PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGGARA PROVINSI ACEH
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 – 2O32 (QANUN No. 1 TAHUN 2013)
September 2014
KATA PENGANTAR
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Undang-undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) memuat diantaranya klausul mengenai Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai salah satu instrumen dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Di dalam UUPPLH ini diamanatkan bahwa penyusunan KLHS merupakan hal yang wajib pada setiap penyusunan dokumen perencanaan, diantaranya dalam penyusunan RTRW.
Petunjuk teknis pelaksanaannya saat ini salah satunya diatur melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 09/2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Dengan dasar hukum yang demikian Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara menyelenggarakan penyusunan dokumen KLHS untuk RTRW Kabupaten Aceh Tenggara. Proses penyusunan dokumen KLHS ini dimulai sejak bulan Januari tahun 2013 dan pendokumentasian atau penyusunan laporan ini dilakukan pada bulan Agustus 2014. Penyusunan KLHS ini dimaksudkan tidak saja sebagai memenuhi prasyarat undang-undang tersebut diatas, melainkan juga sebagai salah satu bentuk periksa perbaikan proses penyusunan RTRW di Kabupaten Aceh Tenggara.
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggara dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih, utamanya kepada kepada para pihak yang mendukung penyelenggaraan penyusunan KLHS ini diantaranya kepada USAID dengan Programnya Indonesia Forest and Climate Support (IFACS) dan Tim Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD) serta pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kutacane, September 2014
Tim KLHS Kabupaten Aceh Tenggara
Daftar Isi
KATA PENGANTAR Daftar Isi
Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Singkatan
BAB I PENDAHULUAN………. 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Pelaksanaan KLHS ... 3
1.3 Waktu Pelaksanaan KLHS ... 4
1.4 Muatan Kajian KLHS ... 5
1.5 Strategi Pembangunan Emisi Rendah (SPER) ... 6
BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN dan LINGKUP PERENCANAAN TATA RUANG……… 7
2.1 Tata Letak, Fisiografi, Demografi dan Sosial Budaya ... 7
2.1.1 Tata Letak. ... 7
2.1.2 Pemerintahan ... 8
2.1.3 Fisiografi ... 9
2.1.4 Demografi dan Sosial Budaya ... 14
2.2 Tinjauan Singkat Materi Teknis RTRW ... 18
2.2.1 Kedudukan dan Proses Penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara ... 18
2.2.2 Iktisar Materi Rencana Tata Ruang Kabupaten Aceh Tenggara ... 19
BAB III PROSES DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KLHS……….. 42
3.1 Persiapan Pelaksanaan KLHS ... 42
3.2 Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya ... 43
3.2.1 Prinsip Partisipatif ... 43
3.2.2 Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya ... 43
3.2.3 Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya dalam
KLHS untuk RTRW Kabupaten Aceh Tenggara ... 45
3.2.4 Komunikasi dan Negoisasi Dalam KLHS ... 47
3.3 Identifikasi Isu Strategis ... 47
3.4 Identifikasi Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara ... 48
3.5 Integrasi Hasil KLHS ... 48
3.6 Proses Pengambilan Keputusan ... 48
3.7 Dokumentasi dan Penjaminan Mutu ... 49
3.7.1 Dokumentasi ... 49
3.7.2 Penjaminan Mutu ... 49
BAB IV ISU STRATEGIS DAN ANALISIS DATA DASAR (BASELINE ANALYSIS)……… 51
4.1 Pelingkupan Isu Strategis KLHS... 51
4.2 Analisis Data Dasar (Baseline Analysis)... 52
4.2.1 Isu Strategis Terkait Perubahan Penggunaan Lahan (Isu 1, 2 dan 3)... 56
4.2.2 Isu Strategis 4: Potensi Bencana Alam Tinggi ... 76
4.2.3 Isu Strategis 5: Pelayanan Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah.78 4.2.4 Isu Strategis 6: Belum Adanya Sanitasi di Kecamatan dan Perkotaan ... 79
BAB V PENGKAJIAN PENGARUH 80 5.1 Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara ... 80
5.1.1 Identifikasi Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara Terhadap Isu Strategis ... 80
5.1.2 Pengkajian Pengaruh Muatan RTRW ... 86
5.1.3 Implikasi dan Mitigasi Program Prioritas Perwujudan Ruang ... 89
5.1.4 Rekomendasi... 115
5.2 Gagasan Rencana Jalan Tembus/Jalan Lintas Lawe Kinga (Kutacane) - Langkat ... 122
5.2.1 Pembahasan Singkat KLHS untuk Gagasan Rencana Jalan Tembus/Jalan Lintas Lawe Kinga (Kutacane) - Langkat ... 125
5.2.2 Rekomendasi KLHS untuk Gagasan Rencana Jalan Tembus/Jalan
Lintas Lawe Kinga (Kutacane) - Langkat ... 127
BAB VI STRATEGI PEMBANGUNAN EMISI RENDAH (SPER) 129 7.1 Ringkasan Hasil Analisa Emisi ... 130
7.2 Strategi Pembangunan Emisi Rendah Kabupaten Aceh Tenggara ... 132
BAB VII KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT 133 7.1. Kesimpulan ... 133
7.2. Tindak Lanjut ... 134
Daftar Pustaka……….. 135
Daftar Lampiran……….. 136
Daftar Tabel
Tabel 1: Pelaksanaan Kegiatan KLHS ... 4 Tabel 2: Luas Wilayah dan Jumlah Desa Kabupaten Aceh Tenggara ... 7 Tabel 3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 15 Tabel 4: Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara Tahun
2012-2032 ... 22 Tabel 5: Telaah Konsistensi Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Kabupaten Aceh Tenggara ... 34 Tabel 6: Kebijakan Tata Ruang Provinsi Aceh dengan Kebijakan Tata Ruang
Kabupaten Aceh Tenggara ... 37 Tabel 7: Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Pada
Penyusunan KLHS... 44 Tabel 8: Pelibatan Pemangku Kepentingan Pada Penyusunan KLHS
Kabupaten Aceh Tenggara ... 46 Tabel 9: PDRB Kabupaten Aceh Tenggara Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Berlaku ... 56 Tabel 10: Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara ... 57 Tabel 11: Tutupan Hutan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) tahun 2006 -
2009 ... 59 Tabel 12: Perubahan Alih Fungsi Hutan Lindung Menjadi Areal Penggunaan
Lain di Kabupaten Aceh Tenggara... 66 Tabel 13: Penggunaan Tanah Area Penggunaan Lain (APL) di Kawasan
Lindung ... 69 Tabel 14: Usulan Perubahan Pola Ruang Kawasan Lindung (Hutan Lindung
dan TNGL) ... 73 Tabel 15: Identifikasi Keterkaitan Program Struktur Ruang RTRW dengan Isu
Strategis ... 81 Tabel 16: Identifikasi Keterkaitan Program Pola Ruang RTRW dengan Isu
Strategis ... 82 Tabel 17: Lokasi Sungai-sungai di Kabupaten Aceh Tenggara Menurut Desa
dan Kecamatan... 103
Tabel 18: Rekomendasi Mitigasi Terhadap Pelaksanaan Muatan Program
Struktur Ruang RTRW ... 115 Tabel 19: Rekomendasi Mitigasi Terhadap Pelaksanaan Muatan Program
Pola Ruang RTRW ... 117 Tabel 20. Telaah Pengaruh Program PPL, Jalan tembus Kutacane Langkat
dan Pengembangan Kawasan Strategis………. 126
Daftar Gambar
Gambar 1: Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Tenggara ... 8
