• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Corporate Governance (CG ) terhadap Earning

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Evaluasi Model

5.3.3 Pengaruh Corporate Governance (CG ) terhadap Earning

Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa CG berpengaruh negatif tehadap EM berdasarkan analisis data penelitian tidak dapat diterima. Penjelasan agency theory menyatakan bahwa tata kelola yang baik akan mengurangi potensi

& Rabiee, 2011; Ramachandran, Ngete, Subramanian, & Sambasivan, 2015;

Visvanathan, 2008). Namun berdasarkan stewardship theory yang dikembangkan oleh Davis, Schoorman and Donaldson (1997) menjelaskan bahwa kepentingan manajemen tidak selalu dipandang bertentangan dengan kepentingan perusahaan.

Penelitian Tejo and Sanjaya, (2016) yang dilaksanakan di Indonesia juga menyimpulkan bahwa CG tidak mempengaruhi EM. Manajemen dapat saja melakukan aktifitas manajemen laba bukan untuk kepentingan personal namun untuk kepentingan perusahaan atau dikenal dengan benefecial Earning Management. Sejalan dengan kondisi pasar modal di Indonesia yang cenderung efisien dalam bentuk lemah, maka pola manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan relatif beragam sehingga pengujian statistik tidak akan menghasilkan kecenderungan yang kuat serta signifikan.

Dalam konteks EM yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan, maka praktek tata kelola perusahan tidak selalu membatasi manajemen untuk tidak melakukan manajemen laba namun dapat saja membiarkan atau bahkan memberikan dorongan kepada manajemen untuk melakukan praktik benfecial Earning Management. Sebagai contoh aktivitas benefecial Earning Management adalah melakukan pencatatan yang dipercepat atau diperlambat yang tidak bertujuan mendilusi informasi bagi pihak eksternal namun justru meningkatkan kualitas informasi yang diberikan pada investor. Hasil ini merekomendasikan bahwa penelitian selanjutnya sangat perlu untuk mengklasifikasi jenis praktik manajemen laba yang dilakukan apakah pada kepentingan personal manajemen atau untuk menyediakan informasi yang lebih baik.

Asymmetry (IA)

Salah satu tujuan utama implementasi tata kelola yang baik adalah menjaga kualitas informasi yang disajikan kepada pihak eksternal. Hal ini mendorong bahwa dalam banyak aspek CG selalu mendorong independensi karena independesi secara teori akan mendorong pengungkapan yang menyeluruh dan netral. Kualitas informasi yang disajikan kepada pihak eksternal tersebut akan membuat IA dapat ditekan agar investor dapat membuat keputusan yang lebih baik. Hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa CG akan berpengaruh negatif terhdap IA atau dengan pengertian lain bahwa implementasi mekanisme internal CG yang baik akan menekan IA dapat diterima. Hal ini sesuai dengan agency theory dan berbagai penelitian sebelumnya (Bar-Yosef & Prencipe, 2013; Cormier, Ledoux, Magnan,

& Aerts, 2010; Petra, 2007).

Hasil ini mendorong rekomendasi peningkatan kualitas tata kelola agar dapat meminimalkan risiko ketidakjelasan informasi yang dapat merugikan investor terutama investor retail. Mendorong kepercayaaan investor ritel akan membuat aliran dana yang disalurkan ke pasar modal mengalami peningkatan dan peningkatan tersebut dapat mendorong suplai dana yang lebih besar sehingga dapat menurunkan biaya modal perusahaan.

