FINANCIAL REPORTING STANDARD
DISERTASI
Nama : CHANDRA SITUMEANG NIM : 108113003
Program Doktor : Ilmu Akuntansi
PROGRAM DOKTOR ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
STUDI PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN EARNING MANAGEMENT TERHADAP COST OF CAPITAL MELALUI
INFORMATION ASYMMETRY SETELAH IMPLEMENTASI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Doktor Ilmu Akuntansi Pada Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Dengan Wibawa Rektor Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum Dipertahankan Pada Tanggal 14 Mei 2018
Nama : CHANDRA SITUMEANG NIM : 108113003
Program Doktor : Ilmu Akuntansi
PROGRAM DOKTOR ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
SURAT KEPUTUSAN
REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No. 386/UN5.1.R/SK/SSA/2014
Tentang
Pengangkatan Tim Promotor dan Co-Promotor Mahasiswa Program Doktor (S3) Program Studi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Mahasiswa
Nama : Chandra Situmeang NIM : 108113003
Promotor : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA Co-Promotor : Prof. Erlina S.E, M.Si, Ph.D, Ak
Co-Promotor : Dr. Tavi Supriana, M.Si
Judul Disertasi : Studi Pengaruh Corporate Governance dan Earning Management Terhadap Cost of Capital Melalui Information Asymmetry Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard
Nama Mahasiswa : Chandra Situmeang
NIM : 108113003
Program Studi : Doktor (S3) Ilmu Akuntansi
Telah Diuji dan Dinyatakan LULUS di Depan Tim Penguji Pada Hari Senin Tanggal 14 Mei 2018
TIM PENGUJI DISERTASI
Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA Ketua Penguji/Promotor Prof. Erlina, S.E, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA Anggota Penguji/Co-Promotor
Dr. Tavi Supriana, M.Si Anggota Penguji/Co-Promotor
Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S Anggota Penguji
Dr. Iskandar Muda, S.E, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji
Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji
Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota Penguji
Prof. Dr. Winwin Yadiati M.Si, Ak Anggota Penguji
Chandra Situmeang lahir di Balige, Tapanuli Utara pada tanggal 1 Juli 1980. Kedua orang tua penulis yaitu Drs. Budiman Situmeang dan Dra. Mangihut Simanjuntak adalah guru yang telah menjalankan penugasan di berbagai daerah di Sumatera Utara.
Penulis menikah dengan dr. Vera Lady Marlina Sitorus, M.Ked (Clin-Path), SpPK dan telah dikaruniai dua orang anak yaitu Maria Eunike Beatrice Situmeang dan Hizkia Reynard Alexander Situmeang. Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri Siabal-Abal Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara hingga kelas IV SD dan memperoleh izajah dari SD Antonius V Medan.
Pendidikan menengah diselesaikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kristen Immanuel Medan tahun 1995 dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Medan tahun 1998. Selanjutnya, penulis mengikuti pendidikan tinggi di Universitas Padjadjaran Bandung Jurusan Akuntansi dan lulus pada tahun 2002 serta melanjutkan ke tingkat magister di Universitas Indonesia bidang Manajemen Keuangan yang diselesaikan pada tahun 2004. Pada saat mengikuti pendidikan magister tersebut, penulis juga bekerja sebagai konsultan dan auditor di KPMG International / Sidharta-Sidharta hingga tahun 2006.
Sejak tahun 2006, penulis berhenti bekerja sebagai auditor dan mulai mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik (dosen) tetap di Universitas Negeri Medan (Unimed).
Selanjutnya juga aktif mengajar di Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia (WBI), Universitas Terbuka (UT), dan beberapa Universitas lain baik sebagai dosen tidak tetap maupun dosen tamu. Setelah bekerja di Unimed, penulis tertarik untuk mengikuti pendidikan magister yang kedua dalam bidang Teknologi Pendidikan di Program Pascasarjana Unimed serta telah lulus pada bulan Januari 2018. Penulis juga aktif meneliti dan menulis berbagai artikel serta buku. Penulis telah memperoleh berbagai dana hibah penelitian tingkat nasional serta telah menulis tiga buah buku yaitu ; Manajemen Keuangan, Manajemen Keuangan Internasional, serta Pasar Modal dan Manajemen Investasi serta puluhan artikel.
Dalam lingkungan Unimed, selain menjalankan tugas utama sebagai dosen, penulis juga pernah dan sedang menjalankan berbagai tugas seperti ; Kepala Laboratorium Akuntansi, Sekretaris dan Bendahara Satuan Perencanaan Program dan Penganggaran, Senat Fakultas Ekonomi, serta Wakil Ketua Tim Penyelaras dan Pelaksana Rencana Strategis Unimed. Penulis juga aktif dalam pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan melalui peran sebagai Ketua Yayasan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) St. Nahanson Parapat Sipoholon dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Akademi Perawat Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara serta berbagai aktifitas pengembangan pendidikan lainnya baik di institusi pendidikan tinggi maupun pendidikan menengah.
MANAGEMENT TERHADAP COST OF CAPITAL MELALUI INFORMATION ASYMMETRY SETELAH IMPLEMENTASI INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARD ABSTRAK
Daya saing perusahaan ditentukan berbagai faktor termasuk biaya dana (Cost of Capital) yang terdiri dari Cost of Equity (CoE) untuk dana yang berasal dari pemilik dan Cost of Debt (CoD) untuk dana yang berasal dari pemberi pinjaman. Biaya dana tersebut merupakan premi risiko, dimana salah satu faktor penentu risiko tersebut adalah kualitas informasi yang digunakan sebagai dasar penilaian risiko. Apabila informasi yang tersedia sangat lengkap dapat menghilangkan ketidaksimetrisan (Information Asymmtery – IA).
Secara teoritis, IA dapat diminimalisasi dengan menjalankan Corporate Governance (CG) yang baik serta menekan kemungkinan manajemen melakukan aktivitas Earning Management (EM). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antar variabel-variabel tersebut terutama dikaitkan dengan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS). Analisis dan implikasi dari Implementasi IFRS tersebut sangat penting untuk diteliti karena implementasi IFRS bertujuan menstandarisasi pelaporan serta meningkatkan kualitas informasi sehingga dapat meminimalisasi IA.
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini akan menempatkan IA sebagai variabel sentral yang dipengaruhi oleh CG dan EM serta mempengaruhi CoE dan CoD. Selain kebaharuan dalam model penelitian tersebut, penelitian ini juga mengembangkan alternatif pengukuran IA. Hal khusus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian apakah terdapat perbedaan pengaruh dan hubungan antar variabel sebelum dan setelah implementasi IFRS. Pengujian model tersebut dilakukan dengan mengumpulkan data industri manufaktur sebanyak 65 perusahaan selama sepuluh tahun yaitu tahun 2017 sampai 2011 untuk periode sebelum implementasi IFRS dan tahun 2012 sampai 2016 untuk periode setelah implementasi IFRS. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis jalur dan analisis multigroup dengan menggunakan Partial Least Square (PLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CG berpengaruh terhadap IA namun EM tidak memiliki pengaruh terhadap IA. Hasil yang sangat penting dalam penelitian ini adalah bahwa IA menjadi variabel yang paling berkontribusi dalam model dengan pengaruh yang signifikan terhadap CoE dan CoD serta mampu menjadi variabel intervening yang memediasi hubungan CG dengan CoE dan CoD. IA menjadi mediator parsial dalam hubungan CG terhadap CoD serta menjadi mediator penuh dalam pengaruh CG terjadap CoE karena berhasil mengubah pola hubungan langsung yang tidak sesuai teori menjadi sesuai dengan teori dimana CG memberikan pengaruh negatif terhadap CoE. Terkait implementasi IFRS, terdapat perbedaan pengaruh antara IA terhadap CoD sebelum dan sesudah implementasi IFRS namun tidak terdapat perbedaan pengaruh antara IA dan CoE.
Dalam hubungan CG terhadap IA juga terdapat perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah implementasi IFRS namun tidak terdapat perbedaan pengaruh EM terhadap IA sebelum dan sesudah implementasi IFRS.
