• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Kualitas Hasil Cetak Uang

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 103-118)

BI melakukan pengujian kualitas dan kuantitas hasil cetak uang Rupiah dari Perusahaan Pencetakan Uang. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas uang hasil cetak dan kesesuaiannya dengan spesifikasi uang yang telah ditetapkan BI dengan kuantitas yang sesuai. Beberapa parameter pemeriksaan meliputi ketepatan jumlah, kualitas hasil cetak yang kasat mata dan tidak kasat mata.

Pengujian kuantitas dilakukan oleh BI dalam beberapa tahapan alur penerimaan dan pengiriman uang. Sebagai awal, dilakukan penghitungan secara sampling terhadap uang yang akan diterima dari Perusahaan Pencetakan kepada BI. Selanjutnya penghitungan dilakukan juga secara sampling oleh masing-masing satuan kerja kas ketika penyiapan modal kerja sebelum dibayarkan kepada perbankan atau nasabah lainnya. Perbankan atau nasabah lainnya juga diberi kesempatan dan sarana untuk melakukan penghitungan baik secara sampling atau menyeluruh terhadap uang yang diterima dari BI. Selain itu, pengujian secara kuantitas juga dilakukan bersamaan

 Halaman 97 

dengan pengujian yang dilakukan dalam rangka melihat kualitas uang tersebut.

Strategi kebijakan pengujian kualitas uang pada tahun 2010 dilakukan melalui pengujian secara sampling untuk setiap pecahan uang kertas hasil cetak sempurna (HCS) secara komprehensif menggunakan mesin sortasi uang kertas yang memiliki akurasi perhitungan yang sangat tinggi dan mampu menganalisa kualitas uang secara akurat, detail dan lengkap. Mesin sortasi uang kertas tersebut memiliki kemampuan membaca panjang dan lebar uang, keberadaan unsur pengaman baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata, posisi unsur pengaman dan kualitas cetak unsur pengaman. Uang HCS yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan batas toleransi yang ditetapkan akan ditolak atau dinyatakan tidak layak edar oleh mesin. Hasil pemeriksaan kualitas HCS menjadi umpan balik bagi Perusahaan Pencetakan

Uang dalam rangka perbaikan/penyempurnaan.

Adapun bagi BI berperan dalam upaya

penyempurnaan desain uang.

Sebagaimana common practise di Bank Sentral lain, BI dan Perusahaan Pencetakan Uang mempersiapkan mekanisme pengujian kualitas uang kertas hasil cetak secara lengkap, akurat dan terintegrasi dengan proses cetak sehingga setiap lembar uang kertas hasil cetak akan diperiksa oleh mesin. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas uang kertas yang beredar di masyarakat.

Pemantauan Kualitas Uang yang Beredar

Pada tahun 2010, BI melakukan pemantauan kualitas dan tingkat kelusuhan uang secara langsung di pusat-pusat kegiatan ekonomi guna memperoleh gambaran secara utuh dan lengkap mengenai kualitas uang beredar di masyarakat. Beberapa lokasi yang menjadi obyek pemantauan antara lain SPBU, terminal, pasar tradisional, hypermarket, supermarket, toko kelontong dan warung makan/penjual makanan. Pemantauan dilakukan melalui penukaran ULE dengan uang yang ditemui di masyarakat baik dalam kondisi layak edar

maupun tidak layak edar dengan cara random sampling. Dengan cara ini, diharapkan uang yang diperoleh adalah uang yang beredar dan benar-benar berada berada di tangan masyarakat.

Pemantauan kualitas uang yang beredar pada tahun 2010 dilakukan di beberapa kota di 6 (enam) wilayah kerja KBI Batam, KBI Kupang (Kupang dan Maumere), KBI Palu (Palu dan Toli-toli), KBI Jayapura (Jayapura,

Merauke, Sorong dan Biak), KBI Samarinda

(Samarinda, Sebatik dan Nunukan) serta di wilayah kerja KBI Balikpapan. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, diperoleh beberapa informasi terkait ketersediaan uang kertas di masyarakat; kondisi kualitas uang kertas pecahan besar relatif lebih baik dibanding uang kertas pecahan kecil, dimana tingkat kelusuhan uang kertas pecahan kecil dipengaruhi oleh kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan; serta rendahnya tingkat kesadaran/budaya masyarakat yang belum sepenuhnya memperlakukan uang Rupiah dengan baik.