5.3.5 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Information Asymmetry (IA)

Berbeda dengan CG yang terbukti memberikan pengaruh negatif terhadap IA, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa EM dapat meningkatkan IA tidak

tersebut akan meningkatkan ketidakjelasan informasi maka seharusnya IA akan mengalami peningkatan ketika praktek EM mengalami peningkatan. Namun demikian sejalan dengan hasil penelitian bahwa CG tidak mempengaruhi EM, maka patut diduga bahwa praktek manajemen laba yang dilakukan mungkin saja bertujuan untuk memperkaya kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa praktik EM akan meningkatkan IA (Ascioglu, Hegde, Krishnan, & McDermott, 2012; Cormier, Houle, & Ledoux, 2013) namun beberapa penelitian tidak menyimpulkan EM mempengaruhi IA (Bar-Yosef & Prencipe, 2013). Pada sisi lain, penelitian Arya, Glover and Sunder (2003) menyatakan bahwa tidak selalu praktek EM berakibat tidak baik terhadap investor.

Maka berdasarkan penelitian Adut, Holder and Robin (2013) tindakan manajemen laba harus diklasifikasi apakah bersifat predictive Earning Management yang menguntungkan investor atau oppurtunistic Earning Management yang mengungkan manajemen. Jika hal tersebut bersifat prediktif maka IA tidak akan mengalami peningkatan. Berdasarkan hal tersebut, sejalan dengan rekomendasi pada pembahasan hipotesis sebelumnya, pada penelitian selanjutnya diperlukan pengklasifikasian jenis manajemen laba yang dilakukan di dalam suatu perusahaan.

5.3.6 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Cost of Equity (CoE) Hipotesis yang menyatakan bahwa EM akan berpengaruh positif terhadap CoE tidak dapat diterima. Penjelasan umum terkait hal ini sama dengan penjelasan tidak dapat diterimanya Hipotesis pengaruh positif EM terhadap IA. Hal ini kemungkinan

yang terpilih jadi sampel memiliki pola yang acak sehingga tidak dapat diklasifikasikan menjadi salah satu jenis manajemen laba. Hal ini tentunya membuat analisis secara statistik tidak dapat membuktikan hubungan yang kuat dan jelas. Disamping banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa EM berpengaruh positif terhadap CoE, penelitan Mc Innis (2010) menyimpulkan bawa aktifitas EM tidak berdampak pada CoE demikian juga penelitian Sasongko, Trisnawati and Putra (2016) yang dilakukan di Indonesia juga menyimpukan tidak ada pengaruh antara EM dan CoE.

5.3.7 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Cost of Debt (CoD) Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa aktivitas EM akan memberikan pengaruh positif teradap CoD juga tidak dapat diterima. Dalam sudut pandang risiko informasi seharusnya tindakan EM akan membuat lembaga pemberi pinjaman meminta premi risiko yang lebih besar. Namun terdapat kemungkinan bahwa institusi keuangan yang memberikan kredit mampu melakukan analisis yang lebih dalam dibandingkan hanya sekedar menerima informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Hal ini sejalan dengan berbagai penelitian yang menyatakan bahwa EM tidak mempengaruhi CoD (Fattouh, Ghafeer, & Rahman, 2015) namun tidak sejalan dnegan berbagai penelitian lain (Miiller & Martinez, 2016; Shen &

Huang, 2013).

Peneliti menduga bahwa perubahan nilai CoD lebih kepada pola tahunan yang mengikuti suku bunga bebas risiko (BI Rate). Hal ini terlihat dalam analisis deskriptif bahwa pola fluktuasi nilai COD rata-rata tahunan memiliki pola yang

menunjukkan bahwa jika perusahaan memperoleh pinjaman dari sumber yang sama, maka ttingkat bunga yang dibebankan pada perusahaan relatif stabil walaupun terjadi perubahan dalam internal perusahaan seperti praktik EM, CG, dll.

