• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengkajian Pengaruh Muatan RTRW

Dalam dokumen KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (Halaman 97-100)

BAB V PENGKAJIAN PENGARUH 80

5.1.2 Pengkajian Pengaruh Muatan RTRW

Pada Bab III telah dijelaskan bahwa proses penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten Aceh Tenggara sudah memperhatikan arahan penataan ruang kabupaten sebagaimana dimuat di dalam Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, terutama konsistensi rumusan tujuan penataan ruang dengan rumusan kebijakan penataan ruang dan konsistensi antara makna kebijakan tata ruang dengan muatan rencana tata ruang yang mencakup rencana struktur ruang, pola ruang dan usul pengembangan kawasan strategis kabupaten.

Tata letak Kabupaten Aceh Tenggara yang sebagian terdiri dari Kawasan Ekosistem Leuser dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sangat mempengaruhi keberlanjutan pembangunan wilayah ini. Sehubungan dengan itu,konsistensi kebijakan tata ruang Kabupaten Aceh Tenggara dengan rencana tata ruang tercermin pada keberpihakan kebijakan dan rencana tata ruang terhadap perlindungan dan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser dan TNGL.

Dalam bagian ini akan dijelaskan secara berjenjang (tiering) implikasi rencana tata ruang (rencana struktur ruang dan rencana pola ruang) dan implikasi program perwujudan ruang.Implikasi rencana tata ruang dimaksud, selain dikaitkan dengan isu strategis KLHS, juga potensi implikasinya terhadap Kawasan Ekosistem Leuser dan TNGL sebagai sistem penopang kehidupan yang sangat penting bagi kabupaten di sekitarnya. Beberapa jasa lingkungan yang nyata seperti sebagai pencegah banjir dan erosi, penyuplai air untuk pertanian, industri, kebutuhan sehari-hari masyarakat dan keindahan alam (dapat dikembangkan untuk pariwisata). Selain itu, Ekosistem Leuser juga memiliki

87 fungsi penting dalam pengaturan iklim lokal yang berkontribusi pada pencegahan pemasan global, karena diperkirakan sekitar 1,5 milyar ton karbon terkandung di hutan ini.

Sebelum kajian pengaruh dari masing-masing program yang telah diidentifikasi berpengaruh terhadap isu strategis seperti yang sudah dibahas dalam Bab III, berikut adalah rangkuman dari implikasi rencana tata ruang di Kabupaten Aceh Tenggara :

1. Implikasi Rencana Struktur Tata Ruang

Pada Bab II telah dijelaskan hasil identifikasi muatan program perwujudan ruang, mencakup sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Implikasi penetapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yakni Kota Kutacane yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten dan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yakni kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa kute/desa pada dasarnya tidak menimbulkan degradasi lingkungan yang menghawatirkan.

Di dalam dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Aceh telah dinyatakan bahwa kota Kutacane sebagai Pusat Kegiatan Lokal Kabupaten Aceh Tenggara dikembangkan sebagai kota kecil. Untuk membantu pelayanan wilayah perdesaan kabupaten sebagian fungsi ibu kota kabupaten diarahkan ke beberapa Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Untuk keperluan tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara akan mengembangkan 5 PPK dalam satu kesatuan sistem jejaring, yakni: 1) PPK Kuta Tengah di Kecamatan Lawe Sigala-gala; 2) PPK Simpang Semadam di Kecamatan Semadam; 3) PPK Kuta Lang-Lang di Kecamatan Bambel; 4) PPK Purwodadi di Kecamatan Badar; dan 5) PPK Lawe Beringin di Kecamatan Ketambe.

Lima PPK ini sudah berwujud kawasan terbangun (developed area), hanya saja perlu didukung dengan prasarana kota, terutama peningkatan jejaring prasarana pergerakan, prasarana drainase dan prasarana sanitasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program pengembangan pusat pelayanan ini akan sangat bermanfaat bagi penduduk Kabupaten Aceh Tenggara, sedangkan mitigasi dan penanggulangan dampak negatif akibat pengembangannya dapat

88 dikendalikan melalui pembangunan prasarana kota dan fasilitas umum sebagaimana sudah dicantumkan pada lampiran RTRW Kabupaten Aceh Tenggara.

