• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan Pemahaman dan Pembentukan Organisasi. Keesokan harinya para buruh, gelombang demi

Dalam dokumen Buruh Menuliskan Perlawanannya (Halaman 160-164)

Membangun Kekuatan Buruh Dengan Berserikat

8. Penguatan Pemahaman dan Pembentukan Organisasi. Keesokan harinya para buruh, gelombang demi

gelombang. mendatangi sekretariat PPB. Dengan sabar, dengan seksama, tiga pemimpin buruh: Ponidi, Beno dan Slamet, didampingi dua mahasiswa Ucok dan Surya menjelaskan hasil negosiasi kemarin. Menurut penjelasan mereka, jam kerja ditetapkan delapan jam, cuti haid di-berikan, buruh diperkenankan memakai jilbab asalkan rapi, uang makan dan uang transport akan dirundingkan kembali. Slamet kembali dipekerjakan, tetapi Ponidi dan Beno tetap diPHK.

Seketika kegaduhan meledak. Beberapa buruh jelas kecewa dan tidak puas dengan hasil perundi-ngan itu. Perdebatan semakin panas. Lalu Beno angkat bicara.“Saya tahu kawan-kawan masih kecewa. Tetapi harus diingat perjuangan akan tetap kita lanjutkan. Ke-menangan kecil ini harus kita sukuri. Dan, saya bersama Ponidi meski sudah diPHK tetap siap berjuang bersama kawan-kawan.”

Penjelasan itu tidak seketika menyudahi perde-batan. Setelah perdebatan panjang, beberapa orang ak-hirnya tiba pada kesimpulan bahwa kaum buruh harus membuat wadah perjuangan sendiri sebagai alat per-juangan di dalam pabrik. Organ yang sudah terbentuk, Komite Persatuan Perjuangan Buruh, akhirnya menga-gendakan untuk menyelenggarakan seri pendidikan dasar organisasi, pendidikan advokasi, dan pendidikan lainnya.

Beberapa pendidikan kemudian dilakukan dengan dukungan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung.

Bersama buruh-buruh lainnya, Heri dengan an-tusias mengikuti kegiatan pendidikan tersebut, hingga benar-benar paham tentang organisasi dan gerakan. Berbagai buku bacaan disantapnya lahap.

Setelah semua persiapan dianggap matang, dua bulan kemudian tepatnya pada Juni 2000, dilangsungkan kongres pembentukan organisasi yang dihadiri ratusan buruh. Terbentuklah organisasi buruh PT Kahatex yang dinamai Persatuan Perjuangan Buruh (PPB). Peserta kongres memilih 14 orang sebagai pengurus, dan Mus-tolih dipilih sebagai ketua. Semakin menyala semangat Heri untuk mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi. 9. Konflik Internal.

Segera sesudah PPB dideklarasikan dan dicatatkan, berbondong-bondong buruh PT Kahatex mendaftarkan diri untuk menjadi anggota. Dalam waktu satu minggu, 3000 orang menyatakan ingin bergabung. Sesudah empat bulan, jumlah anggotanya sudah mencapai 4550 orang. PPB kuat dan disegani. Program-program pendidikan-nya bermanfaat meningkatkan pemahaman kaum bu-ruh. PT Kahatex pun akhirnya bersedia menyediakan sebuah ruangan di dalam kompleks pabrik untuk digu-nakan PPB sebagai kantor. Kahatex juga bersedia me-mulai penyusunan Perjanjian Kerja Bersama.

Bergabung dengan PPB membangkitkan seman-gat dan kebanggan bagi Heri. Tidak hanya di PT Ka-hatex, PPB melebarkan sayap dan melakukan pengor-ganisasian hingga ke Cimahi dan Kabupaten Bandung. Tapi, belum lagi organisasi ini berumur setahun, Heri mulai mencium adanya perbedaan dan ketegangan antar para pengurus dalam organisasi. Dia menangkap ada semacam permusuhan dan kemarahan di antara

orang-orang yang dia kagumi, baik dari buruh maupun mahasiswa pendukung organisasi buruh ini.

