• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temuan Uang Palsu

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 81-88)

Perkembangan kegiatan pengedaran uang sepanjang tahun 2010 tidak terlepas dari perkembangan perekonomian yang berlangsung sepanjang tahun berjalan. Ditengah pemulihan ekonomi paska krisis tahun 2008/2009 dan tekanan inflasi yang meningkat sepanjang tahun 2010, penggunaan uang kartal oleh masyarakat menunjukkan peningkatan sebagaimana tercermin pada meningkatnya berbagai indikator pengedaran uang antara lain jumlah uang beredar (UYD) dan net aliran uang kartal yang keluar dari BI ke perbankan dan masyarakat (net outflow).

Pada tahun 2010, pertumbuhan UYD rata-rata mencapai 12,1% yaitu dari Rp244,4 triliun menjadi Rp274,0 triliun, atau meningkat dari pertumbuhan UYD rata-rata tahun 2009 sebesar 10,7%. Meskipun pertumbuhannya meningkat dibanding tahun 2009, laju pertumbuhan rata-rata UYD pada tahun 2010

tersebut masih dibawah angka historis sebelum krisis (2005-2008) yang berkisar antara 13,5% sampai 26,3%.

Kebutuhan uang kartal yang meningkat selama 2010 juga tercermin dari kegiatan pengedaran uang yang mencatat net outflow sebesar Rp36,3 triliun. Pada periode tersebut, aliran uang yang keluar dari BI ke perbankan dan masyarakat (outflow) sebesar Rp247,3 triliun atau tumbuh sebesar 20,4% dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan aliran uang dari perbankan dan masyarakat ke BI (inflow) mencapai Rp211,0 triliun atau tumbuh 9,7% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kebutuhan uang kartal yang meningkat perlu diikuti dengan upaya menjaga kualitas uang kartal yang diedarkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, BI melakukan pemusnahan uang tidak kayak edar (UTLE)

dengan tetap mempertimbangkan kecukupan

persediaan uang kartal untuk mendukung aktivitas ekonomi yang meningkat. Pada tahun 2010, jumlah

pemusnahan uang kartal meningkat 137,3%

dibandingkan periode sebelumnya.

Sementara itu, dari perkembangan temuan uang palsu yang dilaporkan perbankan, masyarakat, serta pengungkapan kasus kejahatan uang palsu selama 2010 menunjukkan temuan uang palsu meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Selama tahun 2010, rasio temuan uang palsu berkisar antara 19 sampai 20 lembar per per satu juta lembar pecahan Rp1.000 ke atas yang diedarkan. Kenaikan

temuan uang palsu terutama berasal dari

pengungkapan kejahatan uang palsu oleh Kepolisian. Perkembangan Jumlah Uang Kartal Yang

Diedarkan (UYD)

Sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca krisis keuangan, berbagai indikator UYD yaitu posisi UYD akhir tahun, rata-rata harian UYD dan laju

pertumbuhan UYD menunjukkan peningkatan

 Halaman 75 

pola perkembangan UYD selama periode laporan masih mengikuti pola musiman sebagaimana tahun sebelumnya, yaitu terjadi peningkatan UYD pada periode hari raya keagamaan dan tahun baru. Sementara dari sisi pangsa rata-rata UYD yang berada di masyarakat dan di perbankan relatif tidak

mengalami perubahan dibandingkan tahun

sebelumnya.

Jumlah uang kartal yang diedarkan (UYD) merupakan uang kartal yang berada di masyarakat dan perbankan. Pada posisi akhir tahun 2010, jumlah UYD sebesar Rp318,6 triliun atau meningkat 14,2% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Fluktuasi UYD harian cenderung mengikuti pola musiman sebagaimana tahun-tahun sebelumnya yaitu terjadi kenaikan secara signifikan pada periode hari raya keagamaan dan tahun baru sebagaimana grafik perkembangan UYD 2007-2010.

