 3 273.985 96.246 .000a

Residual 148.029 52 2.847

Total 969.982 55

a. Predictors: (Constant), sarana dan prasarana, Lama pelatihan, kurikulum b. Dependent Variable: kualitas lulusan

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Tabel 6.14 memperlihatkan bahwa nilai F-hitung = 96,246 dengan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai F-tabel = 2,77 (untuk N = 56 atau df=55) dan sig- =0.05, terbukti bahwa F-hitung (96,246) >

F-tabel(2,77) dan p-value (0.000) < 0.05. Hasil analisis ini memenuhi uji persyaratan hipotesis dimana jika F-hitung >F-tabel dan sig-p> 0.05, maka Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ke-3 variabel bebas secara simultan memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Kualitas Lulusan). Dari sini juga terlihat bahwa model sudah sesuai dengan harapan.

6.4.2.3 Uji-t Secara Parsial

Uji t dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh masing-masing (parsial) variabel bebas (X1…X2 dan X3 ) terhadap variabel Y

Uji t dilakukan dengan cara t hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan ttable dengan menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan sebagai dasar perbandingan sebagai berikut :

Ho diterima jika nilai –ttable< thitung< ttable

Ho ditolak jika nilai thitung> ttableatau thitung< -ttable

Bila terjadi penerimaan Ho maka dapat disimpulkan suatu pengaruh adalah tidak signifikan, sedangkan bila Ho ditolak artinya suatu pengaruh adalah signifikan.

Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel independent (X) yaitu kurikulum (X1), durasi pelatihan (X2), sarana dan prasarana pelatihan (X3), terhadap kualitas peserta pelatihan pada BBLKI Medan sebagai variabel dependen (Y). Adapun yang menjadi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lama (durasi) pelatihan

Ho1: β1= 0 “tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari durasi pelatihan terhadap kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan”

Ha1: β1≠ 0 "terdapat pengaruh yang signifikan dari durasi pelatihan terhadap kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan”

2. Kurikulum

Ho2: β2= 0 “tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kurikulum terhadap kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan”

Ha2: β2≠ 0 “terdapat pengaruh yang signifikan dari kurikulum terhadap kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan”

3. Sarana dan prasarana pelatihan

Ho3: β3= 0“tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari sarana dan prasarana pelatihan terhadap kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan”

Ha3: β3≠ 0 “terdapat pengaruh yang signifikan dari sarana dan prasarana pelatihan terhadap kualitas peseta pelatihan BBLKI Medan”

Untuk mengetahui pengaruh masing masing variabel bebas terhadap variabel terikat Y (Kualitas Lulusan), dilakukan analisis regresi linier sederhana dengan uji-t secara parsial dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 6.11 Hasil Uji-t Secara Parsial

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.133 1.640 -.081 .936

Lama pelatihan .105 .039 .198 2.700 .009

Kurikulum .348 .084 .374 4.137 .000

sarana dan prasarana .467 .073 .483 6.446 .000

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Interpretasi data:

1. Hubungan antara Lama (durasi) pelatihan dan kualitas peserta

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian angka t tabel, dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut :

Untuk mengetahui apakah ada hubungan linier antara Lama pelatihan dan Kualitas peserta pelatihan, dilakukan uji hipotesis.

H0 : Tidak ada hubungan linier antara Lama pelatihan dengan Kualitas lulusan.

H1 : Ada hubungan linier antara Lama pelatihan dengan Kualitas lulusan.

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan atau tidak, maka kriterianya adalah sebagai berikut :

Jika sig < 0,05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig > 0,05 maka pengaruh tidak signifikan.

Dengan taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan : DK = n – 2, atau 56 – 2 = 54, diperoleh angka t tabel sebesar 1,674.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 2,7 > t tabel sebesar 1,674 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima . Artinya, ada hubungan linier antara Lama pelatihan dengan Kualitas lulusan. Karena ada hubungan linier antara kedua variabel tersebut, maka variabel independen eksogen Lama pelatihan

mempengaruhi variabel endogen Kualitas peserta pelatihan. Besarnya pengaruh Lama pelatihan terhadap Kualitas lulusan dapat diketahui dari nilai koefisien Beta (dalam kolom Standardized Coefficient Beta) yaitu sebesar 19,85 %. Pengaruh sebesar ini signifikan karena nilai signifikansi / probabilitas hasil perhitungan yang tertera dalam kolom Sig sebesar 0,009 < 0,05.