Hasil pemantauan kualitas uang tersebut menjadi salah satu informasi dalam merumuskan kebijakan

pengedaran uang di masing-masing daerah.

Pemantauan tersebut akan dilanjutkan pada tahun 2011 pada 9 Kantor Koordinator BI sehingga hasilnya diharapkan dapat menggambarkan secara utuh kondisi uang yang beredar di Indonesia.

Menerbitkan Buku Panduan Ciri Keaslian dan Kualitas Uang Rupiah

Penerbitan buku Panduan Ciri Keaslian dan Kualitas

Uang Rupiah bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman perbankan mengenai ciri keaslian dan standar kualitas uang rupiah. Buku tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai panduan dalam pengolahan uang yang dilakukan oleh perbankan dan perusahaan Cash in Transit (CIT) baik yang dilakukan dengan menggunakan Mesin Sortasi Uang Kertas maupun secara manual sehingga dapat meminimalisir perbedaan penafsiran mengenai standar kualitas uang beredar. Salah satu dampak dari tercampurnya ULE

 Halaman 98 

dan UTLE adalah menurunnya kualitas uang yang beredar di masyarakat.

Penerbitan Buku Panduan standar kualitas uang tersebut merupakan hal yang lazim dilakukan oleh bank sentral di dunia, antara lain Federal Reserve, Bank of Canada, De Netherlands Bank dan Bank of Thailand.

Buku Panduan Ciri-Ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah secara umum berisi informasi mengenai gambar uang dan ciri-ciri keaslian uang Rupiah, tatacara klarifikasi uang yang diduga palsu, gambar uang yang dikategorikan sebagai ULE dan UTLE termasuk uang rusak, dan ketentuan penukaran uang rusak. Pada tahun 2010, buku tersebut dicetak sebanyak 3000 eksemplar dan didistribusikan ke perbankan dan perusahaan CIT. Selain itu, untuk

memudahkan masyarakat dalam memperoleh

informasi tersebut, dapat diunduh melalui

http://www.bi.go.id/web/id/Sistem+Pembayaran/.

Layanan Kas Prima

Layanan kas prima kepada stakeholders merupakan tugas yang dilaksanakan dalam upaya memenuhi kebutuhan uang kartal, baik perbankan dan masyarakat, dengan memperhatikan ketepatan, kecepatan, dan keamanan layanan. Layanan kas yang dilakukan BI meliputi kegiatan setoran dan bayaran perbankan, penukaran uang, serta penggantian uang rusak. Layanan kas tersebut dilakukan setiap hari kerja dan semakin ditingkatkan pada saat menjelang hari-hari libur nasional seperti periode liburan bersama hari-hari raya.

Pengembangan yang dilakukan dalam memberikan layanan kas prima tidak terbatas pada penyempurnaan

layanan secara operasional tetapi juga

mengembangkan kemampuan dan kompetensi kasir. Pelaksanaan kebijakan dalam rangka memberikan layanan kas prima kepada stakeholders selama tahun 2010, meliputi kebijakan Optimalisasi Layanan Kas; Peningkatan Layanan Kas Luar Kantor; Perluasan

Wilayah Pilot Project Kerjasama Layanan Penukaran Uang Berbasis Tanpa Fee dengan Perbankan; Pelaksanaan dan Pemantauan Kebijakan Setoran Bayaran Bank; Penyusunan Kajian terkait dengan

Pengembangan Layanan Kas serta kebijakan

Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia.

Mengoptimalkan Layanan Kas

Upaya-upaya untuk mengoptimalkan layanan kas senantiasa dilakukan oleh BI disepanjang tahun 2010. Berbagai upaya yang dilakukan antara lain dengan menerapkan dan mempertahankan mutu layanan kas sesuai dengan Sertifikasi ISO 9001:2000; melakukan kerjasama dalam rangka Gerakan Peduli Koin Nasional, serta peningkatan kegiatan layanan kas pada periode hari raya keagamaan.