Kata Kunci : Cost of Equity, Cost of Debt, Information Asymmetry, Corporate
STUDY OF EFFECT CORPORATE GOVERNANCE AND EARNING MANAGEMENT TO COST OF CAPITAL THROUGH INFORMATION ASYMMETRY AFTER IMPLEMENTASI INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARD ABSTRACT
The competitiveness of a company is determined by various factors including Cost of Capital (CoC) consisting of Cost of Equity (CoE) as the cost of funds sourced from the owner and Cost of Debt (CoD) as the cost of funds sourced from the loan. The cost of funds is a risk compensation for the owner of the fund. One of the determinants of risk compensation is the quality of information used as the basis for risk assessment.
Theoretically, if the available information is complete then there is no asymmetry (Information Asymmtery - IA). IA can be minimized by running a good Corporate Governance (CG) and suppresses the possibility of management doing Earning Management (EM) activities. The purpose of this study is to analyze the relationship between variables are mainly associated with the implementation of the International Financial Reporting Standard (IFRS). The analysis and implications of IFRS Implementation are very important to be examined because IFRS implementation aims to standardize reporting and improve the quality of information so as to minimize IA.
The model developed in this study will make IA a central variable influenced by CG and EM and influence CoE and CoD. In addition to the novelty in the research model, this study also developed an IA measurement alternative. In particular, this study examined whether there are differences in the influence and relationship between variables before and after the implementation of IFRS. Testing the model is done by collecting data from the manufacturing industry as much as 65 companies for ten years, from 2017 to 2011 for the period before the implementation of IFRS and 2012 to 2016 for the period after the implementation of IFRS. The data obtained were analyzed by path analysis and multigroup analysis using Partial Least Square (PLS).
The results showed that CG had an effect on IA but EM had no effect on IA. The most important result in this study is that IA becomes the most contributing variable in the model with significant influence on CoE and CoD and can be an intervening variable that mediates CG relationship with CoE and CoD. IA becomes a partial mediator in CG's relationship to CoD and becomes a full mediator in the CG's influence with CoE for successfully changing the unsuitable pattern of direct linkage to a theory in which CG negatively affects CoE. In IFRS implementation analysis, there is a difference of influence between IA to CoD before and after IFRS implementation but there is no difference of influence between IA and CoE. In the CG relationship to IA there is also a difference of influence before and after IFRS implementation but there is no difference of EM effect on IA before and after IFRS implementation.
Keywords : Cost of Equity, Cost of Debt, Information Asymmetry, Corporate Governance, Earning Management
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaannya dalam sepanjang hidup penulis sehingga mampu menapaki proses pendidikan hingga saat ini mampu mencapai proses akhir jenjang pendidikan tertinggi. Atas berkat dan kuasaNya juga, penulis memiliki kekuatan dan semangat untuk menyelesaikan penulisan disertasi dengan judul “Studi Pengaruh Corporate Governance dan Earning Management Terhadap Cost Of Capital Melalui Information Asymmetry Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard”. Kiranya Tuhan juga yang memampukan penulis untuk menyelesaikan berbagai proses selanjutnya serta mengabdikan apa yang penulis miliki menjadi kebaikan bagi sebanyak mungkin orang.
Dalam proses studi doktoral akuntansi di Universitas Sumatera Utara yang diikuti oleh penulis khususnya dalam penulisan disertasi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus atas dukungan, motivasi, bantuan, dan arahan dari berbagai pihak. Dukungan dan bantuan yang penulis terima tidak terbatas pada bantuan akademik namun juga dorongan motivasi untuk menyelesaikan studi dan penulisan disertasi ketika penulis menghadapi berbagai kondisi yang sulit. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Erlina SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA dan Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, selau Ketua dan Sekretaris Program Studi Program Doktor Ilmu Akuntansi Faluktas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang memberikan dukungan yang besar dalam proses penyelesaian studi penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, AK, CA selaku promotor serta Ibu Prof.
Erlina SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA dan Ibu Dr. Tavi Supriana M.Si selaku Co-
Promotor. Penulis tidak hanya memperoleh dukungan akademik yang sangat berharga dalam penulisan disertasi ini namun juga dukungan motivasi yang luar biasa sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, Ibu Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak, CA, dan Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku penguji yang memberikan berbagai masukan yang berharga dalam proses penulisan disertasi ini.
6. Ibu Prof. Dr. Winwin Yadianti, M.Si, Ak, Guru Besar Program Studi Akuntansi Universitas Padjadjaran, selaku penguji dari eksternal yang menyediakan waktu serta memberikan berbagai masukan yang berharga dalam penyempurnaan disertasi ini.
7. Keluarga kecilku yang memberikan dukungan doa, semangat, dan kesediaan merelakan sebagian waktu kebersamaan demi penyelesaian studi ini khususnya buat istriku dr. Vera L.M. Sitorus dan anak anak kami yang tersayang, Maria Eunike Beatrice Situmeang dan Hizkia Reynard Alexander Situmeang.
8. Rasa syukur kepada Tuhan karena telah diberikan orang tua yang luar biasa, almarhum Drs. Budiman Situmeang dan Dra. Mangihut Simanjuntak yang bukan hanya mengasihi kami secara tulus namun membentuk kami menjadi pribadi yang mencintai pendidikan.
9. Keluarga adikku dr. Elisabet Situmeang, SPKJ serta lae Fritz Nababan, Ph.D yang memberikan dukungan semangat dan motivasi terutama dalam momen-moment sulit.
10. Pada dosen di program studi Doktor Ilmu Akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu selama mengikuti studi doktor ilmu akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
11. Para staf, pegawai, dan karyawan Program Studi Doktor Ilmu Akuntansi khususnya saudara Ari Irawan M.Si yang telah memberikan dukungan yang luar biasa dalam proses penyelesaian studi ini.
12. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh task force Universitas Negeri Medan (Unimed) khususnya Dr. Yuniarto Mudjisusatyo M.Pd sebagai ketua tim yang memberikan fleksibilitas waktu bagi penulis selama studi khususnya dalam proses penulisan disertasi ini.
13. Rekan-rekan dosen di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan atas dukungan semangat yang diberikan kepada penulis.
14. Rekan-rekan mahasiswa program doktor ilmu akuntansi khususnya teman satu angkatan yang banyak membantu selama amsa studi dan proses penulisan disertasi.
15. Tim yang membantu saya dalam pengumpulan dan pengolahan data ; Hendra Agustinus Marbun SE, MSi, Ak, CA, Dian Yehezkiel Situmorang, Desi Tampubolon, dan anggota tim lainnya yang memberikan dukungan yang luar biasa untuk mengumpulkan dan mengolah data dalam waktu yang singkat.
16. Semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan kebaikan bagi Bapak/Ibu/Saudara/i atas seluruh dukungan, bantuan, dan arahan yang diberikan kepada saya.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini tidak sempurna, namun kiranya dalam ketidaksempurnannya tersebut tetap dapat memberikan manfaat baik bagi pengembangan ilmu akuntansi. Penulis juga berharap disertasi ini bukan akhir dari karya tulis yang
dihasilkan penulis namun menjadi tahapan baru untuk menghasilkan karya tulis yang semakin baik. Kiranya segala kemualiaan hanya kembali kepadaNya.