Berdasarkan rata-rata harian, jumlah UYD juga menunjukkan kenaikan yaitu dari rata-rata sebesar Rp244,4 triliun menjadi Rp274,0 triliun atau terjadi pertumbuhan sebesar 12,1%. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,7%. Laju pertumbuhan UYD yang lebih tinggi dari laju tahun sebelumnya

mencerminkan adanya indikasi pemulihan ekonomi

paska krisis finansial global. Sementara itu,

peningkatan tekanan inflasi mendorong kenaikan kebutuhan uang kartal untuk kegiatan transaksi ekonomi masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi meningkat dari 4,5% (yoy) tahun 2009 menjadi 6,15

(yoy) tahun 2010, dan pada pada periode yang sama diikuti dengan meningkatnya tekanan inflasi dari 2,78% (yoy) menjadi 6,96% (yoy).

Tren UYD rata-rata triwulanan selama tahun 2010 menunjukkan kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan fluktuasi laju pertumbuhan cenderung meningkat pada tiga triwulan pertama dan sedikit menurun pada triwulan IV. Hal ini mencerminkan pola kebutuhan uang kartal telah berjalan sesuai dengan pola normal setelah sempat mengalami perlambatan laju pertumbuhan secara gradual yang terjadi pada tahun sebelumnya sebagaimana tabel perkembangan rata-rata UYD. Laju pertumbuhan UYD (qtq) tertinggi terjadi pada triwulan III-2010 yang berbarengan dengan kenaikan permintaan uang kartal secara signifikan pada periode menjelang hari raya Idul Fitri yang terjadi pada bulan Agustus-September 2010. Demikian pula, posisi UYD tertinggi selama tahun 2010 terjadi pada Triwulan III, yaitu pada tanggal 8 September atau 1 hari kerja sebelum libur Idul Fitri, yang tercatat sebesar Rp324,1 triliun.

Grafik Perkembangan UYD, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi 2001 - 2010

 Halaman 76 

Tabel Perkembangan Rata-rata UYD

Periode 2008 2009 2010 Nominal (Triliun Rp) Triwulan I 204,0 235,4 259,4 Triwulan II 206,5 232,6 257,4 Triwulan III 230,2 252,6 287,9 Triwulan IV 242,0 256,7 290,6 Pertumbuhan (qtq) Triwulan I 1,8% -2,8% 1,1% Triwulan II 1,2% -1,2% -0,8% Triwulan III 11,5% 8,6% 11,8% Triwulan IV 5,2% 1,6% 0,9% Pertumbuhan (yoy) Triwulan I 26,9% 15,4% 10,2% Triwulan II 28,5% 12,6% 10,7% Triwulan III 30,2% 9,7% 14,0% Triwulan IV 20,8% 6,0% 13,2% Tahunan UYD 220,8 244,4 274,0 Pertumbuhan 26,3% 10,7% 12,1% UYD Akhir Th 264,4 279,0 318,6 Pertumbuhan (yoy) 19,8% 5,5% 14,2%

Pangsa UYD di masyarakat selama tahun 2010 berada pada kisaran 80,1% sampai dengan 84,8% atau rata-rata sebesar 83,4%, sedikit menurun dari tahun sebelumnya yaitu 83,5%. Namun demikian, UYD di masyarakat secara nominal mengalami kenaikan sebesar 12,0% dari Rp203,5 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp227,9 triliun pada tahun 2010. Sementara pangsa UYD di perbankan pada tahun 2010 rata-rata mencapai 16,6%, sedikit meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 16,5%. Sepanjang tahun 2010, pangsa UYD tertinggi di perbankan terjadi pada bulan September 2010 untuk mengantisipasi kebutuhan penarikan uang kartal masyarakat pada periode ramadhan dan libur idul fitri sebagaimana dalam tabel pangsa UYD di masyarakat dan perbankan.

Pangsa UYD di masyarakat dan di perbankan yang relatif stabil sepanjang tahun 2009 dan 2010 tersebut mencerminkan preferensi masyarakat yang tidak berubah dalam memegang uang kartal. Peningkatan aktivitas ekonomi yang berlangsung pada 2010, yang

mendorong peningkatan uang kartal di masyarakat, telah diikuti pula dengan peningkatan likuiditas uang kartal di perbankan untuk mengantisipasi kebutuhan penarikan uang kartal oleh nasabah dan masyarakat.