Dengan adanya hubungan linear antara durasi pelatihan dengan kualitas peserta pelatihan BBLKI Medan, maka membuktikan pendapat ahli bahwa waktu (durasi) merupakan salah satu aspek penting dalam menjamin ketrampilan yang diperoleh oleh peserta pelatihan. Menurut Arni (1987) terdapat 4 aspek yang harus dikelola dalam manajemen kelas agar memperoleh hasil pendidikan/pelatihan yang maksimal, yaitu :

2. Kondisi Fisik kelas termasuk sarana pendukung yang memadai.

3. Waktu

4. Kondisi siswa secara fisik dan mental 5. Iklim/suasana kelas.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek waktu termasuk salah satu aspek penting dalam keberhasilan pelatihan, oleh karena itu waktu yang disediakan harus dapat memenuhi kebutuhan riil pelatihan.

2. Hubungan antara kurikulum dan kualitas peserta pelatihan

Untuk mengetahui apakah ada hubungan linier antara kurikulum dan Kualitas peserta pelatihan, dilakukan uji hipotesis.

H0 : Tidak ada hubungan linier antara kurikulum dengan Kualitas lulusan.

H1 : Ada hubungan linier antara kurikulum dengan Kualitas lulusan.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian angka t tabel, dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut :

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya adalah sebagai berikut:

Jika sig < 0,05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig > 0,05 maka pengaruh tidak signifikan.

Dengan taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan : DK = n – 2, atau 56 – 2 = 54, diperoleh angka t tabel sebesar 1,674.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 4,137 > t tabel sebesar 1,674 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linear antara kurikulum dengan Kualitas peserta pelatihan. Karena ada hubungan linier antara kedua variabel tersebut, maka variabel independen eksogen kurikulum mempengaruhi variabel endogen kualitas peserta pelatihan. Besarnya pengaruh kurikulum terhadap Kualitas lulusan dapat diketahui dari nilai koefisien Beta (dalam kolom Standardized Coefficient Beta) yaitu sebesar 37,4 %.

Pengaruh sebesar ini signifikan karena nilai signifikansi / probabilitas hasil perhitungan yang tertera dalam kolom Sig sebesar 0,000 < 0,05.

Dengan adanya hubungan yang linear antara kedua variabel diatas, maka teori yang menyatakan bahwa kurikulum sebagai proses yang terus berlangsung dan bertransformasi setiap saat dan berhubungan erat dengan kualitas peserta pelatihan dapat dibuktikan. Menurut Hasan (1988) kurikulum mempunyai beberapa aspek sebagai berikut :

A. Kurikulum sebagai ide

B. Kurikulum sebagai rencana ( perwujudan dari kurikulum sebagai ide ) C. Kurikulum sebagai suatu kegiatan dan implementasi kurikulum

(pelaksanaan dari kurikulum sebagai rencana tertulis).

D. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai kegiatan.

Ahli pendidikan lain seperti Wardiman (1998:32) menyebutkan bahwa pendidikan vokasi/pelatihan dikembangkan melihat adanya kebutuhan masyarakat akan pekerjaan. Peserta didik membutuhkan program yang dapat memberikan keterampilan, pengetahuan, sikap kerja, pengalaman, wawasan, dan jaringan yang dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pilihan kariernya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa para ahli setuju kurikulum mulai dari penyusunan sampai dengan implementasi harus mampu membangun keahlian

dan sikap mental yang baik dan berperan penting untuk mengarahkan peserta didik ke arah dan kualitas yang diinginkan.

3. Hubungan antara sarana dan prasarana dengan kualitas peserta Untuk mengetahui apakah ada hubungan linier antara sarana dan prasarana dan Kualitas lulusan, dilakukan uji hipotesis.

H0 : Tidak ada hubungan linier antara sarana dan prasarana dengan Kualitas lulusan.

H1 : Ada hubungan linier antara sarana dan prasarana dengan Kualitas lulusan.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian angka t tabel, dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut :

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya sebagai berikut:

Jika sig < 0,05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig > 0,05 maka pengaruh tidak signifikan.

Dengan taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan : DK = n – 2, atau 56 – 2 = 54, diperoleh angka t tabel sebesar 1,674

.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 6,446

> t tabel sebesar 1,674 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara sarana dan prasarana dengan Kualitas lulusan. Karena ada hubungan linier antara kedua variabel tersebut, maka variabel independen eksogen sarana dan prasarana mempengaruhi variabel endogen Kualitas lulusan.

Nilai koefisien Beta (dalam kolom Standardized Coefficient Beta) sebesar 48,3%

menunjukkan bahwa pengaruh sebesar ini signifikan karena nilai signifikansi / probabilitas hasil perhitungan yang tertera dalam kolom Sig sebesar 0,000 < 0,05.