Medan, 1 Mei 2018 Penulis
Chandra Situmeang
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PENGESAHAN DISERTASI ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v
PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi
RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GRAFIK ... xx
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 13
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15
1.3.1.Tujuan Penelitian ... 15
1.3.2.Manfaat Penelitian ... 16
1.4. Originalitas ... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 20
2.1. Agency Theory dan Stewardship Theory ... 20
2.1.1.Tinjauan Definisi Agency Theory ... 20
2.1.2.Batasan Agency Theory ... 24
2.1.3.Tinjauan Definisi Stewardship Theory ... 25
2.2. Cost of Capital (CoC) ... 26
2.2.1.Cost of Debt (CoD) ... 28
2.2.2.Cost of Equity (CoE) ... 30
2.2.3.Pengukuran Cost of Equity (CoE) ... 30
2.3. Information Asymmetry (IA) ... 36
2.3.1.Pengertian Information Asymmetry (IA) ... 36
2.3.2.Pengukuran Information Asymmetry (IA) ... 38
2.4. Corporate Governance (CG) ... 42
2.4.1.Pengertian dan Perkembangan Corporate Governance (CG) ... 42
2.4.2.Pengukuran Corporate Governance (CG) ... 47
2.5. Earning Management (EM) ... 51
2.5.1.Pengertian dan Perkembangan Earning Management (EM) ... 51
2.5.2.Metode Pelaksanaan Earning Management (EM) ... 60
2.5.3.Pengukuran Praktik Earning Management (EM) ... 61
2.6. Implementasi International Finacial Reporting Standard (IFRS) ... 70
2.7. Review Penelitian Terdahulu ... 73
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 96
3.1. Kerangka Konseptual ... 96
3.2. Kerangka Konseptual Hubungan Antarvariabel ... 97
3.2.1.Pengaruh Corporate Governance Terhadap Cost of Equity dan Cost of Debt ... 97
3.2.2.Pengaruh Corporate Governance Terhadap Earning Management ... 99
3.2.3.Pengaruh Corporate Governance Terhadap Information Asymmetry ... 101
3.2.4.Pengaruh Earning Management Terhadap Information Asymmetry ... 102
3.2.5.Pengaruh Earnings Management Terhadap Cost of Equity dan Cost Of Debt ... 102
3.2.6.Pengaruh Information Asymmetry Terhadap Cost of Equity dan Cost of Debt ... 104
3.2.7.Pengaruh Cost of Equity Terhadap Cost of Debt ... 105
3.2.8.Pengaruh Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) ... 106
3.3. Hipotesis Penelitian ... 107
BAB IV METODE PENELITIAN ... 109
4.1 Jenis Penelitian ... 109
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 109
4.3 Jenis dan Data Penelitian ... 109
4.4 Populasi dan Sampel ... 110
4.5 Variabel Penelitian ... 111
4.5.1 Cost of Equity (CoE) ... 112
4.5.2 Cost of Debt (CoD) ... 113
4.5.3 Information Asymmetry (IA) ... 114
4.5.4 Corporate Governance (CG) ... 117
4.5.5 Earning Management (EM) ... 119
4.6 Metode Analisis Data ... 122
4.6.1 Analisis Deskripstif ... 122
4.6.2 Analisis Data Untuk Memperoleh Nilai Beta ... 122
4.6.3 Analisis dan Diagram Jalur Menggunakan Partial Least Squares (PLS) ... 122
4.7 Penilaian Model ... 123
4.7.1.Pengujian Hipotesis ... 123
4.7.2.Koefisien Determinasi (R2) ... 125
4.7.3.Effect Size (f2) ... 125
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 126
5.1 Perhitungan Variabel dan Analisis Deskriptif Terhadap Variabel ... 126
5.1.1 Perhitungan dan Analisis Deskriptif Cost of Equity (CoE) ... 126
5.1.2 Analisis Deskriptif Cost of Debt (CoD) ... 131
5.1.3 Analisis Deskriptif Information Asymmetry (IA) ... 134
5.1.4 Analisis Deskriptif Corporate Governance (CG) ... 137
5.1.5 Analisis Deskriptif Earning Management (EM) ... 140
5.2 Evaluasi Model ... 145
5.2.1 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ... 145
5.2.2 Analisis Koefisien Determinasi ... 145
5.2.3 Analisis Ukuran Dampak f2(Effect Size) ... 148
5.3 Pengujian Hipotesis ... 149
5.3.1 Pengaruh Corporate Governance (CG) terhadap Cost of Equity (CoE) ... 151
5.3.2 Pengaruh Corporate Governance (CG) terhadap Cost of Debt (CoD) ... 153
5.3.3 Pengaruh Corporate Governance (CG ) terhadap Earning Management (EM) ... 154
5.3.4 Pengaruh Corporate Governance (CG ) terhadap Information Asymmetry (IA) ... 156
5.3.5 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Information Asymmetry (IA) ... 156
5.3.6 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Cost of Equity (CoE) ... 157
5.3.7 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Cost of Debt (CoD) ... 158
5.3.8 Pengaruh Information Asymmetry (IA) terhadap Cost of Equity (CoE) ... 159
5.3.9 Pengaruh Information Asymmetry (IA) terhadap Cost of Debt (CoD) ... 160
5.3.10 Pengaruh Cost of Equity (CoE) terhadap Cost of Debt (CoD) .. 161
5.3.11 Pengaruh Corporate Governance (CG) terhadap Cost of Equity (CoE) melalui Information Asymmetry (IA) ... 163
5.3.12 Pengaruh Corporate Governance (CG) terhadap Cost of Debt (CoD) melalui Information Asymmetry (IA) ... 164
5.3.13 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Cost of Equity (CoE) melalui Information Asymmetry (IA) ... 165
5.3.14 Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Cost of Debt
(CoD) melalui Information Asymmetry (IA) ... 165
5.3.15 Perbedaan pengaruh Corporate Governance (CG) terhadap Information Asymmetry (IA) Sebelum dan Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) ... 166
5.3.16 Perbedaan Pengaruh Earning Management (EM) terhadap Information Asymmetry (IA) Sebelum dan Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) ... 168
5.3.17 Perbedaan pengaruh Information Asymmetry (IA) terhadap Cost of Equity (CoE) Sebelum dan Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) ... 168
5.3.18 Perbedaan Pengaruh Information Asymmetry (IA) terhadap Cost of Debt (CoD) Sebelum dan Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) ... 170
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 172
6.1 Kesimpulan Hasil Penelitian ... 172
6.2 Kontribusi dan Rekomendasi Hasil Penelitian ... 174
6.3 Keterbatasan Hasil Penelitian ... 178
6.4 Saran ... 180
DAFTAR PUSTAKA ... 181
Lampiran- Lampiran ... 190
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Lending Rate dan Real Interest Rate Tahun 2015 ... 4
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 73
Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian ... 111
Tabel 4.2 Defenisi Operasional Variabel ... 111
Tabel 5.1 Tabel Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate) ... 127
Tabel 5.2 Return Market (Rm) ... 128
Tabel 5.3 Ringkasan Statistik Deskriptif CoE ... 129
Tabel 5.4 Ringkasan Statistik Deskriptif CoD ... 132
Tabel 5.5 Ringkasan Statistik Deskriptif Information Asymmtery ... 135
Tabel 5.6 Ringkasan Statistik Deskriptif Corporate Governance ... 139
Tabel 5.7 Tabel Inner Values ... 144
Tabel 5.8 Tabel Inner Values ... 146
Tabel 5.9 Tabel Analisis Effect Size (f2) ... 149
Tabel 5.10 Ringkasan Output PLS Model I - Bid Ask Spread ... 150
Tabel 5.11 Ringkasan Output PLS Model II - Share Price Volatility ... 150
Tabel 5.12 Ringkasan Output PLS Model III - Pengukuran Terintegrasi ... 151
Tabel 5.13 Ringkasan Output PLS Model I – Bid-Ask Spread ... 162
Tabel 5.14 Ringkasan Output PLS Model II - Share Price Volatility ... 162
Tabel 5.15 Ringkasan Output PLS Model III - Pengukuran Terintegrasi ... 162
Tabel 5.16 Tabel Peritungan VAF ... 163
Tabel 5.17 Ringkasan Output PLS Untuk Pengujian Multigroup ... 167
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1 Grafik Rata-Rata CoE Tahun Versus Suku Bunga Bebas
Risiko(BI Rate) ... 130
Grafik 5.2 Grafik Rata-Rata CoD Tahun Versus Suku Bunga Bebas Risiko (BI Rate) ... 133
Grafik 5.3 Grafik Pergerekan Nilai Information Asymmetry ... 137
Grafik 5.4 Grafik Pergerekan Nilai Corporate Governance ... 140
Grafik 5.5 Grafik Pergerakan Koefisien Variasi Corporate Governance ... 140
Grafik 5.6 Grafik Pergerakan Tindakan Kecenderungan Manajemen Laba .... 143
Grafik 5.7 Grafik Proporsi DTA Negatif dan DTA Positif ... 143
Grafik 5.8 Pengujian Model dengan Pengukuran IA Menggunakan Bid Ask Spread ... 146