Tabel Pangsa UYD di Masyarakat dan Perbankan

Periode 2009 2010

Masy Bank Masy Bank

Januari 80.4% 19.6% 81.4% 18.6% Februari 82.6% 17.4% 83.1% 16.9% Maret 83.8% 16.2% 83.3% 16.7% April 83.7% 16.3% 83.9% 16.1% Mei 84.4% 15.6% 84.5% 15.5% Juni 85.7% 14.3% 84.8% 15.2% Juli 83.4% 16.6% 84.0% 16.0% Agustus 84.1% 15.9% 83.6% 16.4% September 82.9% 17.1% 80.1% 19.9% Oktober 82.0% 18.0% 83.0% 17.0% November 84.6% 15.4% 84.4% 15.6% Desember 84.0% 16.0% 84.2% 15.8% Triwulan I 82.3% 17.7% 82.6% 17.4% Triwulan II 84.6% 15.4% 84.4% 15.6% Triwulan III 83.5% 16.5% 82.6% 17.4% Triwulan IV 83.5% 16.5% 83.9% 16.1% Total 83.5% 16.5% 83.4% 16.6%

Jumlah UYD pada posisi akhir tahun 2010 tercatat sebesar Rp318,6 triliun, meningkat 14,2% dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp279,0 triliun. Berdasarkan komposisi UYD per pecahan, pangsa UYD terbesar adalah pecahan Rp100.000 (52,4%) dan

pecahan Rp50.000

(

36,6%). Adapun pangsa uang

pecahan Rp20.000 menurun dari 3,4% menjadi 2,9% dan uang kertas pecahan kecil (Rp10.000 ke bawah) meningkat dari sebesar 7,6% menjadi 8% sebagaimana dalam grafik pangsa pecahan UYD berdasarkan nominal. Terdapat kenaikan cukup signifikan terhadap jumlah nominal uang kertas pecahan Rp100.000 dan Rp10.000 yang beredar di masyarakat masing-masing 24,7% dan 39,9%. Berdasarkan jumlah lembar/keping uang yang diedarkan, terjadi penurunan pangsa uang pecahan kecil (Rp10.000) ke bawah yaitu dari 61,6% pada

 Halaman 77 

posisi akhir tahun 2009 menjadi 58,5%. Adapun pecahan yang menunjukkan peningkatan adalah pecahan Rp100.000.

Peningkatan pangsa uang kartal yang diedarkan pecahan Rp100.000 baik secara nominal maupun jumlah lembar mencerminkan adanya peningkatan kebutuhan uang pecahan besar untuk kebutuhan transaksi masyarakat seiring dengan kenaikan harga serta untuk pemenuhan likuiditas di perbankan. Hal ini tercermin pada grafik pangsa pecahan UYD berdasarkan lembar/keping.

Perkembangan Aliran Keluar dan Masuk Uang Kartal Melalui BI

Perkembangan aliran keluar dan masuk uang kartal

selama 2010 relatif tidak berbeda dengan

perkembangan tahun sebelumnya. Sejalan dengan

kegiatan ekonomi yang meningkat, aliran keluar uang kartal mencatat angka yang lebih besar dari aliran masuk (net outflow). Dari sisi pola, aliran outflow pada tahun 2010 masih diwarnai oleh keperluan transaksi terkait dengan perayaan keagamaan dan tahun baru, sedangkan aliran masuk (inflow) juga masih dipengaruhi oleh kebijakan diskrisi kepada perbankan. Sementara berdasarkan wilayah, jumlah outflow terbesar terjadi di wilayah KP dan Sumatera, dan jumlah inflow terbesar masih terjadi di wilayah Pulau Jawa (non KP) dan KP.