Penerapan Layanan Kas sesuai International Organization for Standardization (ISO)

ISO (International Organization for Standardization) merupakan asosiasi global yang terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang beranggotakan tidak kurang dari 140 negara. Kegiatan pokok ISO

adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan

internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional. Standar tersebut merupakan suatu jaminan bahwa jasa yang diberikan oleh suatu organisasi telah sesuai dengan standar internasional. Jaminan terhadap kesesuaian tersebut dapat diperoleh baik dari pernyataan penghasil barang maupun melalui pemeriksaan oleh lembaga independen. Untuk menciptakan layanan kas prima dan optimalisasi peningkatan kepuasan stakeholders terhadap layanan yang diberikan, maka layanan perkasan yang ada di BI, khususnya di KPBI, baik layanan setoran perbankan di Bagian Pengelolaan Uang Masuk (PgUM) maupun kegiatan bayaran bank di Bagian Pengelolaan Uang Keluar (PgUK), senantiasa dilaksanakan dengan mengacu pada sasaran mutu dan sistem manajemen mutu dari Sertifikat Layanan Mutu yang telah diperoleh sejak tanggal 18 Juli 2006 yang berhasil

 Halaman 99 

dipertahankan untuk 3 tahun yang ke-2, dengan masa berlaku dari tanggal 18 Juli 2009 sampai dengan

17 Juli 2012. Ketentuan tersebut menjadi acuan

standar operasional prosedur pelayanan terkait waktu dan biaya layanan kas.

Salah satu sasaran mutu yang harus dicapai pada penerapan ISO layanan kas tersebut adalah dengan memberikan layanan bayaran dan setoran kepada perbankan secara terukur berdasarkan rata-rata waktu layanan perkasan yang diberikan. Realisasi rata-rata waktu layanan bayaran dan setoran yang diberikan kepada perbankan selama tahun 2010 adalah selama 18 menit 12 detik atau masih di bawah standar waktu layanan kas yang ditetapkan oleh ISO yaitu 20 menit. Layanan bayaran uang kartal kepada perbankan selama tahun 2010 rata-rata membutuhkan waktu 19 menit 11 detik per bank. Sementara, rata-rata waktu yang diperlukan untuk layanan setoran bank selama tahun 2010 adalah 17 menit 4 detik per bank. Waktu

layanan tersebut diperhitungkan sejak dari

pendaftaran yang dilakukan oleh perbankan sampai dengan waktu penyerahan uang kepada bank atau selesainya penerimaan setoran dari bank.

Berdasarkan waktu layanan kas secara bulanan, waktu layanan setoran uang kartal terlama terjadi paska Hari Raya Idul Fitri pada bulan September 2010, dengan rata-rata waktu layanan selama 17 menit 26 detik, sedangkan waktu layanan setoran bank terpendek terjadi pada bulan Desember 2010 menjelang libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2011, dengan rata-rata waktu layanan 16 menit 40 detik. Sementara, waktu layanan bayaran bank terlama selama tahun 2010 terjadi pada bulan April 2010 dengan rata-rata waktu layanan 19 menit 51 detik per bank, dan waktu layanan tercepat dengan rata-rata waktu bayaran 19 menit per bank terjadi pada bulan November 2010. Untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan layanan yang diberikan kepada para stakeholders telah sesuai dengan ketentuan mutu ISO layanan kas, maka selama tahun 2010, telah dilakukan audit terhadap kegiatan layanan kas dan kegiatan administrasi, pemantauan

proses dan kesesuaian produk layanan, pengawasan dan kontrol terhadap kegiatan layanan, tindak lanjut terhadap perubahan sehubungan dengan penerapan ISO layanan kas serta rekomendasi untuk perbaikan pada masing-masing unit kerja kas di KPBI. Melalui pelaksanaan audit tersebut, tiap-tiap unit kerja kas diharapkan untuk melaksanakan setiap kegiatan dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) yang ada, sehingga pada pelaksanaan audit ISO layanan kas, tidak terdapat penyimpangan yang dapat berdampak pada peninjauan dan perpanjangan ISO itu sendiri. Gerakan Peduli Koin Nasional