Grafik 5.9 Pengujian Model dengan Pengukuran IA Menggunakan Share Price Volatility ... 147
Grafik 5.10 Pengujian Model dengan Pengukuran IA Menggunakan Pengukuran Terintegrasi ... 148
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ruang Lingkup Corporate Governance (Al-Tawil & Al-Tawil,
2016) ... 46 Gambar 2.2 Skema Pendekatan Penjelasan Relevansi Laba (Ronen &
Yaari, 2008) ... 56 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 96 Gambar 4.1 Diagram Jalur Penelitian ... 123
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Sampel Perusahaan ... 190 Lampiran 2 : Nilai Beta Perusahaan ... 191 Lampiran 3 : Nilai Cost of Equity (CoE) ... 192 Lampiran 4 : Nilai Cost of Debt (CoD) ... 193 Lampiran 5 : Nilai Share Price Volatility (SPV) ... 194 Lampiran 6 : Nilai Bid Ask Spread ... 195 Lampiran 7 : Ranking Bid Ask Spread ... 196 Lampiran 8 : Variabel Pengukur Corporate Governance ... 197 Lampiran 9 : Variabel Pengukur Earning Management ... 198 Lampiran 10 : Contoh Ouput SPSS Untuk Perhitungan Manajemen Laba ... 199 Lampiran 11 : Output Pengolahan Partial Least Square (PLS) ...203
1.1. Latar Belakang
Intensitas persaingan antar perusahaan yang terjadi pada saat ini semakin tinggi. Peningkatan intensitas persaingan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor utama adalah globalisasi dimana persaingan tidak lagi hanya terjadi antarperusahaan di dalam suatu negara tetapi telah terjadi persaingan lintas batas negara. Salah satu karakteristik era globalisasi adalah deregulasi berbagai peraturan yang mendorong kemudahan bertransaksi antar negara. Kondisi ini mengharuskan semua perusahaan harus meningkatkan daya saing agar mampu bertahan dan berkembang dalam lingkungan bisnis global. Hal ini tidak hanya terjadi bagi perusahaan yang menjalankan operasinya di berbagai negara (Multinational Company - MNC) namun juga bagi perusahaan lokal karena produk yang dihasilkannya akan bersaing dengan produk impor. Porter (2008) menyatakan lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan adalah: rivalry among excisting competitors, threat of new entrants, bargaining power of buyers, threat of subtitutes products or services, dan bargaining power of suppliers. Kelima hal tersebut dihadapi oleh semua perusahaan sehingga harus fokus melakukan tindakan manajerial untuk kelima aspek diatas.
Kelima faktor diatas berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Untuk memenangkan persaingan, fokusnya tidak lagi hanya terbatas pada keunikan produk dibandingkan produk pesaing namun juga meliputi seluruh proses untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut. Seiring dengan makin
mudahnya melakukan proses duplikasi produk, maka daya saing tidak hanya ditentukan oleh karakteristik produk tetapi juga ditentukan efisiensi internal dalam proses produksi. Jika diperhatikan secara detail pengklasifikasian kekuatan yang dijelaskan oleh Porter (2008) terdapat dua dari lima kekuatan persaingan tersebut dipengaruhi efisiensi internal proses produksi yaitu: “persaingan antara perusahaan yang telah ada dalam industri” dan “ancaman dari pendatang baru”. Kedua hal tersebut sangat ditentukan total biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk.
Dalam pandangan ini, setiap perusahaan akan berusaha untuk mencapai biaya produksi yang relatif rendah agar perusahaan tersebut dapat menerapkan berbagai strategi yang sensitif pada harga pokok produksi. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa keunggulan dalam efisiensi produksi akan memberikan kekuatan menghadapi pesaing yang sudah ada dan juga kekuatan untuk menghadapi kompetitor baru.
Efisiensi tersebut tidak hanya ditentukan oleh proses teknis produksi namun juga ditentukan oleh kemampuan memperoleh dana dengan biaya paling kecil.
Efisiensi teknis produksi merupakan bidang kajian ilmu lain misalnya ilmu tkenik untuk produksi dengan biaya terkecil ataupun bidang ilmu yang terkait erat dengan subtansi produk tertentu. Selain masalah teknis produksi, manajemen sangat perlu memfokuskan perhatian terhadap efisiensi pendanaan. Secara teoritis, seluruh dana yang digunakan oleh perusahaan baik modal yang disetor oleh pemilik maupun hutang yang diperoleh dari kreditur menanggung biaya tertentu. Biaya ini dikenal sebagai biaya dana yang selanjut dalam penelitian ini disebut sebagai Cost of
Capital (CoC). Hal ini berarti CoC akan menjadi salah satu komponen biaya yang akan menentukan kemampuan perusahaan untuk bersaing.
Secara teoritis, CoC dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian minimum dari suatu proyek yang dapat meningkatkan nilai perusahaan (Gitman & Zutter, 2012) atau biaya dana yang ditanggung oleh perusahaan yang diberikan kepada penyedia dana sebagai kompensasi risiko yang ditanggung pemberi dana (MacDonald & Marsh, 2013). CoC ini cukup menentukan kemampuan bersaing persahaan. Sebagai gambaran, Erhardt & Brigham (2011) menyatakan bahwa Jepang mampu mengalahkan perusahaan Amerika salah satunya diakibatkan kemampuan perusahaan Jepang mencapai CoC yang lebih rendah. CoC yang lebih rendah akan membuat sebuah perusahaan lebih mampu untuk menerima sebuah proyek. Pada era sebelum globalisasi, CoC sangat dipengaruhi oleh karakteristik risiko negara. Seiring tren globalisasi yang telah dijelaskan diatas, perusahaan tidak hanya dapat memperoleh dana dari negara tempat perusahaan tersebut berada namun dimungkinkan untuk memperoleh pendanaan lintas negara. Hal ini berarti kemampuan untuk memperoleh CoC yang lebih rendah tidak trbatas pada karakteristik negara namun juga kemampuan individual oleh masing-masing perusahaan sehingga CoC antar perusahaan dalam suatu negara akan bervariasi.
CoC terdiri dari dua komponen yaitu komponen biaya atas modal sendiri yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut sebagai Cost of Equity (CoE) dan komponen biaya atas hutang yang diperoleh dari kreditur yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut sebagai Cost of Debt (CoD). CoD dapat diukur dengan mudah karena sifatnya cukup absolut sebagai biaya yang dibayarkan atas pemanfaatan
dana yang diberikan kreditur. Pada sisi lain, pengukuran CoE relatif sulit karena bersifat estimasi yang memiliki berbagai pendekatan yang bervariasi (Ross, Westerfield, & Jordan, 2008). Seperti yang telah dijelaskan diatas, CoC terdiri dari CoE dan CoD, maka untuk memperoleh total CoC maka diperlukan penjumlahan CoE dan CoD. Namun karena perhitungan CoE yang cukup sulit karena berbasis estimasi maka untuk memberikan gambaran awal terkait biaya dana antar negara disederhanakan dengan membandingkan CoD antar berbagai negara.
Tabel 1.1 Lending Rate dan Real Interest Rate Tahun 2015
Negara Lending Rate (%) Real Interest Rate (%)
Indonesia 12,663 8,089
Malaysia 4,585 4,980
Thailand 6,563 3,650
Singapura 5,350 6,330
Amerika Serikat 3,260 2,160
Jepang 1,143 -0,090
Brazil 43,958 33,416
Rusia 15,717 6,996
India 10,008 7,956
China 4,350 4,810
Afrika Selatan 9,417 5,252
Tabel 1.1 merupakan ringkasan data yang dipublikasi oleh World Bank melalui http://data.worldbank.org terkait data lending rate dan real interest rate.
World bank mendefinisikan lending rate sebagai suku bunga perbankan untuk pembiayaan jangka pendek dan menengah sedangkan real interest rate adalah lending rate yang telah disesuaikan dengan tingkat inflasi. Nilai real interest rate dapat dipandang sebagai rata-rata CoD suatu negara. Negara negara yang terdapat
skala ekonomi yang besar, dan negara yang tergabung dalam kelompok BRICS yaitu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat serta memiliki populasi yang cukup besar. Berdasarkan data tersebut, real interest rate Indonesia menduduki peringkat ke-10 (8,089%) dari 11 negara tersebut. Real interest rate Indonesia hanya lebih kecil dari Brazil yang pada periode tersebut (tahun 2015) mengalami gejolak ekonomi yang cukup besar.