Jumlah outflow uang kartal menunjukkan kenaikan sebesar 20,4% dari Rp205,5 triliun menjadi Rp247,3 triliun, demikian pula dengan aliran uang yang masuk ke BI dari perbankan dan masyarakat (inflow) meningkat 9,6% dari Rp192,5 triliun menjadi Rp211,0 triliun. Jumlah outflow lebih besar dari inflow, sehingga terjadi net outflow uang kartal sebesar Rp36,3 triliun.

Berdasarkan data tersebut tercermin adanya

penambahan kebutuhan uang kartal di masyarakat seiring dengan mulai bergairahnya kegiatan ekonomi serta masih kentalnya budaya masyarakat untuk menggunakan uang kartal dan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif sebagaimana tergambar pada grafik perkembangan outflow dan inflow uang kartal.

Selain kegiatan ekonomi yang meningkat, tekanan inflasi sepanjang 2010 menjadi faktor penting lain

Grafik Pangsa Pecahan UYD Berdasarkan Nominal

Grafik Pangsa Pecahan UYD Berdasarkan Lembar / Keping

 Halaman 78 

yang memicu kenaikan net outflow uang kartal. Sementara tren apresiasi nilai tukar sepanjang 2010, yang mendorong masyarakat untuk menukarkan rupiah dengan aset valuta asing, tidak terlalu berdampak terhadap fluktuasi net outflow uang kartal

sebagaimana tergambar jelas pada grafik

perkembangan net outflow, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar.

Pola aliran uang yang keluar dari BI ke perbankan dan masyarakat (outflow) secara triwulanan memiliki pola yang sama selama tiga tahun terakhir. Sampai dengan triwulan III, jumlah outflow mengalami peningkatan dan mencapai jumlah tertinggi pada triwulan III, yaitu sebesar Rp90,2 triliun dan mengalami penurunan pada triwulan IV. Tingginya jumlah outflow pada triwulan III tersebut dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat untuk keperluan transaksi pada periode ramadhan dan idul fitri yang terjadi pada awal bulan September, sedangkan pada triwulan IV terjadi kenaikan kebutuhan uang kartal pada bulan Desember menjelang Natal dan Tahun Baru. Jumlah outflow

setiap triwulan sepanjang tahun laporan

memperlihatkan jumlah yang lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebagaimana grafik perkembangan outflow uang kartal.

Pola aliran uang kartal yang masuk ke BI dari perbankan dan masyarakat secara triwulanan pada

tahun 2010, sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terjadi kenaikan pada triwulan I dan III, sedangkan tahun sebelumnya terjadi pada triwulan I dan IV. Namun demikian, peningkatan inflow tersebut dipengaruhi oleh faktor yang sama yaitu adanya kebijakan diskresi kepada perbankan untuk menyetorkan kelebihan likuiditas ULE paska hari raya keagamaan (idul fitri dan natal) serta tahun baru sebagaimana grafik perkembangan inflow uang kartal.

Jumlah outflow selama tahun 2010 lebih besar dari jumlah inflow, sehingga pada tahun laporan terjadi net outflow sebesar Rp36,3 triliun atau meningkat cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp12,6 triliun. Peningkatan tersebut mencerminkan adanya tambahan kebutuhan uang kartal yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan mulai tumbuhnya kegiatan perekonomian di Indonesia paska krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008-2009.

Grafik Perkembangan Net Outflow, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Nilai Tukar

Grafik Perkembangan Outflow Uang Kartal

 Halaman 79 

Outflow tertinggi terjadi pada triwulan III, namun net outflow tertinggi selama tahun 2010 terjadi pada triwulan IV yang mencapai sebesar Rp29,0 triliun. Hal ini disebabkan tingginya outflow dibarengi dengan tingginya inflow pada triwulan III, sehingga jumlah net outflow pada triwulan III lebih rendah dan bahkan relatif sama dengan triwulan II.

Sementara itu, jumlah outflow uang kartal yang cukup besar pada triwulan IV terjadi menjelang natal dan akhir tahun, sehinga arus uang kartal masuk dalam jumlah besar diperkirakan akan terjadi pada awal triwulan tahun 2011.