5.3.8 Pengaruh Information Asymmetry (IA) terhadap Cost of Equity (CoE) CoE sebagai premi risiko atas investasi dana yang ditanamkan oleh investor di perusahaan tertentu pasti mempertimbangkan risiko yang melekat pada investasi tersebut. Semakin besar risiko yang ditanggung, maka akan semakin besar premi risiko yang diminta investor. Premi risiko tersebut merupakan CoE masing-masing perusahaan, sehingga Hipotesis penelitian ini adalah bahwa semakin besar IA maka CoE akan semakin besar. Pada analisis hubungan IA dan CoE terbukti memiliki hubungan yang positif, artinya semakin tinggi nilai IA maka nilai CoE akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori serta mayoritas penelitian terdahulu misalnya bahwa IA akan mempengaruhi CoE pada pasar persaingan yang tidak sempurna (Lambert, Leuz, & Verrecchia, 2011), IA yang bersifat sementara mempengaruhi CoE (Levi & Zhang, 2015), dan berbagai penelitian lainnya (He, Lepone, & Leung, 2013; Hwang, Lee, Lim, & Park, 2013).

Nilai koefisien determinasi dengan memasukkan variabel IA sebagai penentu CoE terbukti menghasilkan nilai yang relatif besar dengan menggunakan ketiga pengukuran IA yaitu dengan menggunakan Bid ask sebesar 9,25%, menggunakan SPV menghasilkan nilai 13,1% dan dengan menggunakan ukuran perankingan mencapai 16,3%. Hal ini relatif berbeda dengan koefisien determinasi ketika IA belum dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi. Hasil ini juga

Indonesia adalah hal yang sangat krusial sehingga setiap usaha untuk menurunkan IA termasuk implementasi IFRS menjadi suatu langkah yang sangat pening untuk menurunkan CoE perusahaan-perusahaan di Indonesia. Regulator perlu mendorong implementasi IFRS yang berkualitas, artinya bukan hanya sekadar kepatuhan pada aspek-aspek normatif karena terbukti, pengaruh CG secara langsung kepada CoE maupun CoD tidak memiliki pengaruh yang besar.

5.3.9 Pengaruh Information Asymmetry (IA) terhadap Cost of Debt (CoD) Pengaruh IA terhadap CoD relatif sama dengan pengaruh IA terhadap CoE yaitu Hipotesis dapat diterima bahwa IA memberikan pengaruh positif terhadap CoD dengan koefisien determinasi yang relatif besar. Namun terdapat hasil yang menarik bahwa jika hasil ketiga pengukuran IA tersebut dianalisis lebih detail, terdapat perbedaan pola diantara ketiga metode pengukuran IA tersebut.

Pengukuran IA melalui bid ask menghasilkan koefisien determinasi terhadap CoD lebih besar dibandingkan terhadap CoE (10,6% berbanding 9,2%) sedangkan dengan pengukuran IA dengan menggunakan share price volatility terlihat bahwa koefisien determinasi terhadap CoD lebih kecil dibandingkan terhadap CoE (10,6%

berbanding 13,1%).

Hal tersebut mempertegas dugan awal peneliti bahwa diperlukan pengintegrasian beberapa metode pendekatan pengukuran IA. Integrasi pengukuran tersebut perlu dilakukan agar informasi yang diberikan menjadi lebih baik. Analisis selanjutnya dilakukan dengan pengukuran IA dengan menggunakan ukuran perankingan dimana terlihat bahwa koefisien determinasi terhadap CoD lebih kecil

penggunaan ukuran perankingan bukan hanya menentukan kepada variabel mana IA lebih dapat digunakan sebagai prediktor namun secara konsisten pengukuran IA dengan menggunakan perankingan menghasilkan koefisien determinasi yang lebih besar kepada kedua variabel tersebut.

5.3.10 Pengaruh Cost of Equity (CoE) terhadap Cost of Debt (CoD)

Secara teori pengaruh CoD terhadap CoE seharusnya searah sehingga Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa peningkatan CoD akan mendorong peningkatan CoE. Namun demikian hasil yang diperoleh diluar dugaan bahwa CoD justru memberikan pengaruh negatif artinya peningkatan CoD justru menurunkan CoE. Hal ini juga sudah terindikasi sejak awal dalam analisis statistik deskriptif yang menunjukkan gerakan pola tren keduanya tidak sama. Dugaan peneliti setidaknya hal ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, terdapat hubungan tidak linear antara hutang perusahaan dengan penilaian investor terhadap perusahaan. Pada konteks pasar saham Indonesia, jika sebuah perusahaan mampu memperoleh kredit dari lembaga keuangan seperti bank, sindikasi bank, dan institusi keuangan lainnya maka investor akan memberikan apresiasi yang ditandai dengan naiknya harga saham perusahaan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa perusahaan yang berhasil mendapat kredit adalah perusahaan yang memiliki prospek bisnis yang baik.