Pada dasarnya CoD pada penjelasan diatas yang direpresentasikan oleh real interest rate merupakan kompensasi atas risiko. Risiko tersebut merupakan akumulasi dari berbagai risiko seperti risiko ekonomi negara, risiko bisnis, bahkan risiko ketidaksamaan informasi antara pemilik dana dengan pengguna dana (Information Asymmetry). Penelitian U. Bhattacharya et al. (2003) sekalipun relatif menggunakan data lama dapat memberikan pendugaan teoritis bahwa biaya meminjam di Indonesia relatif tinggi karena kekuranginformatifan laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada di ranking terakhir dari 34 negara yang diteliti dalam keinformatifan laba akuntansi (earning opacity). Hasil penelitian tersebut mendorong dugaan bahwa tingginya CoD sebagai kompensasi risiko yang diminta pemberi pinjaman diakibatkan ketidakjelasan informasi yang dapat digunakan kreditur untuk mengestimasi risiko masa depan. Risiko yang dimaksud dalam hal ini adalah risiko sebagai dampak dari kualitas informasi yang dipublikasikan perusahaan tersebut. Perusahaan tidak menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh investor untuk melakukan estimasi arus kas yang dapat diyakininya sehingga meningkatkan premi risiko bagi dana yang diinvestasikannya.
Berdasarkan data awal penelitian atas sampel perusahaan manufaktur nilai CoD dan CoE pada perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun 2016 masing- masing sebesar 10,48% dan 15,41%. Nilai ini memang lebih kecil dari lending rate Indonesia secara keseluruhan (tabel 1.1) karena lending rate merupakan rata-rata keseluruhan bunga pinjaman baik bagi sektor komsumsi, perusahaan mikro, kecil, menengah dan besar. Secara umum perusahaan berskala besar seperti perusahaan manufaktur yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini akan memperoleh tingkat bunga yang lebih kecil baik melalui pinjaman yang diperoleh dari perbankan maupun melalui penerbitan obligasi perusahaan.
Jika ditinjau dari tujuan dasar laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, arus kas entitas, yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi (Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan Paragraf 7, PSAK 2010).
Dalam keadaan yang ideal, laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi yang memadai bagi investor untuk mengambil keputusan investasi. Namun secara praktis, investor menyadari bahwa laporan keuangan tidak sepenuhnya mengambarkan keadaan nyata yang dapat digunakan untuk peramalan arus kas di masa depan. Hal ini didorong karena investor meyakini terdapat perbedaan kualitas informasi yang mereka miliki dibandingkan yang dimiliki oleh manajemen.
Sebagai kompensasi risiko keinformatifan yang rendah tersebut, investor meminta tingkat return yang lebih tinggi karena memikul ketidakpastian yang relatif besar [(Nilabhra Bhattacharya et al., 2011); (Song, 2007)].
Aktifitas Earning Management (EM) secara teoritis menjadi salah satu penyebab kurangnya keinformatifan laporan keuangan. Hal ini memang masih menjadi perdebatan dimana dalam beberapa pandangan ahli yang didukung berbagai penelitian justru menunjukkan sebaliknya bahwa EM justru meningkatkan kualitas laporan keuangan. Peningkatan kualitas laporan keuangan tersebut karena manajemen memasukkan informasi terkait prospek perusahaan di masa datang, di mana informasi tersebut tidak diungkapkan atau dimasukkan ke dalam laporan keuangan jika hanya mengikuti standar pelaporan. Tindakan EM dalam definisi ini kemudian dikenal sebagai benefecial earning management. Namun demikian hal tersebut hanya mungkin terjadi pada pasar modal dengan tingkat efisiensi informasi yang baik. Walaupun ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia cukup efisien (Zeren & Konuk, 2013) namun kebanyakan riset menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia tidak efisien [Sanyal, Gahan, & Gupta (2014); Almudhaf & AlKulaib (2013)]. Tingkat efisiensi pasar yang rendah mengindikasikan bahwa terjadi asimetri informasi di mana manajemen memiliki informasi yang lebih baik dibanding pihak lainnya.
Earning Management akan mengurangi Earning Quality. Earning quality atau kualitas laba dapat menggambarkan risiko, dimana earning quality yang rendah merupakan gambaran risiko yang tinggi bagi pemilik modal yang ingin menginvestasikan dananya di dalam perusahaan (Nekrassov, 2008). Beberapa penelitian seperti Tariverdi, Moradzadehfard, & Rostami (2012) serta Y. Gao (2010) berusaha membedakannya dengan meneliti hubungan diantara keduanya.
Penelitian tersebut memperoleh hasil yang konsisten dengan teori bahwa tindakan
yang dilakukan oleh manajemen dalam rangka mengarahkan angka laba pada tingkat yang diinginkan akan menurunkan kualitas informasi dari laba yang dilaporkan di dalam laporan keuangan.
Dalam kaitan kualitas laba dengan CoC, Francis, LaFond, Olsson, &
Schipper (2005) melakukan penelitian mengenai kualitas laba yang dinyatakan dengan earning attributes yang terdiri dari tujuh atribut yang mengukur kualitas laba dalam hubungannya dengan CoC. Penelitian ini membuktikan bahwa keinformatifan laba memberikan pengaruh yang positif terhadap CoC. Penelitian sejenis juga pernah dilaksanakan oleh (McInnis, 2010) dengan meneliti hubungan antara earning smoothness terhadap CoC. Penelitian ini menunjukkan bahwa usaha manajemen untuk melakukan perataan laba tidak menurunkan Cost of Equity capital padahal dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa tujuan manajemen melakukan perataan laba adalah untuk menurunkan biaya modal. Penelitian Nilabhra Bhattacharya et al. (2011) dengan fokus meneliti hubungan earning quality terhadap CoE dengan menggunakan Information Asymmetry sebagai variabel antara. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa earning quality secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi CoE.
Mayoritas hasil penelitian tersebut memang menunjukkan bahwa tindakan manajemen untuk mengintervensi informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan meningkatkan biaya modal karena risiko ketidakpastian. Salah satu aspek penting yang mengakibatkan ketidakpastian tersebut adalah asimetri informasi, selanjutnya dalam penelitian ini disebut sebagai Information Asymmetry (IA). Jika manajemen melakukan manajemen laba maka hal tersebut akan membuat informasi
yang dimiliki oleh manajemen tidak sama kualitasnya dengan informasi yang dimiliki investor. Dalam penelitian Nilabhra Bhattacharya et al. (2011) yang telah disampaikan diatas, IA dapat mempengaruhi pola hubungan antara earning quality dengan CoE. IA menjadi moderasi hubungan antara earning quality dan CoE. IA yang dimaksud dalam penelitian tersebut adalah perbedaan informasi yang dimiliki di antara investor. Perbedaan informasi antar investor tersebut didorong karena manajemen memiliki informasi yang lebih dibanding investor sehingga penafsiran antar investor atas informasi keuangan yang dipublikasikan menjadi bervariasi.
Perbedaan informasi tersebut berdasarkan hipotesis dan kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan informasi diantara investor tersebut menjadi faktor yang menentukan besaran CoE dan CoD (Song, 2007).
Salah satu faktor yang diduga berperan meningkatkan asimetri informasi tersebut adalah perbedaan standar yang digunakan di berbagai negara. Sebagai respon atas hal tersebut terdapat usaha untuk mengurangi asimetri informasi dengan merancang dan mendorong implementasi standar yang sama di seluruh dunia.
Penyusunan laporan keuangan akan memberikan dampak baik dari dua sisi yaitu substansi informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan akan semakin terstandarisasi di seluruh dunia serta mendorong intepretsi investor dengan variasi yang lebih kecil karena telah memiliki acuan yang relatif sama. Berdasarkan hal tersebut maka Indonesia mulai mengadopsi International Financial Reporting Standar (IFRS) pada tahun 2008-2010, melakukan persiapan di tahun 2011 dan mulai mengimplementasikan di tahun 2012. IFRS merupakan standar yang dibuat oleh International Accounting Standards Boards (IASB) dengan tujuan
memberikan kumpulan standar penyusunan laporan keuangan perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi, dapat diperbandingkan dan transparan yang digunakan oleh investor di pasar modal dunia maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder).