Secara regional, jumlah outflow terbesar masih terjadi di wilayah KP dan Sumatera yang mencapai 28,0% dan 27,4% dari total outflow selama tahun 2010. Meskipun demikian, pada dua tahun terakhir pangsa outflow di wilayah KP tersebut menurun, sedangkan di

wilayah lainnya seperti Sumatera, Jawa (di luar KP), Kalimantan, Sulawesi dan Papua (Sulampua), terjadi peningkatan sebagaimana grafik pangsa outflow berdasarkan wilayah.

Untuk jumlah inflow berdasarkan wilayah, pangsa terbesar masih terjadi di wilayah Pulau Jawa (non KP) dan KP masing-masing sebesar 39,7% dan 24,7% dari total inflow selama tahun 2010. Sebagaimana outflow, pangsa inflow di KP menunjukkan penurunan sedangkan di luar wilayah KP menunjukkan pangsa

yang meningkat dalam dua tahun terakhir

sebagaimana digambarkan apada grafik pangsa inflow berdasarkan wilayah.

Hampir seluruh wilayah di KP dan KBI mengalami peningkatan jumlah outflow serta kenaikan jumlah inflow pada hampir seluruh wilayah, kecuali wilayah Sulawesi, Ambon dan Papua yang mengalami penurunan sebesar 2,8%.

Jumlah outflow yang lebih besar dari jumlah inflow (net outflow) terjadi di KP dan wilayah lainnya, sedangkan net inflow terjadi di wilayah Jawa (di luar Jakarta). Pola tersebut tidak mengalami perubahan dengan jumlah net outflow dan net inflow yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik Perkembangan Netflow Uang Kartal

Grafik Pangsa Outflow Berdasarkan Wilayah

 Halaman 80 

Tabel Net Flow Uang Kartal Berdasarkan Wilayah (Triliun Rp) WILAYAH 2008 2009 2010 KP (27.6) (16.3) (17.1) JAWA NON KP 23.2 32.3 34.0 BALI+NT (4.1) (2.5) (4.3) SUMATERA (15.4) (12.5) (24.6) KALIMANTAN (10.6) (9.0) (14.6) SULAMPUA (6.9) (4.5) (9.8) (41.4) (12.6) (36.3)

Posisi Kas Bank Indonesia

Perkembangan posisi kas BI selama 2010 berfluktuasi sejalan dengan perkembangan permintaan uang kartal masyarakat. Ditengah kegiatan ekonomi yang meningkat, rasio kecukupan posisi kas terhadap rata-rata jumlah outflow secara triwulanan menurun dibandingkan tahun sebelumnya meskipun tetap terjaga pada posisi yang aman.

Rata-rata posisi kas BI selama tahun 2010 sebesar Rp138,8 triliun atau sedikit meningkat yaitu 4,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp132,5 triliun. Perkembangan posisi kas BI selama 2010 tersebut berfluktuasi sejalan dengan perkembangan permintaan uang kartal masyarakat.

Posisi kas BI terendah pada tahun 2010 tercatat pada tanggal 8 September atau 1 hari kerja sebelum masa liburan Idul Fitri yaitu sebesar Rp97,9 triliun dan tertinggi tercatat pada tanggal 28 April 2010 yang mencapai Rp150,5 triliun.

Meskipun terjadi kenaikan permintaan uang kartal dan jumlah pemusnahan uang selama tahun 2010, namun dengan didukung oleh perencanaan dan pelaksanaan pengadaan uang yang komprehensif, maka jumlah persediaan kas BI pada tahun 2010 rata-rata perbulan berada di atas Rp100 triliun sebagaimana tergambar pada grafik perkembangan persediaan kas BI.

Rasio kecukupan posisi kas terhadap rata-rata jumlah outflow secara triwulanan selama tahun 2010 berkisar antara 6,5 sampai 7,4 bulan rata-rata outflow. Rasio terendah terjadi pada triwulan III yang bersamaan dengan tingginya permintaan uang kartal masyarakat pada periode ramadhan, sedangkan rasio tertinggi terjadi pada triwulan II sebagaimana dalam tabel perkembangan posisi kas BI.