Gambar 2: Kondisi Topografi Kabupaten Aceh Tenggara ... 11
Gambar 3: Kondisi Jenis Tanah Kabupaten Aceh Tenggara ... 12
Gambar 4: Peta Batas Administratif Taman Nasional Gunung Leuser ... 13
Gambar 5: Distribusi Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara ... 16
Gambar 6: Kedudukan RTRW Kabupaten Dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ... 19
Gambar 7: Proses dan Prosedur Umum Penyusunan RTRW Kabupaten ... 20
Gambar 8. Jenjang Materi yang Akan Ditelaah Dengan KLHS ... 21
Gambar 9: Kerangka Keterkaitan Isu Strategis Perubahan Penggunaan Lahan ... 55
Gambar 10: Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara ... 57
Gambar 11: Lokasi Areal Penggunaan Lain di Kawasan Hutan Lindung dan TNGL ... 60
Gambar 12: APL Pada Kawasan Lindung di Kecamatan Lawe Alas Tahun 2011 ... 61
Gambar 13: APL Pada Kawasan Lindung di Kecamatan Babul Rahmah Tahun 2011 ... 61
Gambar 14: APL Pada Kawasan Lindung di Kecamatan Tanoh Alos Tahun 2011 ... 62
Gambar 15: APL Pada Kawasan Lindung di Kec. Darul Hasanah Tahun 2011 ... 62
Gambar 16: APL Pada Kawasan Lindung di Kecamatan Leuser Tahun 2011 ... 63
Gambar 17: APL Pada Kawasan Lindung di Kec. Babul Makmur Tahun 2011 ... 63
Gambar 18: APL Pada Kawasan Lindung di Kec. Bukit Tusam Tahun 2011 ... 64
Gambar 19: APL Pada Kawasan Lindung di Kec. Daleng Pokhisen Tahun 201164 Gambar 20: APL Pada Kawasan Lindung di Kecamatan Badar Tahun 2011 ... 65
Gambar 21: APL Pada Kawasan Lindung di Kecamatan Ketambe Tahun 2011 . 65 Gambar 22: Peta Perbandingan Tutupan Lahan Tahun 2000 Dengan Tahun 2011 ... 68
Gambar 23: Kerangka Analisis Kecenderungan Isu Strategis Perubahan
Penggunaan Lahan ... 72 Gambar 24: Kegiatan Peningkatan Jalan Nasional Kutacane-Gayo Lues ... 91 Gambar 25: Peta Jaringan Jalan Nasional di Kabupaten Aceh Tenggara ... 91 Gambar 27: Peta Jaringan Jalan Kabupaten Lintas Barat dan Lintas Timur di
Kabupaten Aceh Tenggara ... 93 Gambar 28: Peta Jaringan Jalan Kolektor Primer Kute Bakti – Dusun Pak-Pak
di Kecamatan Babul Makmur ... 94 Gambar 29: Peta Jaringan Jalan Lokal Mbraung Sedane – Lumban Tua – Alas
di Kabupaten Aceh Tenggara ... 96 Gambar 30: Luasan Areal Penggunaan Lain di Kawasan Lindung Kabupaten
Aceh Tenggara Bagian Utara Sejak Tahun 2000 Hingga Tahun 2011 ... 98 Gambar 31: Luasan Areal Penggunaan Lain di Kawasan Lindung Kabupaten
Aceh Tenggara Bagian Selatan Sejak Tahun 2000 Hingga Tahun 2011 ... 98 Gambar 32: Lokasi Deforestasi di Kaki Perbukitan TNGL yang Dimanfaatkan
Sebagai Kebun Jagung dan Sayur Mayur. ... 100 Gambar 33: Lokasi Pertanian di Dalam Garis Sempadan Sungai ... 102 Gambar 34: Dataran Banjir Sungai Lawe Alas dimanfaatkan Penduduk
Sebagai Lahan Pertanian ... 103 Gambar 35: Jaringan dan Wilayah Rawan Bencana di Kabupaten Aceh
Tenggara ... 105 Gambar 36: Komoditas Perkebunan yang Dapat Dikembangkan di
Kabupaten Aceh Tenggara ... 110 Gambar 37: Lahan Kebun Camburan Penduduk di Desa Piku Kecamatan
Darul Hasanah.. ………112 Gambar 38: Lokasi Pembangunan Infrastruktur Perkebunan di Kabupaten
Aceh Tenggara ... 113 Gambar 39: Rencana Ruas Jalan Kutacane – Bohorok (Langkat) ... 125
Daftar Singkatan
AMDAL : Analisis Dampak Lingkungan
BB TNGL : Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BPS : Badan Pusat Statistik
Ditjen : Direktorat Jenderal
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah HP : Hutan Produksi
HPH : Hak Pengusahaan Hutan HPT : Hutan Produksi Terbatas
IFACS : Indonesia Forest and Climate Support IPM : Indeks Pembangunan Manusia
KEL : Kawasan Ekosistem Leuser Kepmen : Keputusan Menteri
KLN : Kawasan Lindung Nasional
KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KRP : Kebijakan, Rencana, dan/atau Program KSK : Kawasan Strategis Kabupaten
LH : Lingkungan Hidup Permen : Peraturan Menteri PKL : Pusat Kegiatan Lokal
PKLp : Pusat Kegiatan Lokal Promosi PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air PNS : Pegawai Negeri Sipil
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RKP : Rencana Kerja Pemerintah
RPJM/D : Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Daerah RPJP/D : Rencana Pembangunan Jangka Panjang/Daerah
RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi SARA : Suku, Agama dan Ras
SK : Surat Keputusan
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPK : Satuan Kerja Perangkat Kabupaten SLHD : Status Lingkungan Hidup Daerah SPER : Strategi Pembangunan Emisi Rendah TNGL : Taman Nasional Gunung Leuser
UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
USAID : United State Agency International Development
UUPPLH : Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
YIPD : Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah lingkungan hidup semakin menjadi isu penting di seluruh pelosok Indonesia, bahkan di tingkat global. Pencegahan timbulnya dampak negatif terhadap kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi semakin mendesak. Penanggulangan dan pengendalian dampak negatif terhadap lingkungan hidup serta isu pembangunan keberlanjutan tidak cukup dan kurang efektif jika dilakukan pada tingkat proyek. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup akan lebih efektif dicegah bila sejak proses formulasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) telah dipertimbangkan masalah lingkungan hidup dan ancaman terhadap keberlanjutannya. Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menetapkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS dalam penyusunan atau evaluasi daripada rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; serta kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.
Dalam rangka memenuhi UU 32/2009 tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara melakukan KLHS atas RTRW 2012 – 2032 yang telah disusun. Pada saat mulai dilakukan penyusunan KLHS ini, Qanun untuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten telah mendapatkan rekomendasi Gubernur dan persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan Umum melalui Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) dan sedang dalam proses untuk disahkan. Pada akhir tahun 2013, draft RTRW tersebut telah mendapat persetujuan DPRK dan menjadi Qanun.
Hasil KLHS berupa rekomendasi dan mitigasi yang diperlukan berdasarkan hasil analisis akan diintegrasikan ke dalam revisi 5 tahunan RTRW Aceh Tenggara untuk menyempurnakannya. Selain itu, rekomendasi dan mitigasi KLHS akan dilegalkan dalam pekerjaan ini mengikuti peraturan perundang- undangan yang berlaku, dan juga mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah
2 Nasional dan Provinsi). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten akan disajikan untuk konsultasi publik / pemangku kepentingan untuk disepakati.
Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan dan dirujuk dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
a. Undang Undang No. 32/2010 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. Undang Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang
c. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
d. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008
e. Undang Undang No. 41/1999 tentang Kehutanan
f. Peraturan Pemerintah No. 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
g. Peraturan Pemerintah No. 8/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
h. Peraturan Pemerintah No. 44/2004 tentang Perencanaan Kehutanan
i. Peraturan Pemerintah No. 10/2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
j. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.9/2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis
k. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah.
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.16/PRT/M/2009 tentang PedomanPenyusunanRTRW-Kabupaten
m. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 /2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
KLHS yang dilakukan mencakup kegiatan berikut:
1. Persiapan Pelaksanaan KLHS
2. Pengkajian Pengaruh RTRW Kabupaten
3 i. Identifikasi dan Pelibatan Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan Lainnya
ii. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan iii. Identifikasi Muatan RTRW Kabupaten
iv. Telaahan Pengaruh RTRW terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Kabupaten
3. Perumusan Alternatif Penyempurnaan RTRW Kabupaten
4. Rekomendasi Perbaikan RTRW dan Pengintegrasian Hasil KLHS 5. Dokumentasi KLHS dan Akses Publik.
KLHS menurut Undang-Undang No. 32/2009 adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Peraturan Menteri Negera Lingkungan Hidup No. 09/2011 memberikan Pedoman Umum tentang KLHS, sedangkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67/2012 memberikan Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah.
Proses-proses KLHS dilaksanakan oleh Tim KLHS yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara. Tim KLHS beranggotakan personil- personil dari Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) yang terkait dan anggota-anggota forum lintas pemangku kepentingan. Dalam proses implementasinya, Tim KLHS memperoleh dukungan pendampingan teknis dari USAID IFACS. Dukungan ini di realisasikan dengan membentuk sebuah tim fasilitator yang bekerjasama dengan Yayasan Inovasi Pemerintah Daerah (YIPD), untuk memberikan pelatihan dan memandu proses lokakarya.
1.2 Tujuan Pelaksanaan KLHS Tujuan pelaksanaan KLHS adalah:
1. Memastikan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan telah dimasukkan dalam proses penyusunan RTRW beserta Rencana Rincinya
2. Meningkatkan kualitas RTRW beserta Rencana Rincinya sebagai upaya meminimalkan potensi pengaruh negatif dan/atau risiko pelaksanaannya terhadap kondisi lingkungan hidup.
4 Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9/2011 terdapat tiga nilai penting dalam penyelenggaraan KLHS yang mencerminkan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu keterkaitan, keseimbangan dan keadilan. Keterkaitan dimaksudkan agar penyelenggaraan KLHS menghasilkan kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan keterkaitan antar sektor, antar wilayah, dan global-lokal.
Nilai ini juga bermakna holistik dengan adanya keterkaitan analisis antar komponen fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi. Keseimbangan bermakna agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai keseimbangan antar kepentingan, seperti antara kepentingan sosial-ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup, kepentingan jangka pendek dan jangka panjang dan kepentingan pembangunan pusat dan daerah. Keadilan dimaksudkan agar penyelenggaraan KLHS menghasilkan kebijakan, rencana dan/atau program yang tidak mengakibatkan marjinalisasi sekelompok atau golongan tertentu masyarakat karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber- sumber alam, modal atau pengetahuan.
1.3 Waktu Pelaksanaan KLHS
Jangka waktu pelaksanaan KLHS dimulai sejak bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 (Tabel 1). Kegiatan tersebut meliputi tahap pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) terhadap kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Aceh Tenggara. Hingga bulan Januari 2014 telah menyelesaikan penyusunan dan penyampaian rekomendasi perbaikan RTRWK yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Tabel 1: Pelaksanaan Kegiatan KLHS
No Kegiatan Jadwal
Pelaksanaan 1 Pengkajian Pengaruh RTRW
1) Perancangan Proses KLHS 16 Januari 2013 2) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
November 2012 3) Identifikasi Isu Strategis 26 – 27 Maret 2013
5
No Kegiatan Jadwal
Pelaksanaan 4) Pelingkupan Isu Strategis 4 Juni 2013
5) Analisis Data Dasar 5 Juni 2013 dan
11 September 2013 6) Identifikasi Muatan RTRW 12 – 13 September dan
12 November 2013
7) Telaah Muatan RTRW 13 November 2013
2 Perumusan Alternatif, Mitigasi dan Rekomendasi 18 – 20 November 2013
3 Pendokumentasian Januari 2014
4 Lokakarya Integrasi Hasil KLHS 24-26 Juni 2014
5 Konsultasi Publik Hasil KLHS 30 Agustus 2014
1.4 Muatan Kajian KLHS
Dalam melakukan kajian pengaruh untuk menentukan implikasi dari program yang ada dalam RTRW, perlu ditentukan aspek yang menjadi pendasaran kajian. Dalam Pasal 16 UU 32/2009 disebutkan 6 aspek muatan yang dapat digunakan dalam melakukan kajian pengaruh antara lain 1) kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan; 2) perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; 3) kinerja layanan/jasa ekosistem; 4) efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; 5) tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan 6) tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Dari ke-6 aspek muatan tersebut, KLHS Kabupaten Aceh Tenggara menggunakan 2 aspek sebagai pertimbangan utama yaitu 1) perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; serta 2) kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan. Pengaruh program tata ruang misalnya dikaji dampak dan risikonya dengan memperkirakan kemungkinan perubahan ekosistem yang terjadi jika program dilaksanakan. Untuk daya dukung misalnya, kajian memperhatikan kemampuan ekosistem di mana program direncanakan dengan mempertimbangkan kemampuan lingkungan mendukung kehidupan masyarakat lokal dan mahluk lain jika program dilaksanakan. Selain kedua aspek tersebut, ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati juga menjadi aspek yang diperhatikan dalam mengkaji pengaruh muatan RTRW mengingat keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadi salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati yang terbesar di dunia.
6
1.5 Strategi Pembangunan Emisi Rendah (SPER)
Strategi Pembangunan Emisi Rendah (SPER) atau Low Emission Development Strategies (LEDS) merupakan kerangka strategis yang menggambarkan aksi konkret, kebijakan, program dan rencana implementasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perbaikan pengelolaan lingkungan dan pemenuhan target pembangunan. Tujuan dari strategi pembangunan emisi rendah ini adalah: 1) mengurangi emisi GRK melalui penyusunan kembali rencana tata ruang; 2) fokus pada pembangunan dan rencana pada area yang rusak dan karbon rendah; 3) menggunakan energi terbarukan untuk pertumbuhan ekonomi. Pendekatan dan metode yang disebutkan diatas, memiliki catatan sebagai berikut: Penghitungan proyeksi emisi GRK di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: 1) ekstrapolasi berdasarkan perubahan emisi di masa lalu; 2) perubahan emisi sebagai dampak dari implementasi RTRW.
Dengan adanya SPER, diharapkan dapat menjadi pertimbangan kemungkinan emisi GRK yang akan muncul dalam melaksanakan program perencanaan pembangunan yang termuat dalam RTRW dengan memperhatikan hasil yang termuat dalam dokumen KLHS ini.