Penelitian Turki, Wali, & Boujelbene (2016) yang mengambil sampel perusahaan-perusahaan yang ada di Eropa menyimpulkan bahwa implementasi IFRS dapat mengurangi asimetri informasi dan meningkatkan keandalan laporan keuangan dalam memprediksi keadaan di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mohammadrezaei, Mohd-Saleh, & Banimahd (2015) namun bertentangan dengan hasil penelitian Gatsios, Silva, Ambrozini, Assaf Neto,
& Lima (2016) yang menyimpulkan bahwa untuk perusahaan yang terdaftar di bursa Brazil implementasi IFRS tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan asimetri informasi. Perbedaan ini kemungkinan besar diakibatkan perbedaan tingkat efisiensi pasar antara Eropa dan Brazil. Kajian implikasi implementasi IFRS terutama dalam kaitan hubungan asimetri informasi dengan berbagai variabel lainnya sangat menarik untuk dilakukan di pasar modal Indonesia.
Salah satu aspek penting dalam mengurangi asimetri informasi tersebut adalah meyakinkan bahwa manajemen bertindak untuk kepentingan pemilik perusahaan. Dalam hal ini diperlukan tata kelola (selanjutnya disebut dengan Corporate Governance – CG) yang baik. Di samping berbagai hal utama yang menjadi tujuan CG seperti pengendalian internal, pengawasan terhadap kebijakan strategis, dan lain sebagainya, salah satu hal yang ingin dicapai adalah penyajian
laporan keuangan yang memberikan informasi yang lengkap sehingga antara manajemen dan pihak lainnya memiliki kualitas informasi yang relatif sama.
Sebagai konsekuensi bahwa laporan keuangan yang merupakan ringkasan kinerja manajemen disusun sendiri oleh manajemen maka dalam proses penyusunan tersebut rentan timbul conflict of interest. Dalam usaha untuk meminimalisasi dampak negatif conflict of interest tersebut maka dikembangkan mekanisme CG yang secara teoritis akan mengurangi peluang untuk mengambil keuntungan sendiri.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meneliti pengaruh CG terhadap earning quality baik secara langsung maupun melalui tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Hal ini cukup rasional bahwa manajemen laba secara relatif lebih berpeluang terjadi pada perusahaan yang tidak mengimplementasikan CG yang baik. Beberapa penelitian tersebut diantaranya Ramachadran et al. (2015), Uwuigbe et al. (2014), Visvanathan (2008), dan Y. Gao (2010) yang menyimpulkan bahwa jika perusahaan tersebut mengimplementasikan CG yang baik maka peluang untuk melakukan manajemen laba menjadi lebih kecil. Namun beberapa penelitian lain termasuk penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Tejo & Sanjaya (2016) tidak mendukung kesimpulan tersebut karena menemukan kesimpulan bahwa CG tidak menurunkan praktek EM. Yaghoobnezhad et al. (2012) juga menghasilkan kesimpulan yang tidak kuat untuk mendukung hipotesis tersebut.
Dalam kerangka implementasi IFRS, praktek EM dan CG juga mengalami perubahan yang mendasar. Secara teoritis praktek EM akan dapat ditekan dengan implementasi IFRS. Implementasi IFRS dapat menurunkan alternatif-alternatif
akuntansi yang diperbolehkan dan mungkin dilakukan oleh manajemen. IFRS diharapkan dapat membatasi management discretion untuk mengintervensi angka laba. Berdasarkan data awal yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan EM ketika IFRS telah diimplementasikan yaitu tahun 2012 mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan. Pada sisi lain implementasi CG setelah tahun 2012 terlihat mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan fenomena bahwa implementasi IFRS telah memberikan dampak terhadap proses pelaporan keuangan sekalipun belum secara signifikan mempengaruhi hasil akhir dari pelaporan tersebut.
Dalam kaitan pengaruh CG terhadap CoC telah dilakukan beberapa penelitian dengan hasil yang relatif sama yaitu pengelolaan perusahaan yang baik akan menurunkan CoC [(Patro & Kanagaraj, 2016), (Strobl, 2013), (Kim & Sohn, 2013), (Piot & Missonier-Piera, 2007), (Bhojraj & Sengupta, 2003), (Ashbaugh- Skaife et al., 2006)]. Sebaliknya beberapa penelitian lain seperti McInnis (2010) termasuk penelitian Juniarti & Natalia (2012) yang dilakukan di Indonesia tidak mendukung kesimpulan bahwa peningkatan CG perusahaan yang baik akan menurunkan CoC. Namun hasil penelitian Juniarti & Natalia (2012) memiliki kelemahan karena hanya menilai dari perusahaan yang secara sukarela berpartisipasi dalam survei Good Corporate Governance. Perusahaan yang berpartisipasi hanya 118 dari sekitar 400 perusahaan terdaftar. Dari 118 yang mengikuti survei hanya 38 perusahaan yang memenuhi syarat menjadi sampel.
Sebanyak 75% dari 38 perusahaan memang dikategorikan melaksanakan CG yang baik namun hal ini terlalu kecil dibandingkan populasi. Kelemahan lain adalah
indikasi bahwa hanya perusahaan yang telah mengimplementasikan CG secara baik yang bersedia mengikuti survei sehingga sampel dapat dikatakan tidak mewakili karakteristik populasi. Selain hal tersebut, pengukuran EM yang digunakan perlu untuk direview karena perkembangan pengukuran EM sudah mengalami perkembangan yang signifikan dibandingkan pengukuran yang digunakan dalam penelitian tersebut.
Uraian diatas mulai dari fenomena nyata dalam dunia bisnis serta hasil dari berbagai penelitian terdahulu baik yang sesuai dengan teori maupun berbagai hasil penelitian yang tidak sesuai dengan teori membuat peneliti tertarik untuk menganalisis keterkaitan antara penerapan corporate governance dan tindakan Earning Management dalam mempengaruhi cost of capital yang ditanggung oleh perusahaan melalui variabel Information Asymmetry. Penelitian ini akan melakukan beberapa modifikasi cara pengukuran atas keseluruhan variabel yang diteliti.
Berdasarkan hal diatas peneliti bermaksud melaksanakan suatu penelitian dengan judul “Studi Pengaruh Corporate Governance dan Earning Management Terhadap Cost of Capital Melalui Information Asymmetry Setelah Implementasi International Financial Reporting Standard”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang ingin diteliti adalah:
1. Apakah Corporate Governance berpengaruh secara langsung terhadap Cost of Equity, Cost of Debt, Earning Management, dan Information Asymmtery?
2. Apakah Earning Management berpengaruh secara langsung terhadap Cost of Equity, Cost of Debt, dan Information Asymmtery?
3. Apakah Information Asymmetry berpengaruh secara langsung Cost of Equity dan Cost of Debt?
4. Apakah Cost of Debt berpengaruh terhadap Cost of Equity?
5. Apakah Corporate Governance berpengaruh terhadap Cost of Equity dan Cost of Debt melalui Information Asymmetry?
6. Apakah Earning Management berpengaruh terhadap Cost of Equity dan Cost of Debt melalui Information Asymmetry?
7. Apakah terdapat perbedaan pengaruh Corporate Governance dan Earning Management terhadap Information Asymmetry setelah Implementasi International Financial Reporting Standard?
8. Apakah terdapat perbedaan pengaruh Information Asymmetry terhadap Cost of Equity dan Cost Of Debt setelah Implementasi International Financial Reporting Standard?
9. Variabel apakah yang paling dipengaruhi oleh variabel lainnya di dalam model?
10. Variabel apakah yang paling memberikan kontribusi dalam pembentukan model?
11. Metode pengukuran Information Asymmetry apakah yang memiliki kemampuan memprediksi Cost of Equity dan Cost of Debt yang lebih baik?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik akademis maupun terapan dengan memanfaatkan hasil analisis yang diperoleh atas data-data yang dikumpulkan. Secara terperinci tujuan dan manfaat tersebut dijabarkan pada bagian berikut.