Rasio posisi kas BI selama tahun 2010 secara umum lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, disebabkan adanya kenaikan rata-rata outflow. Meskipun demikian, rasio tersebut masih berada pada kisaran aman yaitu melebihi 3 bulan rata-rata outflow. Posisi kas BI pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar Rp122,9 triliun. Sebagian besar persediaan kas BI tersebut adalah pecahan Rp50.000 yang mencapai 53,6% sebagaimana pada grafik pangsa persediaan

Tabel Laju Pertumbuhan Inflow dan Outflow (dalam Persentase) WILAYAH OUTFLOW (%) INFLOW 2008 2009 2010 2008 2009 2010 KP 15.6 -2.2 5.8 16.7 25.0 6.0 JAWA NON KP 29.3 -11.9 26.4 23.1 5.5 17.0 BALI+NT 5.5 -18.9 43.6 -14.1 -2.4 29.4 SUMATERA 8.3 -12.8 25.2 21.7 -10.9 3.9 KALIMANTAN 11.0 -4.9 38.5 3.1 10.7 11.1 SULAMPUA 18.5 -13.8 21.5 28.5 -6.2 -2.8

 Halaman 81 

kas BI berdasarkan nominal. Sementara itu, berdasarkan bilyet/keping uang pecahan terbanyak adalah Rp50.000 dan Rp1.000 masing-masing sebesar 26,4% dan 14,4%. Tingginya pangsa posisi uang pecahan Rp1.000, yang sebelumnya hanya mencapai 5,1% dari total bilyet/keping posisi kas BI, dipengaruhi pengeluaran dan pengedaran uang logam pecahan Rp1.000. Demikian pula dengan pengeluaran dan

pengedaran uang kertas pecahan Rp10.000, terjadi kenaikan pangsa yang cukup signifikan yaitu dari 6,7% menjadi 9,5%. Kenaikan persediaan kas pecahan tersebut untuk mengantisipasi permintaan uang desain baru yang umumnya diminati oleh masyarakat.

Pemusnahan Uang

Mempertimbangkan kondisi kualitas uang di

masyarakat, sejak pertengahan triwulan II-2010 ditempuh kebijakan untuk meningkatkan standar kualitas uang yang dapat diedarkan kembali ke masyarakat. Hal ini sejalan dengan clean money policy sehingga selama tahun 2010 jumlah pemusnahan uang meningkat secara signifikan dibandingkan periode tahun sebelumnya. Kebijakan yang diterapkan adalah dengan melanjutkan strategi peningkatan standar kualitas uang yang dapat diedarkan kembali ke masyarakat.

Kebijakan tersebut dilakukan dengan menetapkan soil level atau tingkat kelusuhan tertentu pada sarana pengolahan uang yang diberlakukan di seluruh unit kerja kas di BI baik di KP dan KBI. Dengan penerapan kebijakan tersebut, jumlah pemusnahan UTLE pada tahun 2010 meningkat secara signifikan dibanding tahun sebelumnya sebesar 137,6%. Demikian pula dengan jumlah bilyet uang yang dimusnahkan meningkat sebesar 56,1% dari 3,2 miliar bilyet menjadi 4,9 miliar bilyet.

Jumlah bilyet uang kertas yang dimusnahkan secara triwulanan relatif sama dengan pola yang terjadi pada tahun 2007 dan 2008, yaitu terjadi penurunan pada triwulan II dan III, kemudian meningkat pada triwulan IV. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya aliran uang masuk dari perbankan dan masyarakat ke BI yang sebagian besar dalam kondisi tidak layak edar sebagaimana digambarkan pada grafik perkembangan pemusnahan uang.

Berdasarkan wilayahnya, jumlah pemusnahan uang tertinggi terdapat di wilayah Jawa (non KP) dan Kantor

Tabel Perkembangan Posisi Kas BI

2008 2009 2010

Nominal (Triliun Rp)

Rata2 Harian 73.3 132.5 138.8

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 81-88)