Fungsi utama uang logam adalah sebagai alat pengembalian. Berbeda dengan fungsi uang kertas

yang berperan sebagai alat transaksi, maka

pengedaran/perputaran uang di masyarakat ataupun arus kembali uang logam ke perbankan dan BI

mengalami hambatan sehingga Bank Sentral

cenderung menyiapkan persediaan uang logam dengan rasio yang lebih besar dibandingkan dengan uang kertas. Uang logam cenderung menumpuk di tangan masyarakat, sedangkan retailers kesulitan mendapatkan uang logam untuk pengembalian. Berdasarkan data uang logam yang masuk ke BI selama tahun 2010, jumlah uang logam yang masuk didominasi pecahan Rp.500 dan sedikit pecahan Rp.200. Sementara itu, pecahan Rp.100 ke bawah praktis tidak pernah masuk kembali, dan tersimpan di masyarakat. Adanya kecenderungan masyarakat untuk hoarding) uang logam dan kecenderungan perbankan yang cenderung kurang akomofatif dalam melayani masyarakat yang akan menyetor uang logam dalam jumlah besar merupakan beberapa penyebab tidak kembalinya UL ke BI. Sebagai bentuk layanan prima BI kepada masyarakat serta bagian dari perwujudan upaya perlindungan konsumen, pada tanggal 31 Juli 2010, BI, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementrian

Perdagangan Republik Indonesia dan Asosiasi

 Halaman 100 

menandatangani Memorandum of Understanding atau Nota Kesepakatan tentang pencanangan

Peduli Koin Nasional tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kepedulian masyarakat dalam

penggunaan uang logam (koin) sebagai alat pembayaran yang sah (legal tender di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta meningkatkan efektivitas koin sebagai alat pengembalian dalam kegiatan transaksi perdagangan melalui penyediaan fasilitas kepada masyarakat yang akan melakukan penukaran Koin melalui counter-counter di tempat usaha ritel.

Untuk mensukseskan pencanangan Gerakan Peduli Koin Nasional tersebut, BI memiliki peranan strategis dalam memenuhi kebutuhan perbankan atas Koin sesuai dengan rencana kebutuhan uang yang diajukan oleh perbankan; melakukan koordinasi dengan perbankan untuk memenuhi kebutuhan dan/atau menyerap kelebihan Koin dari Pengusaha Ritel serta menjembatani perbankan dengan Pengusaha Ritel terkait mekanisme pemenuhan kebutuhan dan/atau penyerapan kelebihan Koin dari Pengusaha Ritel. Layanan Kas pada Periode Hari Raya Keagamaan Memperhatikan layanan kas periode Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, BI menerapkan strategi layanan kas yang bertujuan untuk mengurangi antrian penukaran uang kartal serta meningkatkan peran perbankan dalam memenuhi kebutuhan uang pecahan kecil bagi nasabah dan masyarakat. Penerapan strategi layanan kas pada periode hari raya keagamaan tersebut

ditempuh melalui upaya koordinasi dengan

perbankan, instansi/lembaga pemerintah, retailers, dan pihak-pihak lainnya untuk menggali informasi awal kebutuhan uang khususnya Uang Pecahan Kecil menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun 2010; kerjasama layanan penukaran uang dengan perbankan baik di wilayah kerja KPBI maupun di Kantor BI di

daerah-daerah; serta menghimbau perbankan untuk

mempersiapkan kebutuhan uang menjelang Idul Fitri jauh hari sebelumnya, termasuk untuk memenuhi

kebutuhan seluruh nasabah dan masyarakat baik di KPBI maupun di seluruh kantor cabang perbankan. Secara internal, BI melaksanakan peningkatan layanan kasnya melalui penyediaan layanan penukaran uang kepada masyarakat di loket penukaran di kantor BI dan/atau di lokasi lainnya bekerjasama dengan instansi/lembaga pemerintah atau pihak-pihak lainnya seperti PT. KAI, pengelola jalan tol/rest area; meningkatkan frekuensi dan menambah modal kerja kas keliling serta memperluas jangkauan layanan kegiatan kas keliling antara lain kepada retailers, pengelola jalan tol, masyarakat umum, maupun lokasi

keramaian seperti pasar tradisonal, mall,

terminal/stasiun/pelabuhan, IRTI Monas dan tempat keramaian lainnya .