7
BAB II
PROFIL WILAYAH KAJIAN dan LINGKUP PERENCANAAN TATA RUANG
2.1 Tata Letak, Fisiografi, Demografi dan Sosial Budaya 2.1.1 Tata Letak
Kabupaten Aceh Tenggara dibentuk melalui penetapan Undang-Undang nomor 4 tahun 1974 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara. Dalam rangka peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah Pemerintah melakukan pemekaran wilayah melalui penetapan Undang-Undang nomor 4 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang. Dalam hal ini, Kabupaten Gayo Lues merupakan pemekaran Kabupaten Aceh Tenggara.
Kabupaten Aceh Tenggara berada pada posisi secara geografis terletak antara 3055,23”- 4016,37” LU dan 96043,23”-98010,32” BT. Tata letak geografis kabupaten ini dijelaskan sebagai berikut:
Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Luwes;
Di sebelah Timur dengan Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Aceh Timur;
Disebelah Selatan dengan Kabupaten Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, dan;
Di sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Selatan.
Pada saat ini Kabupaten Aceh Tenggara terdiri atas 16 wilayah kecamatan, 51 wilayah kemukiman dan 385 desa atau gampong/lurah. Ke-16 kecamatan tersebut adalah :
Tabel 2. Luas Wilayah dan Jumlah Desa di Kabupaten Aceh Tenggara
Sumber : Kabupaten Aceh Tenggara Dalam Angka, 2012 No Kecamatan Luas
(Km2)
Jumlah
Desa No Kecamatan Luas (Km2)
Jumlah Desa
1 Lawe Alas 663,48 28 9 Bukit Tusam 46,60 23
2 Babul Rahmah 798,32 27 10 Lawe Sumur 20,50 18
3 Tanoh Alas 491,75 14 11 Babussalam 12,50 27
4 Lawe Sigala-gala 60,2 35 12 Lawe Bulan 53,69 24
5 Babul Makmur 64,05 21 13 Badar 414,42 18
6 Semadam 35,34 19 14 Darul Hasanah 655,48 28
7 Leuser 164,62 23 15 Daleng Pokhisen 193,29 22
8 Bambel 56,26 33 16 Ketambe 500,91 25
8 Gambar 1: Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Tenggara
2.1.2 Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang berlaku di Aceh Tenggara sama seperti wilayah lainnya di Provinsi Aceh yakni menganut 2 (dua) sistem pemerintahan yaitu sistem Pemerintahan Lokal (Aceh) dan Sistem Pemerintahan Nasional (Indonesia). Berdasarkan penjenjangannya, perbedaannya adalah adanya Pemerintahan Mukim di antara Kecamatan dan Gampong. Sebagaimana kabupaten lainnya, Kabupaten Aceh Tenggara dipimpin oleh Bupati terpilih untuk periode tahun 2012 s/d 2017 yaitu Ir. H. Hasanuddin B., MM sebagai Bupati dan H. Ali Basrah S.Pd sebagai Wakil Bupati.
Kecamatan adalah suatu wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan yang terdiri atas beberapa Kemukiman dan dibagi atas beberapa Mukim. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di bawah kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh Imeum Mukim atau nama lain dan berkedudukan langsung di bawah Camat. Mukim dibagi atas kelurahan dan Gampong. Kelurahan dibentuk di wilayah Kecamatan dengan Qanun Kabupaten/Kota yang
9 dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota. Kelurahan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dihapus secara bertahap menjadi Gampong atau nama lain dalam Kabupaten/ Kota. Gampong atau nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah Mukim dan dipimpin oleh Keuchik atau nama lain yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.
2.1.3 Fisiografi
2.1.3.1 Topografi dan Kelerengan
Kabupaten Aceh Tenggara memiliki luas wilayah 4.231,41 km2 dengan kondisi topografi yang sangat bervariasi yaitu terdiri dari dataran rendah, bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal. Kondisi topografi atau ketinggian Kabupaten Aceh Tenggara dapat diklasifikasikan pada beberapa kelas antara 0 – 100 meter dpl hingga > 1.600 meter dpl. Berdasarkan kelas ketinggian tersebut terlihat didominasi oleh ketinggian 800 – 1.600 meter dpl atau sebesar 35,54% dari total luas wilayah kabupaten.
Kabupaten Aceh Tenggara memiliki klasifikasi kemiringan lereng (kelerengan) yang terbagi atas kelas kelerengan yaitu: < 8%, 8-15%, 16-25%, 26-40% dan > 40%. Berdasarkan gambaran klasifikasi kelerengan tersebut, tampak didominasi oleh lahan berkelerengan 16-25% dengan luasan yang mencapai 177.631,96 Ha atau sebesar 41,87% dari total luas wilayah kabupaten. Bentang alam kabupaten ini dibentuk oleh Dataran Tinggi Alas yang relatif sempit dengan arah tenggara-barat laut yang diapit oleh rangkaian pergunungan Bukit Barisan di sisi timur dan sisi barat dataran tinggi tersebut. Beberapa puncak di rangkaian pergunungan di sisi barat dataran tinggi Alas antara lain Bukit Kemiri (3.314 m), sedangkan di sisi timur Gunung Bandahara (3.010 m) dan Bukit Apul Relem (3.374 m). Apabila bentang alam rangkaian pergunungan yang mengapit dataran tinggi tersebut didelineasi berdasarkan kemiringan lereng, maka wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu:
1. Kelas kemiringan 0 – 8%
2. Kelas Kemiringan 8 – 15%
3. Kelas Kemiringan 15 – 40%
4. Kelas Kemiringan lebih dari 40%
Wilayah datar dengan kelas kemiringan 0 - 8% ini tersebar di wilayah Kutacane dan Bambel. Pada kelas kemiringan 8 – 15% ditandai dengan Daerah yang bergelombang sampai agak berbukit. Wilayah ini tersebar di pinggir Lembah Alas bagian selatan Kabupaten. Wilayah agak berbukit sampai
10 berbukit dengan kemiringan 15 – 40 % tersebar merata di Kabupaten Aceh Tenggara, terutama di wilayah Kecamatan Badar dan di sebelah selatan Kecamatan Lawe Alas. Untuk wilayah dengan kelas kemiringan lebih dari 40%
ini meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Daerah ini ditandai dengan Daerah yang berbukit sampai bergunung.
2.1.3.2 Iklim dan Hidrologi
Iklim yang berada di Kabupaten Aceh Tenggara ini adalah iklim hujan tropis.
Berdasarkan besar curah hujannya iklim di daerah Kabupaten Aceh Tenggara termasuk tipe A menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Curah hujan pada tipe iklim A cukup tinggi berkisar antara 2.500 – 3.000 mm per tahun dan berlangsung dalam dua musim yaitu bulan Maret hingga Mei dan bulan Oktober hingga Desember.
Sementara itu untuk keadaan hidrologi di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara yang keadaan topografinya berbukit dan bergunung mengakibatkan banyak sungai di wilayah ini mempunyai aliran yang cukup deras. Pada dasar Dataran Tinggi Alas mengalir sungai Lawe Alas yang hulunya terletak di Kabupaten Gayo Lues. Sungai Lawe Alas terdapat banyak sungai kecil yang bermuara, mengalir di punggung perbukitan baik di sisi barat maupun sisi timur dataran tinggi. Sungai Lawe Alas bermuara di pantai barat Kabupaten Aceh Singkil.
