• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Penyerapan Tenaga Kerja

TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja

2. Pengertian Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha (BPS, 2007).

Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja

commit to user

maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Simanjuntak, 1985: 62). Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor perekonomian.

Menurut Handoko (dalam Ridha, 2008) penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Dalam dunia usaha tidaklah memungkinkan mempengaruhi kondisi tersebut, maka hanyalah pemerintah yang dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal. Sedangkan faktor internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah.

Sudarsono (dalam Tindaon dan Yusuf, 2009) menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja meupakan jumlah angkatan kerja yang bekerja yang tersedia di suatu daerah. Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi ileh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan barang-barang modal yaitu mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi.

commit to user

Dengan demikian apabila mengacu pada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang diminta unruk dipekerjakan. Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan.

Penyerapan tenaga kerja dapat diartikan secara luas yakni menyerap tenaga kerja dalam arti menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha. Lapangan usaha yang tersedia tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam kondisi yang siap pakai. Disinilah perlunya peranan pemerintah untuk mengatasi masalah kualitas tenaga kerja melaui pembangunan pendidikan, peningkatan kualitas tenaga kerja yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK, serta pelatihan keterampilan dan wawasan yang luas sehingga mempermudah proses penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan (Sukirno, 2007: 104).

Kaum Klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi keseimbangan tidak akan terjadi kelebihan maupun kekurangan permintaan. Kalaupun terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), misalnya pasokan lebih besar dari permintaan, kekurangan konsumsi atau terjadi pengangguran, maka keadaan ini dinilai oleh kaum klasik sebagai

commit to user

suatu invisible hand yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan.

Kaum Klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya, termasuk tenaga kerja akan digunakan secara penuh (full

employed). Dengan demikian di bawah sistem yang didasarkan pada

mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kalau tidak ada yang bekerja, daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, maka mereka bersedia bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah. Kesedian untuk bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah ini akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan mereka lebih banyak (Sukirno, 2007: 112).

Teori Say yang mengatakan bahwa “penawaran akan menciptakan permintaan sendiri” dikritik habis-habisan oleh Keynes sebagaisesuatu yang keliru. Dalam kenyataannya, demikian Keynes, biasanya permintaan lebih lebih kecil dari total produksi. Kalaupun kekurangan ini bisa dieliminir dengan menurunkan harga-harga, maka pendapatan tentu turun, dan sebagai akibatnya tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena konsumsi lebih kecil dari pendapatan berarti tidak semua produksi akan diserap masyarakat.

Kritik Keynes (1883-1946) yang lain termasuk system klasik yang juga sangat diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme penyesuaian (adjustment) otomatis yang menjamin bahwa

commit to user

perekonomian akan mencapai keseimbangan pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Hal ini sangat jelas dalam analisisnya tentang tenaga kerja (Todaro, 2000: 137).

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam posisi keseimbangan semua sumber daya, termasuk didalamnya sumber daya tenaga kerja, akan dimanfaatkan secara penuh (full

employed). Jika seandainya terjadi terjadi pengangguran, pemerintah tidak

perlu melakukan tindakan/kebijaksanaan apapun. Pandangan klasik ini tidak diterima oleh Keynes. Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataannya pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Dimanapun pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum klasik yang didasarkan pada pengandaian- pengandaian yang keliru dengan kenyataan kehidupan hidup sehari-hari.

Kalaupun tingkat upah diturunkan, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan akan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya harga. Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marginal labor yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan

commit to user

tenaga kerja akan turun. Jika penurunan dalam harga-harga tidak begitu besar, maka kurva nilai produktivitasnya hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva produktivitas marginal labor drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung jadi semakin kecil, dan pengangguran menjadi semakin luas (Sukirno, 2007: 152).