Paska Hari Raya Idul Fitri, perbankan cenderung mengalami kelebihan likuiditas uang kartal akibat tingginya arus balik penarikan uang kartal paska hari raya dan belum normalnya kegiatan perekonomina masyarakat. Menghadapi hal tersebut, strategi layanan kas yang ditempuh oleh BI difokuskan untuk memperlancar arus uang kartal yang masuk dari

perbankan, melalui optimalisasi pendayagunaan

sumber daya kasir dan sarana pengolahan uang termasuk melaksanakan pengolahan uang diluar jam kantor dan hari kerja; penerapkan strategi dropshot yaitu dengan membayarkan kembali setoran ULE kepada bank yang sama atau bank yang berbeda dalam satu wilayah kerja yang sama dan penetapan prioritas hasil penyortiran/penghitungan ulang untuk keperluan kebutuhan perbankan serta penerapan kebijakan diskresi Uang Kartal Layak Edar yang dilaksanakan di KPBI dan 33 KBI di daerah-daerah. Sementara itu, menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru, BI tidak menerapkan strategi khusus layanan kas uang pecahan kecil seperti halnya dpada Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tahun 2010, mengingat kegiatan penukaran uang kartal dan kebutuhan uang pecahan kecil dalam rangka Hari Raya Natal dan Tahun Baru relatif sama dengan periode normal. Selain itu, jarak yang relatif pendek antara periode

 Halaman 101 

Ramadhan dan periode Natal serta Tahun Baru pada tahun ini menyebabkan tidak terdapat lonjakan permintaan penukaran uang kartal dan uang pecahan kecil pada periode tersebut

Menghadapi Natal dan Tahun Baru, kebijakan yang diterapkan oleh BI hanya terbatas pada upaya melanjutkan dukungan kepada 10 bank yang terlibat dalam pilot project kegiatan penukaran uang pecahan kecil melalui peningkatan plafon penukaran uang pecahan kecil bagi bank peserta pilot project tersebut.

Meningkatkan Layanan Kas Luar Kantor Layanan Kas Keliling oleh BI

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ULE, terutama uang pecahan kecildari masyarakat di wilayah yang tidak terjangkau oleh layanan perbankan, maka KPBI terus melakukan optimalisasi layanan kas keliling32

khususnya di pusat-pusat keramaian seperti pasar modern, pasar tradisional, stasiun, terminal ataupun layanan penukaran pada pelaksanaan even-even khusus seperti pameran. Kegiatan kas keliling yang dilaksanakan di Kantor Pusat Bank sepanjang tahun 2010 meliputi kas keliling harian dan mingguan. Kegiatan kas keliling harian dilaksanakan pada setiap hari kerja dengan menggunakan 5 unit mobil khusus kas keliling dengan lokasi layanan di pasar-pasar tradisional di wilayah Jabodetabek seperti Pasar Rawamangun, Pasar Mayestik, Pasar Blok M, Pasar Kisamaun, dll, sedangkan kegiatan kas keliling mingguan merupakan kegiatan layanan kas keliling yang dilaksanakan di luar wilayah kerja KPBI, seperti Cilegon, Sukabumi, Karawang dan Serang.:

Selama tahun 2010, kegiatan kas keliling yang telah dilaksanakan oleh KPBI adalah sebanyak 1266 kali kegiatan, yang terdiri dari 617 kali kegiatan kas

32 Kas keliling yang dilakukan oleh BI merupakan kegiatan penukaran uang maupun penggantian uang kepada masyarakat yang dilakukan secara berkeliling dengan menggunakan sarana angkutan yang dapat pula dilakukan kepada bank dan instansi/lembaga lainnya.

keliling pada Semester I/2010 dan 649 kali kegiatan pada Semester II/2010. Frekuensi pelaksanaan kegiatan kas keliling tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2010 sebanyak 121 kegiatan, seiring dengan strategi BI dalam menghadapi peningkatan kebutuhan masyarakat terutama kebutuhan akan uang pecahan kecil selama bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, yaitu dengan meningkatkan frekuensi kegiatan kas keliling dan menambah modal kerja, memperluas area layanan kas keliling, antara lain kepada retailer, pengelola jalan tol, masyarakat umum, di lokasi keramaian seperti pasar tradisonal, mall, terminal/stasiun/pelabuhan, IRTI Monas dan tempat

keramaian lainnya. Sementara itu,frekuensi

pelaksanaan kegiatan layanan kas keliling terendah terjadi pada bulan Mei 2010 dengan frekuensi pelaksanaan kegiatan sebanyak 88 kali.

Layanan kas keliling tersebut juga diberlakukan di seluruh wilayah KBI, dengan volume dan plafon modal kerja yang bervariasi didasarkan pada kondisi dan kebutuhan uang kartal di masing-masing wilayah. Layanan Kas Titipan

Kegiatan Kas Titipan merupakan salah satu bentuk layanan kas diluar kantor yang diselenggarakan pada daerah tertentu dengan melakukan kerjasama pada salah satu bank setempat sebagai Bank Pengelola Kas Titipan. Layanan Kas Titipan ini dilakukan sebagai solusi meminimalisir terdapatnya blank spot areas yang

dikeluhkan oleh masyarakat terkait minimnya

pemenuhan kebutuhan uang baik secara jumlah maupun kualitas akibat tidak terjangkau secara optimal oleh KBI terdekat.