2.1.3.3 Geologi dan Jenis Tanah
Kondisi Geologi atau Batuan di Kabupaten Aceh Tenggara dapat dikelompokkan menjadi aluvium, batuan gunung api, batuan sedimen karbonat dan batuan terobosan (Gambar 2). Sementara itu, berdasarkan data yang ada terdapat 6 jenis tanah di Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu 1) aluvial;
2) podsolik; 3) grumosol; 4) regosol; 5) renzina, dan; 6) komplek podsolik coklat, podsolik merah kuning, dan litosol (Gambar 3). Jenis tanah yang mendominasi wilayah ini adalah jenis tanah podsolik coklat seluas 196.155,25 Ha atau sebesar 46,24% dari total luas wilayah kabupaten.
11 Gambar 2: Kondisi Topografi Kabupaten Aceh Tenggara
2.1.3.4 Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)
Sebagian wilayah dari Kabupaten Aceh Tenggara merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). TNGL merupakan taman nasional tertua dan terluas di Indonesia, bahkan terluas di Asia. Kawasan TNGL merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Heritage.
TNGL disahkan berdasarkan pengumuman Menteri Pertanian tanggal 6 Maret 1980, mecakup kawasan Suaka Margasatwa Gunung Leuser, Langkat Barat, Langkat Selatan, Kluet, Kappi dan sekitarnya di umumkan sebagai Taman Nasional dengan luas 792.675 Ha1. Melalui keputusan Keputusan Menteri Kehutanan No.190/Kpts-II/2001 tentang Pengesahan Batas Kawasan.
1 Sebelum diubah pada tahun 2001, penetapan kawasan tersebut menjadi Taman Nasional Gunung Leuser diperbaharui dan diperkuat pada tahun 1997 dengan surat keputusan Menteri Kehutanan SK No.276/Kpts-VI/1997 dengan menetapkan kawasan sebesar 1.094.692 Ha menjadi kawasan konservasi yang tergabung dalam Taman Nasional Gunung Leuser, mengubah fungsi Suka Margasatwa Gunung Leuser seluas 416,500 hektar, Suaka Margasatwa Kluet seluas 20.000 hektar, Suaka Margasatwa Langkat Selatan seluas 82.985 hektar, Suaka Margasatwa Sekundur seluas 60.000 hektar, Suaka Margasatwa Kapi seluas 142.800 hektar, Taman Wisata Gurah seluas 9.200 hektar, hutan lindung dan hutan produksi terbatas seluas 292.707 hektar yang terletak di Propinsi Aceh dan Propinsi Sumatera Utara.
12 Gambar 3: Kondisi Jenis Tanah Kabupaten Aceh Tenggara
Ekosistem Leuser di Provinsi Daerah Istimewa Aceh, ditetapkan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) seluas 2.255.577 Ha yang terdiri dari:
1. Kawasan Hutan:
a. Suaka Margasatwa (Rawa Singkil): 102.370 Ha b. Taman Nasional (Gunung Leuser): 602.562 Ha c. Taman Buru (Lingga Isaq): 29.090 Ha
d. Hutan Lindung: 941.713 Ha
e. Hutan Produksi Terbatas: 8.066 Ha f. Hutan Produksi Tetap: 245.676 Ha 2. Areal Penggunaan Lain (APL): 326.080 Ha
Kawasan Ekosistem Leuser ini melingkupi wilayah administrasi dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Aceh Utara (Gambar 4).
Kawasan TNGL terdiri dari hutan pantai atau rawa, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi dan pegunungan yang sebagian besar kawasan
13 didominasi oleh ekosistem hutan Dipterocarpaceae dengan flora langka khas Raflesia atjehensis dan Johanesteinimania altifrons (pohon payung raksasa) dan Rizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar yang langka. Di dalamnya terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan paceklik.
Diperkirakan ada sekitar 3.500 jenis flora di dalam kawasan TNGL. Sekurang- kurangnya separuh dari 95 jenis Dipterocarcease (misalnya meranti dan keruing) terdapat disini. Salah satu jenis adalah pohon kapur (Dryobbalanops aromatica). Terdapat beberapa buah-buahan yang bisa dimakan, antara lain jenis Jeruk Hutan (Citrus macroptera), Durian Hutan (Durio exyleyanus dan Durio zibethinus), Buah Menteng (Baccaurea montleyana dan Baccaurea racemosa), Duku (Lansium domesticum), Limus (Mangifera feotida dan Manifera guardriffolia), Rukem (Flacourtia rukam) dan Rambutan (Nephelium lappaceum) (BBTNGL, 2010).
Gambar 4: Peta Batas Administratif Taman Nasional Gunung Leuser Sumber : RTRW Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012-2032
Kawasan TNGL berada dalam pengaruh inter-tropical convergence zone, oleh karena itu sebagian besar klasifikasi iklimnya sesuai dengan sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh Schmidt dan Fergusson yaitu termasuk dalam tipe curah hujan A (wet and hot tropical rainforest climate). Dalam tipe iklim ini, suhu bulanan mencapai 18ºC dan curah hujan tahunan lebih, sedangkan rata–rata
14 curah hujan adalah 4.673 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Suhu maksimum berkisar 28ºC. dengan kelembaban nisbi 72-92% (BBTNGL, 2010).
Jenis tanah di kawasan TNGL cukup beragam dari jenis aluvial, andosol, komplek podsolik, podsolik coklat, podsolik merah kuning, latosol, litosol, komplek rensing, organosol, regosol, humus, tanah gambut, tanah sedimentasi dan tanah vulkanik (BBTNGL, 2010). Ditinjau dari segi topografi, kawasan TNGL memiliki topografi mulai dari 0 meter dari permukaan laut (mdpl) yaitu daerah pantai hingga ketinggian lebih lebih dari 3.000 mdpl, namun secara rata-rata hampir 80% kawasan memiliki kemiringan di atas 40%.
Pengunungan berbukit dan bergelombang, sebagaian kecil arealnya berupa dataran rendah. Terdapat sedikitnya terdapat 33 bukit atau gunung yang tercatat sedang puncak tertinggi TNGL, yaitu 3.149 mdpl (BBTNGL, 2010).
Dari Hutan TNGL ini terdapat banyak aliran sungai dan air yang selalu mengalir sepanjang tahun. Sungai-sungai tersebut meliputi daerah pantai barat dari Bakongan ke Blang Pidie dan Meulaboh (Bakongan, Kluet, Krueng, Baru, Krueng susoh, Krueng Bates dan Krueng Tippa), Daerah Gayo Luas (Trippa dan Lesten), Daerah Aceh Timur (Lesten, Tumpur, Tumiang, Daerah Langkat, Sekundur dan Sei Besitang, Sei Lepan, Sei Batang Serangan, Sei Musam, Sei Bahorok, Sei Berkail, Sei Wampu, Sei Bekulap, dan Sei Bingai), Daerah Alas Weihni Gumpang, Waihni Marpunga, Lawe Kompas, Lawe Bengkuang. Air sungai menjadi sumber air areal perkebunan, persawahan dan perladangan. Terdapat dua danau yaitu Danau Bangko dengan luas 100 ha dan Danau Kawah seluas 10 ha, keduanya berada di daerah Suaka Kluet dan Suaka Kappi (Timur Marpunga), di dalam TNGL.