2. Implikasi Rencana Pola Ruang

Menindaklanjuti kebijakan dan strategi penataan ruang serta mengacu ke pedoman penyusunan rencana tata ruang kabupaten, Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara sudah menetapkan rencana pola ruang fungsional, yang mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya sesuai dengan nomenklatur peruntukan yang baku. Sebagaimana dikemukakan di dalam laporan perencanaan tata ruang, bahwa pembangunan wilayah Kabupaten Aceh Tenggara ke masa yang akan datang merupakan pengembangan lanjutan dari keadaan yang telah berlangsung selama ini, bukan membangun kota-kota baru.

Pola ruang yang direncanakan diharapkan sinergi dengan sistem pusat yang direncanakan dan pada tingkat selanjutnya meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Terkait dengan rencana pola ruang sebagaimana banyak didiskusikan sejak awal pelaksanaan KLHS ini, yakni pengembangan peruntukan permukiman perdesaan, terutama enklave permukiman perdesaan yang terbangun dan atau melebar ke kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Kawasan Hutan Lindung.

Implikasi perluasan pola ruang ini akan mendorong berlangsungnya degradasi kawasan Taman Nasional dan Kawasan Lindung.

Sehubungan dengan itu sangat perlu dicari bentuk-bentuk mitigasi dampak permukiman di kawasan hutan ini.

3. Implikasi Rencana Pengembangan Kawasan Strategis

Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara menetapkan Ekosistem Leuser yang meliputi Kecamatan Babul Rahmah, Lawe Alas, Tanoh Alas, Darul Hasanah dan Ketambe sebagai lokasi kawasan strategis, yakni kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena memiliki pengaruh sangat penting dalam proses pengembangan ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis dimaksud adalah:

89

 Kawasan strategis berdasarkan Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, yakni:

- Kawasan Strategis Perkotaan Kutacane untuk pengembangan ekonomi;

- Kawasan Strategis Agropolitan desa Tanjung Lama Kecamatan Darul Hasanah untuk komoditi utama kakao dan buah-buahan;

- Kawasan Strategis Minapolitan perikanan darat desa Lawe Pangkat Kecamatan Deleng Pokhkisen dan

- Kawasan Strategis Minapolitan perikanan darat desa Kutambaru Kecamatan Lawe Bulan.

 Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya serta daya dukung lingkungan, yakni Kawasan Strategis Wisata Alam Ketambe di Kecamatan Ketambe.

Sebagaimana dinyatakan di dalam pertimbangan penetapan kawasan strategis, pertimbangan penetapan kawasan strategis adalah pemilihan kawasan yang akan mendapat prioritas penataan ruang karena kawasan tersebut memiliki pengaruh penting terhadap ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup wilayah kabupaten.

Apabila diperhatikan tata letak dan kondisi lingkungan sekitar lokasi-lokasi kawasan strategis dimaksud dapat dikatakan bahwa dampak negatif akibat pengembangan kawasan-kawasan tersebut relatif dapat ditekan, selama pemanfaatan ruang di dalam kawasan-kawasan tersebut dikembangkan oleh komunitas masyarakat setempat, bukan oleh pemodal baru yang datang dari luar kecamatan. Dengan kata lain, perlu ditegaskan kembali bahwa pengembangan kawasan-kawasan ini sebagai kawasan strategis kabupaten Aceh Tenggara harus menjamin peningkatan nilai tambah tata guna lahan akibat prioritas penataan ruang harus diutamakan bagi penduduk setempat, bukan dalam rangka difersifikasi usaha para pemodal yang datang dari luar kecamatan.

Dalam dokumen KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (Halaman 97-100)