Pada tahun 2010, terdapat 13 lokasi kas titipan yang berada di 8 wilayah KBI. Lokasi kas titipan tersebut meliputi Sorong, Timika, Biak, dan Merauke (KBI Jayapura); Maumere (KBI Kupang); Gorontalo dan Tahuna Sangihe Talaud (Manado); Sampit (KBI Palangkaraya); Pangkal Pinang, dan Lubuk Linggau (KBI Palembang); Tolitoli (KBI Palu); Rantau Prapat (KBI Pematang Siantar); dan Gunungsitoli (KBI Sibolga).

 Halaman 102 

Pada tahun 2010, BI menetapkan 3 wilayah pilot project penyempurnaan Kas Titipan melalui penerapan sebagian prinsip ketentuan penyetoran dan penarikan uang, yaitu Sampit, Lubuk Linggau, dan Pangkal Pinang. Untuk mengetahui efektivitas penerapan mekanisme setoran bayaran tersebut, dilakukan evaluasi khususnya terkait dengan kepatuhan dari bank pengelola kas titipan; rekomendasi terhadap kelanjutan

kas titipan; serta manfaat yang diperoleh

masyarakat/perbankan di wilayah masing-masing. Hasil evaluasi yang dilakukan akan menjadi acuan dalam penerapan kebijakan mekanisme setoran bayaran bank pada kas titipan di wilayah lainnya.

Pilot Project Kerjasama Layanan Penukaran Uang Kas Berbasis Tanpa Fee

Dalam rangka memperluas wilayah jangkauan layanan kas memenuhi kebutuhan uang pecahan kecil terutama bagi nasabah perbankan dan masyarakat, BI terus mengembangkan pilot project kerjasama penukaran uang tanpa fee dengan perbankan yang telah mulai diimplementasikan pada tahun 2008. Kerjasama tersebut cukup efektif untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang akan melakukan

penukaran uang pecahan kecil, sehingga kerjasama layanan kas dengan perbankan tersebut tetap dilanjutkan.

Strategi kerjasama layanan kas tanpa fee pada tahun 2010 diarahkan pada penambahan jumlah bank yang berperanserta serta memperluas kerjasama tidak hanya dengan perbankan namun dengan instansi lain yang dalam kegiatan transaksinya sebagian besar menggunakan uang kartal.

Pada tahun 2009, BI bekerjasama dengan 6 bank yang tersebar di 22 Kantor Cabang Bank, 6 Koordinator BPR konvensional dan 1 Koordinator BPR Syariah. Pada tahun 2010, kerjasama tersebut bertambah menjadi 10 bank umum yang tersebar di 50 Kantor Cabang serta 7 BPR. Selain dengan perbankan, telah dilakukan kerjasama layanan penukaran uang dengan PT. Kereta Api Indonesia pada 5 lokasi stasiun. Pada tahap selanjutnya, BI akan terus melakukan

pengembangan perluasan wilayah pilot project kerjasama Penukaran Uang Tanpa Fee dengan Perbankan di seluruh wilayah di Indonesia terutama di area blank spot yang belum terjangkau layanan kas BI untuk memenuhi kebutuhan uang masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Pelaksanaan dan Pemantauan Kebijakan Setoran Bayaran Bank

Sejak tanggal 30 Juni 2008, Bank Indonesia menerapkan kebijakan penyetoran dan penarikan uang kepada perbankan yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.9/37/DPU tanggal 27 Desember 2007 perihal Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia. Dalam rangka transparansi dan mengikutsertakan perbankan dalam merumuskan kebijakan penyetoran dan penarikan uang kepada perbankan tersebut, Bank Indonesia terlebih dahulu menerapkan uji coba pola penyetoran dan penarikan uang secara bertahap sejak bulan Oktober 2005 yang dilakukan secara bertahap berdasarkan wilayah kerja kantor Bank Indonesia dan jenis pecahan uang.

Kebijakan penyetoran dan penarikan uang kepada

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 103-118)