TNGL menyediakan suplai air bagi 4 (empat) juta masyarakat yang tinggal di Proovinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Hampir 9 (sembilan) kabupaten tergantung pada jasa lingkungan TNGL, yaitu berupa ketersediaan air konsumsi, air pengairan, penjaga kesuburan tanah, pengendalian banjir, dan sebagainya. Sebagai laboratorium alam, TNGL merupakan surga bagi para peneliti (nasional dan internasional). Stasiun riset Orangutan di Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara misalnya, telah menjadi salah satu Stasiun Riset terbesar dan berpotensi sebagai pangsa pasar bagi ilmu pengetahuan.
2.1.4 Demografi dan Sosial Budaya
Menurut Kabupaten Aceh Tenggara Dalam Angka (2012), berdasarkan hasil proyeksi tahun 2011, jumlah penduduk Aceh Tenggara adalah 183.108 jiwa dengan rincian 91.462 penduduk laki-laki dan 91.646 penduduk perempuan.
Jumlah ini meningkat sebesar 2,29% dari tahun 2010 yaitu sebanyak 179.010
15 jiwa berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 (Tabel). Persebaran Penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara belum merata di setiap kecamatan. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Babussalam yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Aceh Tenggara di mana terletak pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Dengan luas wilayah hanya 12,5 Km2 dan merupakan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil, Kecamatan Babussalam ditinggali oleh 25.595 orang. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Tanoh Alas dengan penduduk 3.658 jiwa. Jumlah desa di kecamatan ini juga yang paling sedikit yaitu hanya 14 desa.
Tabel 3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Total
(Jiwa) Laki-Laki Perempuan
1 Lawe Alas 6.643 6.665 13.308
2 Babul Rahmah 3.779 3.831 7.610
3 Tanoh Alas 1.868 1.790 3.658
4 Lawe Sigala-gala 8.804 9.024 17.828
5 Babul Makmur 6.325 6.543 12.868
6 Semadam 5.427 5.520 10.947
7 Leuser 2.606 2.381 4.987
8 Bambel 7.632 7.804 15.436
9 Bukit Tusam 4.682 4.768 9.450
10 Lawe Sumur 3.355 3.494 6.849
11 Babussalam 12.753 12.842 25.595
12 Lawe Bulan 6.899 6.834 13.733
13 Badar 6.284 6.113 12.397
14 Darul Hasanah 5.966 5.785 11.751
15 Daleng Pokhisen 3.573 4.619 8.192
16 Ketambe 4.866 3.633 8.499
Total 91.462 91.646 183.108
Sumber: Kabupaten Aceh Tenggara Dalam Angka, 2012
16 7% 4%
2%
10%
7%
6%
8% 3%
4% 5%
14%
7%
7%
6% 4% 5%
Distribusi Penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara
Lawe Alas Babul Rahmah Tanoh Alas Lawe Sigala-gala Babul Makmur Semadam Leuser Bambel Bukit Tusam Lawe Sumur
Gambar 5: Distribusi Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara
Tata letak Kabupaten Aceh Tenggara sebagai bentang alam yang subur di daerah pergunungan dan peranan Kota Kutacane (dalam hal ini Kecamatan Babussalam dan sekitarnya) yang memiliki faktor penarik (pull factor) mempengaruhi perkembangan sosial dan budaya masyarakat Aceh Tenggara.
Desa Pasir Gala yang berkembang menjadi Kutacane merupakan desa yang menarik perhatian penjajah Belanda sejak tahun 1908. Sebagai salah satu pusat kegiatan yang besar di sekitar perdesaan dataran tinggi Alas, maka kota ini menjalin interaksi dengan wilayah sekitarnya dan pada tingkat selanjutnya mewujudkan faktor-faktor penarik berpindahnya penduduk dari berbagai tempat ke Kutacane dan pusat-pusat perdesaan lain, baik yang berasal dari kecamatan lain di Kabupaten Aceh Tenggara (lama) maupun dari Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Proses migrasi dan interaksi penduduk berbagai suku dan berbagai adat istiadat dengan masyarakat Alas, Gayo Lues dan Bener Meriah membentuk puncak-puncak kebudayaan yang harmonis, antara lain kebudayaan Alas sebagai suku terbesar Singkil, Karo, Batak, Gayo, Jawa, Minangkabau, dan suku Aneuk Jame. Kabupaten ini memiliki suatu keunikan, yaitu adanya masyarakat yang majemuk tetapi hampir tidak ada terdengar sama sekali kerusuhan yang melibatkan Sara (Suku, Agama dan Ras), masyarakatnya mampu menjaga perdamaian sampai saat ini. Mayoritas masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara menganut agama Islam.
Dalam sistem kemasyarakatan di Aceh Tenggara telah terjadi perubahan mendasar yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran akan kebebasan, kemandirian, keterbukaan dan meningkatnya kreatifitas masyarakat.
Fenomena-fenomena di atas tentu saja menuntut adanya paradigma baru dalam pengembangan daerah, jika tidak ingin tersisih dari persaingan.
Pembangunan pengembangan daerah jika tidak ingin tersisih dari persaingan.
17 Pembangunan ekonomi yang hanya mengejar pertumbuhan tinggi dengan mengandalkan keunggulan komparatif berupa kekayaan alam yang berlimpah, upah buruh yang murah sudah tidak dapat dipertahankan lagi, meskipun teori keunggulan komparatif telah bergeser dari hanya mempertimbangkan faktor-faktor produksi (tanah, buruh, sumber daya alam dan modal) menjadi berkembangnya kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter dan fiskal, ternyata daya saing tidak lagi terletak pada faktor-faktor tersebut. Tetapi daya saing bisa diperoleh dari kemampuan untuk melaksanakan perbaikan dan inovasi secara berkesinambungan.
Pembangunan di Aceh Tenggara yang penuh dengan tantangan dan tekanan, namun masih memiliki faktor produksi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup besar.
Berdasarkan angka perkiraan tahun 2010 di Kabupaten Aceh Tenggara terdapat 2,1 ribuan pencari kerja. Saat ini, sektor pertanian adalah sektor yang paling dominan dalam hal ketenagakerjaan, yaitu sebanyak 51,3 ribuan orang dari 53,8 ribuan orang dalam status bekerja. Namun sektor ini terus mengalami penurunan karena semakin berkurangnya lahan pertanian produktif karena tergusur oleh sektor non pertanian, terutama sektor industri, perdagangan dan jasa. Terbesar kedua ada di sektor jasa, sekitar 5,6 ribuan orang.
Terkait dengan fasilitas dan infrastruktur, jaringan listrik baru mencapai 92,56% wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Jumlah rumah tangga yang sudah memiliki fasilitas MCK sendiri baru mencapai 49,87%, MCK bersama 5,87%, rumah tangga yang menggunakan MCK umum 7,25% dan sisanya belum menggunakan sarana MCK yang memadai dalam kehidupan rumah tangganya.
Akses terhadap air bersih juga masih jauh dari harapan, dimana hanya 8,98%
rumah tangga di Kabupaten Aceh Tenggara yang sudah terkoneksi dengan air PDAM, 15,17% rumah tangga lainnya menggunakan air isi ulang, serta selebihnya masih menggunakan sumber air dari sumur dan sungai. Fakta- fakta ini merupakan gambaran kemiskinan yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara.
Sebaran penduduk miskin Aceh lebih dominan di pedesaan yaitu 75,22%, sedangkan di perkotaan hanya 17,62%. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tenggara mencapai 18%. Kategori masyarakat miskin di kawasan pedesaan menurut BPS Aceh adalah mereka yang berpenghasilan sama atau lebih kecil dari Rp 319.416 per bulan. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara berupaya menyusun program-program pengentasan kemiskinan baik melalui penciptaan lapangan kerja maupun peningkatan keterampilan
18 masyarakat yang didukung oleh pembangunan infrastruktur dasar yang terintegritas menjadi prioritas.