Kedua, sesuai dengan penjelasan pada berbagai pembahasan hipotesis sebelumnya, peneliti menduga bahwa informasi yang dimiliki oleh perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang menyalurkan kredit berbeda dengan informasi

lainnya yaitu bahwa eksistensi IA sangat mempengaruhi CoE dan CoD. Ketiga, berdasarkan pengujian dengan menggunakan ketiga pengukuran IA dapat dilihat bahwa terdapat inkonsistensi hasil terutama dalam ukuran koefisien determinasi pengaruh antara IA dengan CoE dan CoD. Ketiga hal diatas diduga dapat membuat inkonsistensi pengaruh CoD terhadap CoE tidak dapat diperoleh.

Tabel 5.13 Ringkasan Output PLS Model I – Bid-Ask Spread (Hipotesis 11 - 14)

Tabel 5.14 Ringkasan Output PLS Model II - Share Price Volatility (Hipotesis 11 – 14)

Tabel 5.15 Ringkasan Output PLS Model III - Pengukuran Terintegrasi (Hipotesis 11 - 14)

H11 Corporate Governance -> Information

Assymetry -> Cost of Equity * -0,085 -0,085 0,016 5,237 0,000 Hipotesa Diterima H12 Corporate Governance -> Information

Assymetry -> Cost of Debt * -0,070 -0,071 0,013 5,531 0,000 Hipotesa Diterima H13 Earning Management -> Information

Assymetry -> Cost of Equity 0,023 0,021 0,017 1,319 0,188 Hipotesa Ditolak

H14 Earning Management -> Information

Assymetry-> Cost of Debt 0,021 0,021 0,015 1,447 0,148 Hipotesa Ditolak

Model PLS-SEM 2, Dengan IA SPV

Original H11Corporate Governance -> Information

Assymetry -> Cost of Equity * -0,073 -0,073 0,017 4,228 0,000 Hipotesa Diterima H12Corporate Governance -> Information

Assymetry -> Cost of Debt * -0,062 -0,062 0,014 4,332 0,000 Hipotesa Diterima H13Earning Management -> Information

Assymetry -> Cost of Equity 0,011 0,010 0,018 0,616 0,538 Hipotesa Ditolak H14Earning Management -> Information

Assymetry-> Cost of Debt 0,012 0,011 0,016 0,785 0,433 Hipotesa Ditolak Model PLS-SEM 3, Dengan IA Rank

5.3.11 Pengaruh Corporate Governance (CG) terhadap Cost of Equity (CoE) melalui Information Asymmetry (IA)

Pada pengujian hipotesis pertama yang menguji pengaruh CG terhadap CoE, hipotesis tersebut tidak dapat diterima karena tanda koefisien yang berlawanan dengan dugaan awal yaitu CG ternyata berpengaruh positif terhadap CoE. Pada hipotesis ketiga yang menguji pengaruh antara CG terhadap IA hipotesis dapat diterima bahwa CG mempengaruhi IA. Pada pengujian pengaruh tidak langsung antara variabel CG terhadap COE melalui IA hipotesis yang menyatakan bahwa CG berpengaruh secara negatif terhadap CoE dapat diterima. Hal ini membuktikan bahwa variabel IA sebagai variabel antara CG dengan CoE membuat hubungan antara CG dan CoE menjadi sesuai dengan teori bahwa CG dapat menurunkan CoE. Hasil ini membuktikan peranan yang sangat signifikan variabel IA dalam model yang dikembangkan. Hasil ini menjadi salah satu hasil terpenting dalam penelitian ini yang semakin mempertegas signifikansi IA sebagai variabel yang penting. Hasil ini secara khusus sangat sesuai dengan penelitian yang