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah Corporate Governance berpengaruh secara langsung terhadap Cost of Equity, Cost of Debt, Earning Management, dan Information Asymmtery
2. Untuk mengetahui apakah Earning Management berpengaruh secara langsung terhadap Cost of Equity, Cost of Debt, dan Information Asymmtery
3. Untuk mengetahui apakah Information Asymmetry berpengaruh secara langsung Cost of Equity dan Cost of Debt
4. Untuk mengetahui apakah Cost of Debt berpengaruh terhadap Cost of Equity 5. Untuk mengetahui apakah Corporate Governance berpengaruh terhadap Cost
of Equity dan Cost of Debt melalui Information Asymmetry
6. Untuk mengetahui apakah Earning Management berpengaruh terhadap Cost of Equity dan Cost of Debt melalui Information Asymmetry
7. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh Corporate Governance dan Earning Management terhadap Information Asymmetry setelah Implementasi International Financial Reporting Standard
8. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh Information Asymmetry terhadap Cost of Equity dan Cost Of Debt setelah Implementasi International Financial Reporting Standard
9. Untuk mengetahui variabel yang paling dipengaruhi oleh variabel lainnya di dalam model
10. Untuk mengetahui variabel apakah yang paling memberikan kontribusi dalam pembentukan model
11. Untuk mengetahui metode pengukuran Information Asymmetry apakah yang memiliki kemampuan memprediksi Cost of Equity dan Cost of Debt yang lebih baik
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat utama penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh dari Corporate Governance (CG) dan Earning Management (EM) melalui Information Asymmetry (IA) terhadap Cost of Capital (CoC) dana yang digunakan dalam perusahaan. Analisis yang lebih mendalam akan dilakukan untuk mengetahui apakah implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) mempengaruhi hubungan antar variabel tersebut. Secara terperinci manfaat penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan teoritis dalam pembentukan model yang menentukan biaya dana yang digunakan oleh perusahaan baik CoE maupun CoD. Variabel IA yang mengukur risiko ketidakpastian sebagai akibat ketidaksamaan informasi yang dimiliki oleh manajemen dan investor
ditempatkan sebagai variabel di antara variabel EM dan CG dengan CoE dan CoD. EM dan CG diduga akan memberikan pengaruh yang saling bertentangan terhadap IA yang kemudian mempengaruhi CoE dan CoD.
2. Fokus perhatian lain dari penelitian ini adalah menganalisis dampak dari implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia.
Secara konseptual implementasi IFRS tersebut seharusnya meningkatkan kualitas informasi sehingga menurunkan Information Asymmetry. Berdasarkan hal tersebut implementasi IFRS akan mempengarui keseluruhan hubungan antar variabel.
3. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi secara praktis bagi manajemen untuk memahami interaksi antarvariabel dalam pembentukan CoE dan CoD. Hal tersebut diharapkan dapat mendorong manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai agar memperoleh biaya modal yang lebih rendah. Biaya modal yang lebih rendah tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya saing perusahaan. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan yang lebih baik tentang pendeteksian praktik manajemen laba dan bagaimana hal tersebut menciptakan ketidakseimbangan informasi yang mereka miliki.
4. Penelitian ini diharapkan juga memberikan rekomendasi bagi pengambil kebijakan seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk menyempurnakan regulasi yang melindungi kepentingan berbagai pihak terutama pihak-pihak yang memiliki informasi yang lebih sedikit. Dalam aktifitas pasar modal pihak yang memiliki informasi
yang lebih sedikit biasanya adalah investor kecil atau investor retail yang sering dirugikan oleh akses mereka yang terbatas terhadap informasi yang baik.
1.4. Originalitas
Penelitian ini adalah penggabungan dan pengembangan berbagai penelitian terdahulu seperti Mazzotta & Veltri (2014), Zhu (2014), Abad et al. (2016), Nilabhra Bhattacharya et al. (2011), Strobl (2013), Patro & Kanagaraj (2016), Turki et al. (2016), dan lain-lain. Ringkasan berbagai penelitian tersebut disampaikan pada bab 3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut adalah:
1. Jika ditinjau berdasarkan metode penelitian, penelitian ini dilakukan beberapa perubahan model. Pertama penelitian ini menjadikan variabel Information Asymmetry (IA) berada di antara variable Cost of Equity (CoE) dan Cost of Debt (CoD) dengan variabel yang diduga mempengaruhi CoE dan CoD yaitu Earning Management (EM) dan Gorporate Governance (CG).
2. Pada umumnya penelitian menempatkan fokus analisis kepada Cost of Capital (CoC) yang merupakan gabungan CoE dan CoD atau hanya menggunakan salah satu dari CoE ataupun CoD. Penelitian ini menggunakan pengukuran kedua variabel CoE dan CoD sekaligus dalam model namun memisahkan kedua variabel tersebut karena menduga terdapat perbedaan karakteristik pengaruh atas kedua variabel tersebut.
3. Mekanisme perhitungan IA juga akan dibentuk dengan menggunakan ukuran komposit. Dalam menghitung composite proxy untuk IA akan menggunakan dua buah pendekatan yaitu:Pendekatan share price volatility (Cormier et al., 2013)
& Milgrom (1985). Kedua pendekatan tersebut akan diolah untuk menghasilkan composite proxy untuk mengukur IA dengan cara perankingan. Penjelasan detail untuk menghasilkan proxy tersebut akan dijelaskan pada bagian metodologi penelitian.
4. Penelitian ini juga akan menganalisis dampak implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap pengaruh antar antar variabel yang diteliti. Sekalipun analisis dampak implementasi IFRS telah pernah dilakukan oleh Gatsios et al. (2016), Mohammadrezaei et al. (2015), dan Turki et al. (2016), namun penelitian khususnya pada aspek hubungan antar variabel yang diteliti belum pernah dilaksanakan khususnya dalam konteks Indonesia.
2.1. Agency Theory dan Stewardship Theory
Agency theory dan stewardship theory digunakan oleh peneliti untuk memahami hubungan serta menjelaskan berbagai hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
Bagian berikut akan menjelaskan konsep dasar dari kedua teori tersebut.
2.1.1. Tinjauan Definisi Agency Theory
Para peneliti menggunakan teori keagenan untuk menganalisis hubungan antara prinsipal (pemilik perusahaan) dengan agen (manajemen). Prinsipal mendelegasikan pekerjaan pengelolaan perusahaan kepada agen dengan harapan bahwa agen akan melakukan usaha terbaik untuk mencapai tujuan pemilik (Eisenhardt (1989); Jensen & Meckling (1976)). Teori keagenan didasarkan pada hubungan antara prinsipal yang memberikan tugas-tugas tertentu kepada agen disertai dengan wewenang untuk memutuskan atas berbagai hal terutama yang bersifat operasional. Dalam hubungan tersebut, terdapat konflik kepentingan antara manajemen dengan pemilik perusahaan (Mitchell & Meacheam, 2011). Fokus perhatian teori agensi adalah perilaku oportunis yang mungkin dilakukan oleh manajemen sebagai akibat keleluasaan manajemen yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh prinsipal.
Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa teori agensi adalah studi tentang hubungan antara prinsipal dengan agen yang dikontrak prinsipal tersebut untuk bertindak atas nama prinsipal. Spesifikasi kontrak tidak akan dapat
mengakomodir keinginan kedua belah pihak secara sempurna sehingga terdapat kemungkinan bahwa agen akan menafsirkan kontrak dengan cara yang memaksimalkan manfaat bagi agen dan merugikan prinsipal. Dalam kondisi tersebut akan timbul agency cost yang merupakan biaya yang timbul sebagai akibat perilaku oportunis manajemen. Kultys (2016) menyatakan bahwa Corporate Governance fokus untuk mengurangi agency cost dalam hubungan antara agen dan prinsipal tersebut melalui pembatasan tingkat keotonoman dari manajemen.
Daily, Dalton, & Cannella (2003) menyatakan terdapat dua alasan mengapa agency theory digunakan secara luas untuk menjelaskan berbagai permasalahan manajemen. Pertama, keunggulan teori ini terletak pada penyederhanaan permasalahan yang sesungguhnya sangat kompleks menjadi relatif sederhana.
Agency theory menyederhanakan perusahan ke dalam dua pihak yang dapat dipisahkan dengan jelas yaitu manajer dan pemilik. Kedua, teori ini menggunakan asumsi yang sangat umum dan rasional bahwa setiap pihak bersifat egois sehingga menjadi individual yang rasional untuk memenuhi kepentingannya. Kedua alasan tersebut membuat Agency theory mampu mendukung suatu riset yang bertujuan menjelaskan berbagai permasalahan dalam perusahaan.
Salah satu alasan utama mengapa konflik kepentingan tersebut terjadi karena kontrak antara prinsipal dan agen tidak sempurna sementara pengawasan sulit dan menimbulkan biaya yang tinggi sehingga prinsipal mengalami kesulitan menjamin seluruh hak milik mereka (Eisenhardt, 1989). Risiko munculnya masalah keagenan dalam bentuk tindakan agen yang bertentangan dengan kepentingan prinsipal telah meningkat sebagai konsekuensi pengelolaan perusahaan yang
diserahkan kepada manajer profesional (bukan pemilik). Lebih khusus lagi, Chief Excecutive Officer (CEO) pada perusahaan publik atau terbuka memiliki otonomi yang sangat luas karena kepemilikan perusahaan yang relatif tidak terkonsentrasi pada satu pihak tertentu. Dalam rangka menjaga usaha untuk meningkatkan nilai perusahaan, dampak negatif yang ditimbulkan perbedaan kepentingan antara prinsipal dan manajemen harus diminimalisir. Walaupun perbedaan tersebut beserta dampak yang ditimbulkannya sulit diukur secara kuantitatif, berbagai riset menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa Corporate Governance dapat menekan dampak yang ditimbulkan perbedaan kepentingan tersebut.
Salah satu faktor yang mendorong manajemen mampu menghasilkan keuntungan pribadi dalam pandangan agency theory karena manajer memiliki informasi yang jauh lebih baik dari pemegang saham sementara pemegang saham tidak dapat menjalankan pengawasan langsung terhadap manajer. Kultys (2016) menggambarkan bahwa secara umum reward dalam bentuk gaji dan bentuk lainnya yang diterima oleh manajer akan menjadi instrumen untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham. Reward tersebut diharapkan membuat manajemen tidak mengambil keuntungan personal namun fokus pada peningkatan nilai perusahaan agar memperoleh reward dan bonus yang tinggi. Hal ini menjadi salah satu solusi karena solusi minimalisasi agency cost tidak sepenuhnya efektif dengan mekanisme pengawasan karena kepentingan dari manajer dan pemegang saham sangat bervariasi antar waktu dan kondisi yang berbeda sehingga akan sulit untuk melakukan pengawasan. Pada kondisi lain, pengawasan yang absolut terhadap manajer akan menimbulkan kerugian bagi pemegang saham karena akan
membuat manajer tidak dapat mengembangkan kreatifitas dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan.
Teori keagenan dibangun di atas tujuh asumsi dasar; kepentingan pribadi, konflik tujuan, pembatasan rasionalitas, asimetri informasi, keunggulan efisiensi, penghindaran risiko, dan informasi sebagai komoditas (Eisenhardt, 1989). Dua bentuk agency theory telah dikembangkan yaitu: principal-agent dan positivist (Jensen, 1983). Pendekatan awal untuk mempelajari teori agensi adalah Principal- Agent Theory yang fokus pada pengembangan model matematika. Penelitian itu berbasis pada ekonometri dan sangat bergantung pada asumsi kepentingan pribadi, pembatasan rasionalitas dan penghindaran risiko. Para peneliti berkarakter positivist menekankan perlunya mekanisme tata kelola terutama di perusahaan besar dengan kepemilikan yang tersebar pada banyak pihak. Selanjutnya, pendekatan positivist diterima secara luas sejak tahun 1980-an dan telah diperluas bukan hanya menganalisis hubungan antara prinsipal atau pemilik dengan CEO sebagai top management perusahaan tetapi menganalisis hubungan antar berbagai level di dalam perusahaan. Davis, Schoorman, & Donaldson (1997) memberikan catatan bahwa untuk melindungi kepentingan pemegang saham, meminimalisasi biaya keagenan, dan untuk memastikan keselarasan kepentingan, teori keagenan merekomendasikan berbagai mekanisme tata kelola. Mekanisme ini umumnya ditekankan oleh para peneliti positivist berfokus pada kompensasi eksekutif dan struktur Corporate Governance (Jensen & Meckling, 1976).
2.1.2. Batasan Agency Theory
Fokus kritik terhadap agency theory justru terletak pada keunggulannya terkait kemampuan menyederhanakan permasalahan konflik kepentingan dalam perusahaan yang sesungguhnya sangat kompleks. Kritikus menyatakan prinsip dasar agency theory yang menyatakan setiap pihak akan memanfaatkan peluang untuk kepentingan sendiri tidak sepenuhnya dapat menjelaskan semua permasalahan di dalam perusahaan (Kultys, 2016). Sekalipun pendekatan agency theory yang berbasis pada penyederhanaan masalah memberikan manfaat bagi para peneliti namun eliminasi berbagai faktor yang sesungguhnya nyata terjadi dapat mengurangi makna penelitian tersebut. Artinya sekalipun penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang berdasarkan dukungan data namun tidak sepenuhnya menjelaskan kondisi yang terjadi di dalam perusahaan.
Kritik lain terkait agency theory berfokus kepada pelaksanaan monitoring atau pengawasan yang menjadi salah satu instrumen utama untuk mengatasi konflik kepentingan. Aktivitas monitoring tersebut bukan hanya membutuhkan biaya yang besar namun juga merugikan dari segi implementasi strategi. Mekanisme kontrol dapat bertentangan dengan implementasi keputusan strategis, membatasi langkah bersama antara semua pihak dalam perusahaan, dan dapat mendistorsi rencana implementasi serta merugikan kepentingan stakeholder lainnya. Secara umum pengawasan akan memberi dampak negatif terhadap pengembangan kreatifitas padahal pengembangan kreatifitas tersebut sangat dibutuhkan untuk menghasilkan inovasi bagi peningkatan daya saing perusahaan.
2.1.3. Tinjauan Definisi Stewardship Theory
Salah satu teori pengkritik pendekatan agency theory yang mendapat perhatian yang luas adalah Stewardship Theory. Fokus kritik yang diberikan teori ini berfokus pada aspek psikologis dan sosial. Davis et al. (1997) menyatakan bahwa teori stewardship theory tidak sepenuhnya menjadi penentang agency theory tetapi saling melengkapi untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.
Perbedaan antara stewardship dan agency theory terletak pada cara pandang bahwa agency theory secara tegas memisahkan kepentingan manajer dengan pemilik sementara stewardship theory menyatakan bahwa di dalam banyak kondisi, manajer justru termotivasi untuk berusaha secara optimal untuk mencapai kepentingan pemilik bahkan kepentingan stakeholder lainnya. Davis juga melakukan review atas berbagai studi empiris yang menyimpulkan bahwa di antara kedua teori tersebut tidak ada yang lebih baik dari yang lain. Pendekatan yang lebih baik adalah melakukan integrasi kedua pendekatan tersebut untuk menjelaskan berbagai permasalahan di dalam perusahaan.
Dalam berbagai penelitian yang dikembangkan dalam konsep stewardship theory, saran utama yang dihasilkan adalah merancang suatu mekanisme yang memungkinkan manajer puncak untuk memiliki otonomi yang luas. Manajer tersebut harus dimungkinkan untuk membuat keputusan strategis namun dengan pertanggungjawaban yang tidak ambigu atau beririsan dengan pihak lain. Hal ini berarti indikator pengukur kinerja masing-masing pihak di dalam perusahaan dinyatakan secara terperinci. Pendekatan ini relatif berbeda dengan agency theory yang menggunakan instrumen kontrol untuk mengendalikan manajemen.