• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Monopoli

Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dana atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.16 Istilah monopoli berasal dari Bahasa Inggris, yaitu monopoly dan istilah tersebut menurut sejarahnya berasal dari Bahasa Yunani, yakni “monos polein” yang berarti sendirian menjual. Kebiasaan masyarakat di Amerika menyebut monopoli sebagai “antitrust” untuk antimonopoly atau istilah

“dominasi” yang banyak digunakan oleh orang Eropa untuk menyebut istilah monopoli. Istilah monopoli harus dibedakan dengan istilah monopolis yang berarti orang yang menjual produknya secara sendirian (monopolist).17

Pengertian monopoli secara umum adalah jika ada satu pelaku usaha (penjual) ternyata merupakan satu-satunya penjual bagi produk barang dan jasa tertentu, dan pada pasar tersebut tidak terdapat produk substitusi (pengganti).

Akan tetapi karena perkembangan jaman, maka jumlah satu (dalam kalimat satu-satunya) kurang relevan dengan kondisi riil di lapangan, karena ternyata banyak pelaku usaha industri yang terdiri dari lebih dari satu perusahaan mempunyai perilaku seperti monopoli. Berdasarkan kamus Ekonomi Collins yang dimaksud dengan monopoli adalah: 18

16 UU No. 5/1999, op. cit, Pasal 1 angka 1.

17 Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usahaa Antara Teks & Konteks deutch gesellschaft fur technische zusammenarbeit (GTZ), 2009, hlm. 127.

18 Ibid, hlm. 128.

“Salah satu jenis struktur pasar yang mempunyai sifat-sifat, bahwa satu perusahaan dengan banyak pembeli, kurangnya produk substitusi atau pengganti serta adanya pemblokiran pasar (barrier to entry) yang tidak dapat dimasuki oleh pelaku usaha lainnya”.

Selain itu, Black’s Law Dictionary memberikan definisi tentang monopoli dari segi yuridis sebagai berikut:

“Monopoly is a privilege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies, consisting in the exclusive right (or power) to carry out on a particular business or trade, manufacture a particular article, or control the sale of the whole supply of a particular commodity.”

2. Praktek Monopoli

Selain definisi monopoli, undang-undang juga memberi perngertian dari praktek monopoli, yaitu pemusatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.19 Dari penjabaran pasal 1 angka 2 ini dapat dinilai bahwa perbuatan praktek monopoli tersebut memiliki indikasi seperti halnya pemusatan kekuatan ekonomi dimana pemusatan tersebut dapat dilakukan oleh satu atau lebih pelaku usaha ekonomi yang menimbulkan perbuatan persaingan usaha tidak sehat hingga merugikan kepentingan umum.

3. Pelaku Usaha

Istilah pelaku usaha terdapat juga dalam UU No. 5/1999. Dimana pasal 1 angka 5 menjelaskan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

19 UU No. 5/1999, op. cit, pasal 1 angka 2.

negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

Klasifikasi menurut sistematik undang-undang terhadap subyek hukum yang melakukan kegiatan usaha, yaitu apakah yang bersangkutan dianggap perorangan atau badan hukum, tidak berpengaruh disini. Ini nyata dalam formulasi undang-undang tersebut melalui kalimat “orang perorangan atau badan usaha”.

Pengecualian hanya terdapat dalam Pasal 50 Huruf I UU No. 5/1999, yang mengecualikan usaha koperasi dari jangkauan undang-undang, sepanjang kegiatan koperasi tersebut secara khusus bertujuan untuk melayani anggotanya.

Pengecualian tersebut tidak bermaksud mengecualikan sama sekali koperasi dari jangkauan UU No. 5/1999, akan tetapi hanya apabila kegiatannya bertujuan mengabdi kepada kesejahteraan umum anggotanya, yaitu apabila terdapat upaya pengembangan koperasi terhadap anggotanya.20

4. Persaingan usaha tidak sehat

Ketentuan ini terdapat pada Pasal 1 angka 6 UU No. 5/1999 yang menjabarkan pengertian persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Menurut sistematik Pasal 1 angka 6 UU No.

5/1999, persaingan usaha tidak sehat ditandai tiga alternatif kriteria, yaitu21:

20 Knud Hansen dkk, Undang-undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Jakarta: Deutsche gesellschaft für technische zusammenarbeit (GTZ), 2002), hlm. 50.

21 Ibid, hlm. 61.

a. Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara tidak jujur, b. Melawan hukum dan

c. Menghambat persaingan usaha.

5. Pasar Bersangkutan

Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut.22 Pengertian pasar bersangkutan berdasarkan Pasal 1 angka 10 diatas menekankan pada konteks horizontal yang menjelaskan posisi pelaku usaha beserta pesaingnya. Cakupan pasar bersangkutan dalam UU No. 5/1999 dapat dikategorikan dalam dua perspektif, yaitu pasar berdasarkan geografis dan pasar berdasarkan produk. Pasar berdasarkan cakupan geografis terkait dengan jangkauan dan/atau daerah pemasaran. Sementara, pasar berdasarkan produk terkait dengan kesamaan, atau kesejenisan dan/atau tingkat substitusinya.23

Definisi istilah “pasar bersangkutan” berdasarkan Pasal 2 I Huruf c UNCTAD Model Law: “Pasar bersangkutan” menunjuk kepada sektor perdagangan yang mengalami hambatan persaingan usaha dan menunjuk kepada daerah geografis pasar bersangkutan, didefinisikan agar meliputi semua barang dan jasa yang dapat mensubstitusi, serta semua pesaing di daerah berdekatan yang

22 UU No. 5/1999, op. cit, Pasal 1 angka 10.

23 Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2009 tentang pedoman penerapan pasal 1 angka 10 tentang pasar bersangkutan berdasarkan undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

dapat dihubungi pembeli apabila hambatan atau penyalahgunaan tersebut mengakibatkan kenaikan harga yang berarti”.24

6. Penguasaan Pasar

Penguasaan pasar merupakan keinginan dari sebagian besar pelaku usaha, karena melalui penguasaan pasar pelaku usaha dapat mewujudkan efisiensi biaya atau menjamin pasokan bahan baku atau produk untuk mencapai skala ekonomi.

Dalam UU No.5/1999 terdapat bentuk kegiatan yang dilarang yaitu penguasaan pasar. Namun, UU No.5/1999 tidak menentukan pengertian penguasaan pasar, namun demikian penguasaan pasar ini adalah kegiatan yang dilarang karena dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha yang tidak sehat, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 UU No.5/1999. Di samping dilarangnya penguasaan pasar yang besar oleh satu atau sebagian kecil pelaku usaha pasar, juga dilarang penguasaan pasar secara tidak adil, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau praktik persaingan usaha tidak sehat.25