Model PLS-SEM 1, Dengan IA Bid Ask

Corporate Governance -> Cost of Debt Berpengaruh Signifikan Berpengaruh Signifikan -0,045 -0,121 37,56% Mediasi Parsial Corporate Governance -> Cost of Equity Berpengaruh Signifikan Berpengaruh Signifikan -0,029 0,093 -31,47% Mediasi Parsial Earning Management -> Cost of Debt Tidak Berpengaruh

Earning Management -> Cost of Equity Tidak Berpengaruh Model PLS-SEM 1, Dengan IA SPV

Corporate Governance -> Cost of Debt Tidak Berpengaruh

Corporate Governance -> Cost of Equity Berpengaruh Signifikan Berpengaruh Signifikan -0,067 0,093 -71,40% Mediasi Parsial Earning Management -> Cost of Debt Tidak Berpengaruh

Earning Management -> Cost of Equity Tidak Berpengaruh Model PLS-SEM 1, Dengan IA Rank

Corporate Governance -> Cost of Debt Tidak Berpengaruh

Corporate Governance -> Cost of Equity Berpengaruh Signifikan Berpengaruh Signifikan -0,050 0,093 -53,39% Mediasi Parsial Earning Management -> Cost of Debt Tidak Berpengaruh

Earning Management -> Cost of Equity Tidak Berpengaruh

Information Assymmetry Bukan Variabel Mediasi Information Assymmetry Bukan Variabel Mediasi Information Assymmetry Bukan Variabel Mediasi Information Assymmetry Bukan Variabel Mediasi Information Assymmetry Bukan Variabel Mediasi Information Assymmetry Bukan Variabel Mediasi Analisisi Variabel Mediator

Tahap III: Analisis Skor VAF

Information Assymmetry Bukan Variabel Mediasi Information Assymmetry Bukan Variabel Mediasi

hubungan antara CG dan CoE. Sesuai dengan hal tersebut, maka usaha untuk menurunkan IA sangat diperlukan untuk menghasilkan CoE dan COD yang optimal.

Jika kita perhatikan hasil pengujian Variance Accounted For (VAF) yang terdapat di dalam tabel 5.16 untuk ketiga model yang diajukan terbukti bahwa IA adalah mediasi bagi pengaruh CG terhadap CoE. Berdasarkan kaidah statistik, jika terjadi perubahan tanda dari total indirect effect ke total effect, hal tersebut dinyatakan sebagai suppressor effect, dimana situasi tersebut direpresentasikan sebagai full mediated (Jr et al., 2014). Berdasarkan hal tersebut maka pada ketiga model tersebut terbukti bahwa IA adalah variabel intervening yang memediasi pengaruh CG terhadap CoE. Hal ini memberikan indikasi pentingnya IA dalam penentuan CoE yang disebabkan oleh CG.

5.3.12 Pengaruh Corporate Governance (CG) terhadap Cost of Debt (CoD) melalui Information Asymmetry (IA)

Hasil yang sepola dengan hipotesis ke 11 terjadi pada hipotesis ke-12 dimana pada pengujian langsung di hipotesis kedua yang menyimpulkan bahwa CG tidak mempengaruhi CoD serta hipotesis keempat yang menyimpulkan bahwa CG mempengaruhi IA, sementara pada pengujian tidak langsung pengaruh CG terhadap CoD melalui IA terbukti memiliki pengaruh negatif. Hal ini membuktikan bahwa variabel IA adalah variabel mediasi antara CG dan CoD.