Heri merasakan “pertarungan sambil berbisik” ber-langsung di tubuh organisasi. Gerak organisasipun terasa lambat dan berat. Dia mencium ada dua kubu. Ya, ada dua kubu yang berseberangan dan saling bertentangan. Cukup terbaca dan sukar untuk ditutup-tutupi. Namun Heri tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Heri ingin mencari tahu, ada apakah gerangan sebenarnya. Tapi semua pintu tampak tertutup.

Entah kebetulan entah tidak. Pertikaian di dalam organisasi ini tampaknya juga tercium oleh perusahaan. Heri mencatat ada beberapa soal yang menghambat ke-majuan organisasi. PPB tampaknya terbelah dalam dua blok yang saling membenci: Sunda dan Jawa. Selalu ada arahan yang berbeda antara Mustolih sebagai ketua, yang dicap sebagai orang jawa; dan Iwan sebagai pe-mimpin orang pribumi.

Lalu, beberapa kader buruh diberi kenaikan jabatan oleh perusahaan, lalu ditugaskan untuk membentuk seri-kat buruh baru. Sementara itu, di kalangan masyaraseri-kat berhembus desas-desus bahwa PPB adalah PKI baru. Itulah sebabnya masyarakat mulai membenci PPB. Se-jak itu pula semakin banyak semakin banyak preman lalu-lalang dan nongkrong di serikat, mengganggu de-ngan cara memalak buruh yang baru pulang dari sek-retariat. Bahkan ada pula buruh yang dipukuli. Heri menduga semua soal di atas saling berhubungan. Dia merasa ada suatu rencana rapi untuk membungkam PPB. Akibatnya sudah tampak, banyak buruh menyata-kan keluar, jumlah anggota menurun drastis.

10. Pemberangusan.

Lagi-lagi Heri menghadapi peristiwa menyes-akkan yang membuatnya gundah. Pada Februari 2002 perusahaan menjatuhkan hukuman skorsing terhadap perwakilan buruh di bagian Spinning 5.

Menanggapi penghukuman itu, kedua kubu yang “bertengkar berbisik dalam organisasi” mengambil pan-dangan dan keputusan yang berbeda, sehingga mem-buat bingung anggota. Satu kubu bersikeras untuk mogok kerja, sementara kubu yang lain mencoba me-nahan diri. Organisasi lalu terjebak dalam peristiwa konyol, ada yang ikut mogok kerja ada yang tidak. Aki-batnya, mogok kerja hanya yang diikuti sedikit ang-gota.Situasi benar-benar kacau dan membingungkan. Terasa sekali ada ketegangan dan perpecahan, bahkan hampir terjadi adu pukul sesama kader.

Kejadian ini dimanfaatkan dengan baik oleh rusahaan. Beberapa buruh yang disusupkan oleh pe-rusahaan melancarkan provokasi dengan merusak ba-rang-barang milik perusahaan. Kemudian berhembus desas-desus tentang adanya buruh perempuan hamil yang keguguran karena dipaksa ikut mogok. Preman-preman bayaran mendatangi dan menyerang sekretariat, mengancam beberapa pengurus. PPB diganggu sekitar 50 orang preman, dan tidak sanggup untuk mengha-dapinya karena perpecahan internal. Berdasar laporan dari perusahaan, dan dengan dalih untuk memulih-kan keamanan, polisi turun tangan. Beberapa pe-ngurus masuk tahanan polisi.

Dalam situasi panik, pengurus mengambil lang-kah ceroboh, yakni menerima tawaran PHK dari pen-gusaha. Asalkan pengurus bersedia diPHK, perusahaan berjanji tak mempersoalkan soal perusakan barang dan

perkara-perkara lainnya. Tak kuasa menerima tekanan itu, beberapa pengurus menerima PHK tersebut. Di situ-lah organisasi masuk perangkap. Hanya satu minggu setelah peristiwa PHK tersebut, sekitar seratus orang perwakilan anggota juga diberhentikan. Karena banyak pengurusnya yang diPHK, anggota kehilangan arah. Seperti anak ayam kehilangan induk.

11. Kembali Menata Organisasi dan Menyusun Kekuatan.

Dalam dokumen Buruh Menuliskan Perlawanannya (Halaman 160-164)