Pendidikan masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2013 IPM di Aceh Tenggara mencapai 71,67 yang termasuk dalam kategori IPM menengah. Di Kabupaten Aceh Selatan saat ini memiliki 1 unit rumah sakit kabupaten tipe C, 17 unit puskesmas, 38 unit puskesmas pembantu dan 69 unit polindes. Untuk pendidikan, jumlah TK mencapai 39 sekolah, SD sebanyak 157 sekolah, SMP sebanyak 53 sekolah, SMA sebanyak 24 sekolah dan SMK sebanyak 10 sekolah. Tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 64%. Tingkat pengangguran mencapai 7,7%.
2.2 Tinjauan Singkat Materi Teknis RTRW
2.2.1 Kedudukan dan Proses Penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2012-2032 dilakukan untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725) dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833).
Dokumen RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2012-2032 merupakan hasil proses evaluasi dan peninjauan kembali dokumen Qanun No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2010 – 2030 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tenggarasebagai implikasi penetapan UU No. 26 tahun 2007 sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam rangka pelaksanaan KLHS RTRW Kabupaten Aceh Tenggara perlu dipahami kedudukan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara dalam sistem penataan ruang dan sistem perencanaan pembangunan nasional dan wilayah.
Dalam rangka memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap kedudukan RTRW kabupaten bagi pemangku kepentingan, kedudukan RTRW kabupaten dapat lihat pada Gambar 6 dibaweah ini.
19 Gambar 6: Kedudukan RTRW Kabupaten Dalam Sistem Penataan Ruang dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sebagaimana diatur pada Pasal 21 Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, bahwa proses penyusunan rencana tata ruang dilakukan melalui tahapan: 1) persiapan penyusunan rencana tata ruang; 2) pengumpulan data; 3) pengolahan dan analisis data; 4) perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan 5) penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan tentang rencana tata ruang (dalam hal ini Qanun Rencana Tata Ruang Kabupaten). Proses penyusunan RTRW Kabupaten sebagaimana diarahkan di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten seperti pada Gambar 7.
2.2.2 Iktisar Materi Rencana Tata Ruang Kabupaten Aceh Tenggara Kajian Lingkungan Hidup Strategis merupakan adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi di dalam dokumen rencana pembangunan suatu wilayah, terutama pertimbangan- pertimbangan prinsip pembangunan keberlanjutan di dalam rumusan KRP.
Untuk memberikan gambaran tentang materi Rencana Tata Ruang Kabupaten Aceh Tenggara yang penyusunannya mengacu ke Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2009, materi teknis (laporan perencanaan) RTRW dimaksud disederhanakan sebagai berikut:
1. Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2. Sejarah Kabupaten Aceh Tenggara
20 3. Profil Kabupaten Aceh Tenggara yang menggambarkan lingkungan fisik alami, lingkungan hayati, termasuk keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser, aspek kependudukan dan sosial eknomi serta sosial budaya serta keberadaan sarana dan prasarana lingkungan lingkup Kabupaen Aceh Tenggara.
4. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Aceh Tenggara.
5. Rencana sistem perkotaan Kabupaten Aceh Tenggara 6. Rencana sistem jaringan prasarana kabupaten
7. Rencana pengembangan infrastruktur perkotaan
8. Rencana Pola Ruang, yang memuat peruntukan ruang Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya
9. Rencana Kawasan Strategis 10. Arahan Pemanfaatan Ruang
11. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang 12. Kelembagaan dan peranserta masyarakat.
Gambar 7: Proses dan Prosedur Umum Penyusunan RTRW Kabupaten Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tipe KLHS yang akan dilaksanakan terhadap materi Rencana Tata Ruang Kabupaten Aceh Tenggara adalah KLHS lengkap (fully SEA) yang akan menelaah secara berjenjang (tiering) implikasi dan pertimbangan-pertimbangan prinsip pembangunan berkelanjutan pada rumusan kebijakan, rencana dan program (KRP) penataan ruang Kabupaten Aceh Tenggara seperti Gambar 8 berikut.
21 Gambar 8. Jenjang Materi yang Akan Ditelaah Dengan KLHS
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan tinjauan ikhtisar materi Laporan Teknis RTRW Kabupaten Aceh Tenggara. Pada dasarnya proses penyusunan rencana tata ruang tersebut sudah mengacu pada arahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Proses penyusunan rencana tata ruang tersebut sudah mengakomodasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penataan ruang dan pembangunan sektor-sektor serta perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang dinyatakan bahwa dalam rangka pemanfaatan ruang dilakukan: 1) perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang; 2) perumusan program sektoral dan kewilayahan dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang; dan 3) pelaksanaan pembangunan sektoral dan pengembangan wilayah sesuai dengan program pemanfaatan ruang.
22 Tabel 4: Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012-2032
No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2012-2032 1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
a. Tujuan Penataan Ruang Penataan Ruang Kabupaten Aceh Tenggara bertujuan mewujudkan Kabupaten Aceh Tenggara sebagai kabupaten yang sejahtera, berbudaya, berdaya saing, produktif, berwawasan agroekonomi, berwawasan lingkungan, aman dan berkelanjutan berazaskan iman dan takwa.
b. Kebijakan dan Strategi Penataan
Ruang Tujuan penataan ruang Kabupaten Aceh Tenggara diterjemahkan dalam 12 kebijakan dan 51 strategi penataan ruang. Masing-masing kebijakan diterjemahkan dalam strategi penataan ruang.
Kebijakan penataan ruang tersebut Aceh Tenggara adalah:
1. Peningkatan pusat-pusat pelayanan wilayah dan pusat-pusat kegiatan ekonomi secara merata sesuai dengan daya dukung dan potensinya;
2. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan transportasi keseluruh wilayah dan wilayah disekitar kabupaten aceh tenggara;
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi, sumber daya energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah kabupaten;
4. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mengembalikan keseimbangan ekosistem;
5. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup;
6. Peningkatan sektor-sektor ekonomi unggulan yang produktif dan berdaya saing tinggi;
7. Peningkatan luas dan produksi pertanian dan perkebunan melalui kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian;
23 No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2012-2032
8. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya;
9. Pengembangan kegiatan budidaya dilakukan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta tidak menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup;
10. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan sosial dan budaya;
11. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem; dan
12. Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
2. Rencana Struktur Ruang
a. Sistem Pusat Kegiatan Penetapan pusat-pusat kegiatan di:
PKL Kutacane
PPK Kuta Tengah (Kec. Lawe Sigala-gala), Simpang Semadam (Kec. Semadam), Kuta Lang-lang (Kec. Bambel), Purwodadi (Kec. Badar), Lawe Beringin (Kec.
Ketambe)
PPL Ngkeran (Lawe Alas), Lawe Sumur (Kec. Babul Rahmah), Tenembak Alas (Kec. Tanoh Alas), Sejahtera (Kec. Babul Makmur), Kane Mende (Kec. Leuser), Lawe Dua (Kec. Bukit Tusam), Lawe Sumur (Kec. Lawe Sumur), Lawe Sagu (Kec. Lawe Bulan), Mamas (Kec. Darul Hasanah), Beriring Naru (Kec. Deleng Pokhkisen).
b. Sistem Jaringan Prasarana Utama (Transportasi)
Terdiri dari:
a. Jaringan transportasi darat, meliputi:
i. Penetapan jaringan jalan dan jembatan (jalan kolektor primer, jalan lokal primer, dan rencana pembangunan jalan baru);
24 No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2012-2032
ii. Penetapan sarana lalu lintas dan angkutan jalan termasuk terminal A (Kuta Kutarih, Kec. Babussalam) dan C (Kuta Lawe Rutung, Kec. Lawe Bulan);
iii. Penetapan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan;
iv. Penetapan jaringan sungai terdiri dari pelabuhan (Kute Muara Situlen, Kec. Babul Rahmah dan Ukhat Peseluk, Kec. Leuser) dan alur pelayaran sungai.
b. Jaringan transportasi udara, berupa penetapan bandara Alas Leuser sebagai bandara pengumpan
c. Sistem Jaringan Prasarana Pendukung Meliputi:
a. Rencana sistem jaringan energi pengembangan PLTA (Lawe Alas, Lawe Mamas, Lawe Penanggalan dan Lawe Ger-ger); pengembanganplt Mikro Hidro (Lawe Sikap, Lawe Mamas, Lawe Kisam Kute Peselu Selimbe); pengembangan PLT Panas Bumi (Lawe Sumur) dan PLT Diesel (Kute Cinta Damai); pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik
b. Rencana sistem jaringan telekomunikasi: jaringan teresterian dan nirkabel;
c. Rencana sistem jaringan sumber daya air1) jaringan sumber air lintas provinsi (Lawe Alas); 2) jaringan sumber air lintas kabupaten (Lawe Alas dan Lawe Pakam);
3) pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai (Wilayah Sungai Strategis Nasional Alas – Singkil meliputi DAS Singkil dan Wilayah Sungai Lintas Kabupaten Baru – Kluet (DAS Bakongan, DAS Kluet, DAS Mayak Payed, DAS Trumon).
d. Rencana prasarana lainnya: jaringan air minum, persampahan, pengelolaan limbah, drainase, dan lain-lain.
3. Rencana Pola Ruang
a. Kawasan Lindung Total Kawasan Lindung adalah 364.116,26 Ha yang meliputi penetapan:
a. Hutan lindung, seluas 79.924,69 Ha di mana wilayah terluas terdapat pada Kec.
Babul Rahman (32.159,50 Ha) diikuti oleh Kec. Ketambe (14.618,81 Ha);
b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi sempadan sungai (seluas 2.181,27 Ha)dan
25 No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2012-2032
ruang terbuka hijau (perkotaan);
c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya berupa Taman Nasional Gunung Leuseur seluas 281.233,92 Ha(Lawe Alas, Babul Rahmah, Tanoh Alas, Darul Hasanah, Ketambe) serta sejumlah cagar budaya (Lawe Sumur, Lawe Bulan, Darul Hasanah);
d. Kawasan bencana alam, berupa kawasan rawan longsor (di 10 kecamatan) dan rawan banjir bandang (hampir di semua kecamatan);
e. Kawasan lindung geologi, berupa kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan imbuhan air tanah.
b. Kawasan Budidaya Total Kawasan Budidaya adalah 59.205,19Ha meliputi rencana pengembangan untuk:
a. Hutan produksi, yang meliputi:
i. Hutan produksi tetap seluas .30.645,37 Ha;
ii. Hutan produksi terbatas seluas 22.719,22 Ha;
b. Kawasan peruntukan pertanian, yang terdiri dari:
i. Pertanian lahan basah seluas 15.361,79Ha termasuk seluas 12, 47 Ha untuk usulan perubahan TNGL di Kec. Sigala-gala, Babul Makmur, Ketambe;
ii. Pertanian hortikultura seluas 14.349,42Ha termasuk seluas 146,48 Ha untuk usulan perubahan TNGL di Kec. Badar (Kute Lawe Sekerah, Natam dan Natam Baru);
iii. Perkebunan seluas 14.293,82Ha, termasuk seluas 305,28 Ha untuk usulan perubahan TNGL di Kec. Leuser (Kute Ukhet Peseluk);
iv. Peternakan seluas 88,87Ha.
c. Kawasan peruntukan perikanan, terutama perikanan air tawar, baik perikanan tangkap dan budidaya perikanan, maupun pengembangan prasarana untuk perikanan;
d. Kawasan peruntukan pariwisata, meliputi penetapan wisata alam sebanyak 11
26 No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2012-2032
lokasi, wisata budaya sebanyak 3 lokasi, dan wisata minat khusus sebanyak 1 lokasi;
e. Kawasan peruntukan industri, yang dikhususkan untuk industri menengah seluas 25,4 Ha di Kec. Babul Makmur dan industry kecil dan mikro yang tersebar;
f. Kawasan peruntukan pertambangan, berupa arahan potensi pertambangan mineral logam, mineral non-logam, batuan, batubara dan panas bumi;
g. Kawasan peruntukan permukiman dengan total 1.855,99 Ha, meliputi:
i. Permukiman perkotaan seluas 478, 16 Ha;
ii. Permukiman perdesan seluas 1,377,83Ha.
h. Kawasan peruntukan khusus, meliputi:
i. Kawasan hankam;
ii. Kawasan transmigrasi seluas 159,29 Ha di Kec. Leuser; dan
iii. Kawasan adat terpendil seluas 12 Ha di Kec. Leuser tersebar di 2 lokasi: Lawe Serakut (4 Ha) dan Kute Permata Musara (8 Ha)
4. Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten
a. Kawasan Strategis Nasional Menetapkan Kawasan Strategis Nasional yaitu Ekosistem Leuser yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, meliputi :
a. Kecamatan Babul Rahmah;
b. Kecamatan Lawe Alas;
c. Kecamatan Tanoh Alas;
d. Kecamatan Darul Hasanah; dan e. Kecamatan Ketambe.
b. Kawasan Strategis Provinsi Menetapkan Kawasan Strategis Provinsi berupa Koridor Ekonomi Aceh III yang merupakan kawasan strategis berdasarkan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
27 No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2012-2032
meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara dengan pusat pelayanan di Kota Takengon;
c. Kawasan Strategis Kabupaten Menetapkan Kawasan Strategis Kabupaten, yaitu:
a. Kepentingan pertumbungan ekonomi;
i. KSK Perkotaan Kutacane;
ii. KSK Agropolitan Kute Tanjung Lama, Kec. Darul Hasanah;
iii. KSK Minapolitan perikanan darat Kute Lawe Pangkat, Kec. Deleng Pokhisen;
iv. KSK Minapolitan perikanan darat Kute Kutambaru, Kec. Lawe Bulan.
b. Kepentingan sosial budaya;
i. KSK Wisata Alam Ketambe, Kec. Ketambe ii. KSK Wisata Alam Bengkung, Kec. Babul Rahmah
5. Arahan Pemanfaatan Ruang Menetapkan indikasi program pemanfataan ruang dalam rangka perwujudan rencana struktur dan pola ruang.
Indikasi program ditetapkan dalam bentuk matriks indikasi program pemanfaatan ruang yang memuat uraian mengenai program, sumber pendanaan, instansi pelaksana, serta waktu dan tahapan pelaksanaan program.
6. Ketentuan Umum Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi;
b. Ketentuan perizinan;
c. Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; sereta d. Arahan pengenaan sanksi
Sumber: disarikan dari Qanun RTRW Kabupaten Aceh Tenggara 2012-2032