Sedangkan menurut Jr et al. (2014) pada kondisi yang lain bahwa pada tingkatan nilai VAF antara 20% hingga 80% digolongkan sebagai partial mediation. Berdasarkan hal tersebut IA terbukti pada model I menjadi variabel

mencapai 37,56%. Namun hal ini tidak terbukti pada kedua model lainnya sehingga tidak diperoleh bukti yang kuat bahwa IA adalah mediator antara CG dan CoD

5.3.13 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Cost of Equity (CoE) melalui Information Asymmetry (IA)

Pengujian hubungan antara EM dengan CoE melalui IA berbeda polanya dengan hipotesis ke-11 dan ke-13. Dalam pengujian hipotesis keenam yang menguji pengaruh EM terhadap CoE dan hipotesis kelima yang menguji pengaruh EM ke IA, kedua hipotesis tersebut ditolak. Sejalan dengan hasil kedua hipotesis tersebut, hipotesis pengaruh tidak langsung EM terhadap CoE juga tidak dapat diterima.

Sesuai dengan pembahasan hipotesis kelima dan keenam, peneliti menduga bahwa praktek manajemen laba yang mungkin dilakukan di Indonesia lebih memiliki pola yang beragam antara predicitive Earning Management dan opportunistic earning management sehingga tidak diperoleh bukti hubungan statistik yang cukup kuat.

5.3.14 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Cost of Debt (CoD) melalui Information Asymmetry (IA)

Dalam pengujian pengaruh EM terhadap CoD secara langsung pada hipotesis ketujuh dan pengujian pengaruh EM secara langsung terhadap IA dalam hipotesis kelima, kedua hipotesis tersebut tidak dapat diterima. Hal yang sama terjadi pada pengujian hipotesis yang menguji pengaruh tidak langsung antara EM ke CoD melalui IA juga tidak dapat diterima. Penjelasan atas hasil ini sama dengan penjelasan atas tidak dapat ditrimanya hipotesis ke-14 dimana praktek EM yang

Management dan oppurtunistic Earning Management sehingga pengaruh yang terbentuk tidk memiliki pola yang kuat.

5.3.15 Perbedaan pengaruh Corporate Governance (CG) terhadap Information Asymmetry (IA) Sebelum dan Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS)

Analisis atas hipotesis ke-15 sampai ke-18 fokus pada apakah terdapat perbedaan pengaruh antar variabel sebelum dan setelah implementasi IFRS. Periode penelitian yang dikategorikan telah mengimplementasikan IFRS dimulai sejak laporan keuangan tahun 2012 hingga 2016 (lima tahun). Analisis ini dilakukan dengan analisis multigroup melalui pengujian apakah terdapat perbedaan antara koefisien jalur sebelum dan setelah implementasi IFRS. Hasil pengujian pada hipotesis ke-15 yaitu apakah terdapat perbedaan antara CG ke IA setelah implementasi IFRS menyimpulkan bahwa hipotesis tidak dapat diterima pada alpha sebesar 5% namun dapat diterima pada alpha sebesar 10% karena nilai p-value sebesar 0,076. Nilai p-value sebesar 0,076 dalam penelitian ilmu-ilmu sosial masih dapat dikategorikan sebagai eksistensi hubungan yang signifikan. Hasil ini memberikan bukti empiris yang moderat, atau tidak terlalu kuat dampak implementasi IFRS terhadap pengaruh CG terhadap IA.

Sebagai salah satu tujuan utama implementasi IFRS, implementasi IFRS seharusnya memberikan pengaruh terhadap hubungan antara CG ke IA sebagaimana hasil yang ditunjukkan dan telah dirangkumkan dalam penelitian Mohammadrezaei, Mohd-Saleh and Banimahd (2015). Bahkan penelitian Turki, Wali and Boujelbene (2016) menghasilkan kesimpulan bahwa implementasi IFRS dapat meningkatkan kemampuan prediksi laporan keuangan. Namun beberapa penelitian juga menghasilkan kesimpulan yang sama dengan penelitian ini, misalnya penelitian Confetti Gatsios et al. (2016) yang dilaksanakan di Brazil yang menyimpulkan bahwa implementasi IFRS tidak menurunkan IA yang berimplikasi pada penurunan biaya ekuitas.