Dengan diperolehnya hubungan yang signifikan antara sarana dan prasarana pelatihan dengan kualitas peserta pelatihan, maka dukungan sarana prasarana sangat penting, karena pelatihan dimulai dari transfer of knowledge sampai dengan praktek, untuk itu aspek sarana dan prasarana menentukan dalam peningkatan kualitas lulusan BBLKI Medan. Menurut Hadiwaratama (2005) hakikat pendidikan yang bersifat vokasi/pelatihan harus mengikuti proses:

(1) pengalihan ilmu (transfer of knowledge) atau penimbaan ilmu (acquisition of knowledge) melalui pembelajaran teori.

(2) pencernaan ilmu (digestion of knowledge) melalui tugas-tugas, pekerjaan rumah dan tutorial.

(3) pembuktian ilmu (validation of knowledge) melalui percobaan-percobaan laboratorium secara empiris atau visual.

(4) pengembangan keterampilan (skill development) melalui pekerjaan nyata di bengkel atau lapangan

Syahril (2005) berpendapat bahwa sarana prasarana merupakan unsur yang secara langsung menunjang atau digunakan dalam pelaksanaan suatu kegiatan, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar unsur tersebut dapat berbentuk meja, kursi, kapur, papan tulis, alat peraga, alat praktek, buku dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan sarana dan prasarana yang baik mutlak untuk menjamin keberhasilan pelatihan dan kualitas pesertanya.

6.4.2.4 Uji Determinasi R

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak, nilai R berkisar antara 0 sampai 1, bila nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, dan sebaliknya bila nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.

Untuk mengetahui besar pengaruh serentak dari ke-3 variabel bebas terhadap variabel terikat Y , dilakukan uji determinasi R2 dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 6.12 Hasil Uji Determinasi R

Model Summaryb Model

R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

a. Predictors: (Constant), sarana dan prasarana, Lama pelatihan, kurikulum

b. Dependent Variable: kualitas lulusan

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Tabel 6.16 memperlihatkan bahwa R-square = 0.847 dengan demikian besar pengaruh dapat dikalkulasikan dengan menggunakan rumus berikut :

R-square x 100% = 0.847x 100% = 84.7%

Hal ini berarti besar pengaruh serentak dari ke-3 variabel bebas terhadap variabel terikat Y adalah sebesar 84.7%. Angka ini menunjukkan bahwa 84,7%

kualitas lulusan BBLKI medan dapat diasumsikan dipengaruhi oleh ke-3 variabel bebas (kurikulum, durasi pelatihan, sarana dan prasarana pelatihan) sedangkan selebihnya 15.3% lainnya diasumsikan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

6.4.3 Analisa Regresi Berganda

Berdasarkan output tabel coefficient uji hipotesis ke-1 dan ke-2, maka persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut :

Tabel 6.13 Hasil Uji Regresi Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.133 1.640

Lama pelatihan .105 .039 .198

Kurikulum .348 .084 .374

sarana dan prasarana .467 .073 .483

Sumber : Data Penelitian, 2015 (data diolah)

Dari tabel 6.17 dapat disusun sebuah persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = a + b1X1 +b2X2 ++b3X3 + e

Y = -0.133 + 0.198X1+.374X2+0.483X3

Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda seperti yang tersaji diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel kurikulum, durasi pelatihan dan sarana prasarana pelatihan memberikan pengaruh yang positif terhadap kualitas lulusan BBLKI Medan.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kualitas peserta pelatihan di BBLKI Medan yang terdiri dari variabel kurikulum, lama (durasi) pelatihan dan sarana prasarana pelatihan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap mutu peserta pelatihan, maknanya bila ketiga faktor yang disebut diatas dapat dibenahi secara berkelanjutan dan konsisten maka kualitas peserta pelatihan akan meningkat dan daya serap pasar terhadap peserta pelatihan pada BBLKI Medan diharapkan akan bertambah pada masa yang akan datang.

1. Kualitas peserta pelatihan di BBLKI Medan yang terdiri dari variabel kurikulum, lama (durasi) pelatihan dan sarana prasarana pelatihan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap mutu peserta pelatihan, maknanya bila ketiga faktor yang disebut diatas dapat dibenahi secara berkelanjutan dan konsisten maka kualitas peserta pelatihan akan meningkat dan daya serap pasar terhadap peserta pelatihan pada BBLKI Medan diharapkan akan bertambah pada masa yang akan datang.