• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HUKUM PERSAINGAN

A. Gambaran Umum Persaingan Usaha

2. Pengertian Persaingan Usaha

Persaingan atau „competition’ dalam Bahasa Inggris oleh Webster didefinisikan sebagai “a struggle or contest between two or more persons for some objects”. Dalam memperhatikan terminology persaingan usaha tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap persaingan akan terdapat unsur dua pihak atau lebih yang terdapat dalam upaya saling mengungguli dan adanya kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang sama.47

Terdapat berbagai istilah yang dikenal dan sering digunakan untuk menunjuk instrumen hukum yang mengatur persaingan dan monopoli, yakni sebagai berikut48:

a. Hukum anti Monopoli atau Undang-undang Anti Monopoli (Antimonopoly Law) yang berisi ketentuan-ketentuan untuk menentang atau meniadakan monopoli

b. Hukum Antitrust atau Undang-undang Antitrust (Antitrust Law) secara hakiki istilah hukum anti monopoli. Keduanya dipakai untuk menunjuk ketentuan-ketentuan hukum yang ditujukan untuk meniadakan monopoli.

46 William J. Baumol dan Alan S Bliner, Economic, Principles and Policy, 3rd ed.

(Florida: Harcourt Brace Jovanovich Publisher Orlando, 1985) p.550 dalam Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks (Jakarta: GTZ, 2009), hlm. 13.

47 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 13.

48 Ibid, hlm. 30

c. Hukum Persaingan (Competition Law)

Hukum persaingan merupakan instrumen hukum yang menentukan tentang bagaimana persaingan itu harus dilakukan, yaitu mengatur sedemikian rupa sehingga tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli.

d. Hukum Praktik-Praktik Perdagangan Curang (Unfair Trade Practices Law) dimana istilah ini secara khusus memberi penekanan pada persaingan di bidang perdagangan.

e. Hukum Persaingan Sehat (Fair Competition Law), merupakan istilah yang memiliki pengertian yang sama dengan Competition Law.

Perbedaannya adalah secara sekilas istilah ini menegaskan bahwa yang ingin dijamin adalah persaingan yang sehat.

Dengan melihat istilah tersebut diatas, istilah-istilah tersebut pada dasarnya membahas tentang pencegahan atau peniadaan monopoli. Lalu membahas mengenai terjadinya persaingan yang sehat. Kemudian larangan persaingan yang tidak jujur. Istilah yang lebih sering digunakan adalah “hukum persaingan usaha” yang mencakup ketentuan-ketentuan anti monopoli maupun ketentuan persaingan dalam bidang usaha.

Persaingan sering dikonotasikan negatif yang berkorelasi dengan mementingkan kepentingan sendiri. Walaupun pada kenyataannya seorang manusia, apakah dalam kapasitasnya sebagai individual maupun anggota suatu organisasi, secara ekonomi tetap akan berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Alfred Marshal, seorang ekonom terkemuka sampai mengusulkan agar istilah persaingan digantikan dengan economic freedom

(kebebasan ekonomi) dalam menggambarkan atau mendukung tujuan positif dari proses persaingan.49

Kamus lengkap Ekonomi yang ditulis oleh Christoper Pass dan Bryan Lowes mengartikan Competition Law sebagai bagian dari perundang-undangan yang mengatur tentang monopoli, penggabungan dan pengambilalihan, perjanjijan perdagangan yang membatasi praktik anti persaingan.50 Dari pengertian diatas, Hermansyah menyimpulkan bahwa hukum persaingan usaha adalah seperangkat aturan hukum yang mengatur mengenai segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha, yang mencakup hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha.51

Adapun Black Law‟s Dictionary memberikan pengertian persaingan atau persaingan usaha sebagai the effort or action of two or more commercial interest to obtain the same business from third parties. Dengan memperhatikan terminologi „persaingan‟ di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap persaingan akan terdapat unsur-unsur yaitu adanya dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli dan ada kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang sama.52

Undang-undang No. 5/1999 memberikan pengertian persaingan usaha tidak sehat dalam pasal 1 angka 6 sebagai persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat

49 Ningrum Natasya Sirait (a), op. cit, hlm. 50.

50 Christoper Pass & Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, ed. 2, (Jakarta: Erlangga, 1994) dalam Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2008), hlm. 2

51 Hermansyah, op. cit, hlm. 2.

52 Arie Siswanto, op.cit, hlm. 13.

persaingan usaha. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan yang dilakukan dengan cara melawan hukum akan berimplikasi pada proses persaingan usaha secara sehat. Adapun menurut Elyta Ras Ginting, UU antimonopoli Indonesia mengacu pada Sherman Act. Sherman Act merupakan refleksi dari kehendak banyak kelompok kepentingan yang berbeda-beda, mulai dari petani, kaum populis, pengusaha kecil dan frontiersman yang menghendaki agar praktik bisnis tidak jujur dapat dihentikan.53

Dengan melihat pengertian persaingan usaha dari berbagai sudut padang diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya persaingan itu tidak seharusnya dikonotasikan dengan negatif. Karena persaingan merupakan kehendak alamiah setiap manusia dalam mencapai suatu keinginan atau nilai kebenaran yang dimiliki masing-masing individu. Pemerintah dalam menciptakan UU No. 5/1999 melihat pembukaan UUD NRI 1945 sebagai landasan yuridisnya.

Bahwa tujuan pembangunan nasional adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.54

Istilah keadilan dan kemakmuran pada dasarnya merupakan rangkaian kata yang menerangkan tentang kondisi kehidupan manusia yang dicita-citakan oleh setiap kelompok masyarakat manapun. Keadilan dan kemakmuran sangat erat kaitannya dengan proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia, baik yang berupa kebutuhan materiil maupun yang berupa kebutuhan spirituil. Dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia itu, keadilan mempunyai suatu konotasi

53 Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 90.

54 Naskah Pembukaan UUD NRI 1945.

terpenuhinya kebutuhan kehidupan manusia secara merata dalam arti merata karena jumlahnya sama atau merata karena proporsionalnya. Sedangkan kemakmuran mempunyai konotasi tercapainya kondisi kehidupan yang mencerminkan tidak adanya beban atau permasalahan baik materiil maupun spirituil.

Keadilan, pada dasarnya merupakan suatu nilai yang tertinggi di antara segala nilai yang ada dalam hubungan antar manusia dalam hidup bermasyarakat.55 Hal ini disebabkan karena keadilan itu merupakan suatu integrasi dari berbagai nilai kebijaksanaan (wisdom) yang telah, sedang dan akan selalu diusahakan di setiap waktu, untuk mencapai berbagai bidang dan masalah yang dihadapi, dimana semakin lama akan semakin meningkat, selaras dengan berkembangnya rasa keadilan dunia dan peradaban bangsa. Maka dengan kata lain keadilan itu sendiri dapat bersifat dinamis karena mengikuti perkembangan sosial dalam masyarakat. Terminologi diatas yang dijabarkan dari Pembukaan UUD NRI 1945 memiliki korelasi dengan arti dan tujuan dari persaingan usaha itu sendiri.

Dalam konteks Hukum Persaingan Usaha dapat dimaknai dengan dua bahasan kata, yakni hukum dan persaingan usaha. Upaya ini dimaksud agar dapat dibedakan antara hukum itu sendiri dengan persaingan usaha, agar dalam pembahasannya kemudian dapat dimengerti apa yang dimaksud hukum persaingan dalam berusaha.

55 Purnadi Purbacaraka & A. Ridwan Halim, Hak Milik Keadilan dan Kemakmuran:

Tinjauan Falsafah Hukum. Cetakan ke-2, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 24 dalam Parluhutan Sagala, Tesis: “Keberadaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Sebuah Kajian Yuridis dan Kelayakannya di Indonesia” (Depok: Universitas Indonesia, 1999), hlm. 65.

Untuk pengertian persaingan usaha telah diuraikan pada tulisan terdahulu.

Sedangkan pengertian hukum menurut Utrecht dalam bukunya Pengantar Dalam Hukum Indonesia mengemukakan “Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan oleh karena itu seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan”.

Dalam karya Caspar Rudolph Ritter von Jhering yang berjudul “Law As A Means to An End” berbicara tentang konsep hukum. Dimana beliau mengatakan peran hukum disini sebagai: “Law is not the end in itself; but merely a means to an end, the final end being the existence of society” yang artinya hukum bukanlah suatu tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan itu, yakni tujuan akhir dari eksistensi masyarakat manusia.56

Dengan menelaah pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hukum adalah suatu alat untuk mencapai suatu tujuan dari masyarakat untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mendapatkan gambaran mengenai hukum persaingan usaha, beberapa pendapat ahli mengenai pengertian hukum persaingan usaha perlu juga dikemukakan.

Arie Siswanto, mengemukakan bahwa hukum persaingan usaha (competition law) merupakan instrumen hukum yang menentukan tentang bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Meskipun secara khusus menekankan pada aspek “persaingan”, hukum persaingan juga berkaitan erat dengan pemberantasan monopoli, karena yang juga menjadi perhatian dari hukum

56 Herman Bakir, Filsafat Hukum: Tema-tema Fundamental Keadilan dari sisi Ajaran Fiat Justitia Ruat Caelum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm.173.

persaingan adalah mengatur persaingan sedemikian rupa sehingga ia tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli.57

Sedangkan Hermansyah berpendapat “yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha adalah seperangkat aturan hukum yang mengatur mengenai segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha, yang mencakup hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha.

Dengan memperhatikan pendapat para ahli diatas, bahwa semuanya bertumpu pada “aturan hukum yang dijadikan sebagai petunjuk atau perintah dan larangan yang mengatur agar terjalinnya tata tertib dalam masyarakat yang harus ditaati bersama”. Dalam kaitannya dengan hukum persaingan usaha, pendapat diatas bertalian dengan tiga hal pokok58:

a. Pencegahan atau peniadaan monopoli

b. Menjamin terjadinya persaingan yang sehat; dan c. Melarang persaingan yang tidak jujur.