Hasil analisis data terkait hipotesis ke-15 ini juga memberikan indikasi bahwa implementasi IFRS tidak terbukti secara kuat meningkatkan pengaruh CG terhadap berbagai variabel di dalam model. Sesuai dengan berbagai penjelasan yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, terdapat kemungkinan implementasi

Path

Terdapat perbedaan pengaruh Corporate Governance terhadap Information Asymmetry setelah Implementasi International Financial Reporting Standar(IFRS) pada level keyakinan alhpa 10%

Tidak Terdapat perbedaan pengaruh Earning Management terhadap Information Asymmetry setelah Implementasi International Financial Reporting Standar(IFRS)

H17

Information Assymetry -> Cost of Equity

0,017 0,247 0,805

Tidak Terdapat perbedaan pengaruh

Information Asymmetry terhadap Cost of Equity setelah Implementasi International Financial Reporting Standar(IFRS)

H18

Information Assymetry -> Cost of Debt *

0,133 2,123 0,034

Terdapat perbedaan pengaruh Information Asymmetry terhadap Cost of Debt setelah Implementasi International Financial Reporting Standar(IFRS)

Analisis MultiGroup PLS-SEM, Dengan IA Rank

implementasi CG itu sendiri.

5.3.16 Perbedaan Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Information Asymmetry (IA) Sebelum dan Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS)

Hasil pengujian pada hipotesis ke-16 yang menguji apakah terdapat perbedaan koefisien jalur pengaruh EM terhadap IA setelah implementasi IFRS tidak dapat diterima, artinya implementasi IFRS tidak memberikan perbedaan dalam hubungan ini. Hasil ini konsisten dengan hasil pengujian hipotesis kelima, bahwa secara keseluruhan EM tidak berpengaruh terhadap IA. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, hal ini disebabkan karena tindakan manajemen dalam hal manajemen laba memiliki pola yang acak dimana sebagian bertujuan meningkatkan kemampuan prediksi laporan keuangan sementara sebagian yang lain bertujuan untuk kepentingan manajemen itu sendiri sehingga hasil pengujian datanya tidak memberikan bukti yang kuat atas satu pola hubungan tertentu.

5.3.17 Perbedaan pengaruh Information Asymmetry (IA) terhadap Cost of Equity (CoE) Sebelum dan Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS)

Pada pengujian dampak implementasi IFRS terhadap hubungan antara IA dan CoE, hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima. Pengaruh IA terhadap CoE sekalipun dalam pengujian pengaruh langsung antara IA terhadap CoE terbukti signifikan, namun pengaruh tersebut tidak mengalami perbedaan baik sebelum dan

mempengaruhi CoE namun tidak terdapat perbedaan dalam hubungan tersebut setelah implementasi IFRS. Hasil ini menjadi bagian yang menarik untuk dibahas terlebih hasilnya bertentangan dengan pengujian pada hipotesis ke 18.

Dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti setidak terdapat dua buah penyebab hal tersebut. Pertama, perhatian investor terhadap laporan keuangan sebagai bahan rasionalisasi dalam membuat keputusan tidak terlalu dominan. Hal ini didukung oleh penelitian Ježovita (2015) yang menyimpulkan bahwa hanya 60% dari investor yang menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan. Kedua, investor cenderung tidak dapat memberikan perhatian yang baik terhadap berbagai informasi yang seharusnya sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Hal ini didukung penelitian Hendersen (2016) yang menyimpulkan bahwa pembaca laporan keuangan mengabaikan catatan yang seharusnya bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta menyimpulkan bahwa kemampuan membaca dan pemahaman untuk membaca catatan atas laporan keuangan cukup rendah. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa sekalipun penyusunan laporan keuangan telah didorong untuk semakin terstandarisasi, namun pembaca laporan keuangan belum dapat sepenuhnya memanfaatkan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan.