• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Hasil penelitian peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita dapat dilihat mulai dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Secara umum, hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 4.16

Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B

No Tes Rata-rata Ketuntasan Ketidak Tuntasan 1 Kondisi

Awal

56,9 7 siswa atau 24,1% 22 siswa atau 75,9% 2 Siklus I 61,7 12 siswa atau 41,4% 17 siswa atau

58,6% 3 Siklus II 82,1 26 siswa atau 89,7% 3 siswa atau 10,3%

Rata-rata Peningkatan

KA SI SII KA-SI % SI-SII %

56,9 61,7 82,1 4,8 5 siswa atau 17,3% 20,4 14 siswa atau 45,3% Keterangan Tabel:

KA: Kondisi Awal SI : Siklus I SII: Siklus II

Grafik 4.4

Peningkatan Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Tahun Ajaran 2012/ 2013

Grafik 4.5

Peningkatan Persentase Jumlah Ketuntasan Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Tahun Ajaran 2012/ 2013

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat dijelaskan secara keseluruhan bahwa nilai rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/ 2013 mengalami

56.9 61.7 82.1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II 24.1% 41.4% 89.7% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

kondisi awal siklus I siklus II

kondisi awal siklus I siklus II

peningkatan yang cukup signifikan. Rata-rata nilai hasil belajar pada kondisi awal 56,9, meningkat di siklus I setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual menjadi 61,7, dan siklus II meningkat menjadi 82,1. Persentase ketuntasan siswa kondisi awal terdapat 7 siswa (24,1% dari jumlah keseluruhan siswa) meningkat menjadi 12 siswa (41,4% dari jumlah keseluruhan siswa) pada siklus I dan siklus II meningkat menjadi 27 siswa (89,7% dari jumlah keseluruhan siswa). Peningkatan yang terjadi membuktikan bahwa, dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita, dapat diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual. Selain itu permasalahan awal yang dirasakan guru pun dapat terpecahkan dengan menerapkan metode dan media tersebut.

D. Pembahasan

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang sering dianggap mudah oleh sebagian besar siswa. Tarigan (2008:60) menjelaskan bahwa keterampilan bahasa meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Namun, pada kenyataannya beberapa siswa merasa kesulitan pada materi tertentu, misalnya dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa tersebut mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh siswa belum maksimal.

Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Benyamin Bloom; dalam Nana Sudjana, 1989). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta tahun ajaran 2012/ 2013 dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual. Hasil belajar kognitif diperoleh melalui tes akhir dan LKS kelompok, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotorik digolongkan ke dalam keaktifan siswa. Keaktifan siswa diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2012 yang dilakukan oleh peneliti di bantu observer, ditunjukkan bahwa keaktifan kelas siswa adalah 122 atau 26,3% (aspek afektif) dan 57 atau 19,7% (aspek psikomotorik). Hasil di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada kondisi awal tergolong sangat rendah. Faktor penyebab keaktifan siswa kondisi awal tergolong sangat rendah yaitu pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa merasa bosan dengan metode ceramah, guru tidak menggunakan media audio-visual, siswa hanya menggunakan media buku paket, siswa tidak suka bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan, dan siswa tidak punya inisiatif untuk maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru. Hasil belajar siswa (hasil belajar kognitif) dari informasi guru menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 56,9

(memenuhi kriteria cukup) dan persentase jumlah ketuntasan belajar siswa terdapat 7 atau 24,1% siswa tuntas KKM ( ≥ 75 ). Faktor penyebab hasil belajar siswa kondisi awal belum maksimal yaitu siswa kesulitan ketika diminta menuliskan hal pokok yang terdapat dalam berita yang dibacakan, siswa merasa kesulitan ketika diminta menuliskan kesimpulan dari isi berita yang telah disimak, siswa masih merasa malu saat mengemukakan kembali di depan kelas sehingga intonasi serta kelengkapan dari isi berita kurang tepat, dan kurangnya persiapan dan konsentrasi siswa dalam menyimak berita yang dibacakan oleh guru. Hasil keaktifan dan hasil belajar siswa tentu masih jauh dari harapan dan harus segera ditemukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut supaya dapat lebih baik lagi. Hal ini diperkuat dengan kajian teori menurut Sriyono, dkk. (1992), yang menyatakan bahwa pada saat guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani dan rohani. Maksudnya adalah guru harus berperan aktif supaya keaktifan dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 dan 26 Januari 2013. Pada siklus I peneliti mengoptimalkan keaktifan dan hasil

belajar siswa dengan cara memberikan motivasi dan bimbingan kepada peserta didik melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual. Ternyata melalui metode dan media tersebut menunjukkan bahwa keaktifan kelas siswa adalah 257 atau 55,4% (aspek afektif), dan 96 atau 33,1% (aspek psikomotorik). Hasil tersebut menunjukkan bahwa aspek afektif mengalami peningkatan sebesar 135 atau 47,5% dan

aspek psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 39 atau 59,4%. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tes akhir siklus I memperoleh 61,7 (memenuhi kriteria cukup) dan 12 atau 41,4% siswa tuntas KKM ( ≥ 75 ). Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar meningkat 4,8 dan persentase jumlah ketuntasan belajar siswa siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal yaitu 5 orang atau 17,2% (dari jumlah keseluruhan siswa). Rata-rata nilai kelompok yang diperoleh dari LKS yaitu 64,1 (memenuhi kriteria cukup). Pada siklus I keaktifan dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal, namun hal ini belum memenuhi target awal yang peneliti harapkan. Selain itu, rata-rata hasil belajar pada siklus I belum memenuhi KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Hal ini diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Garrett (dalam Rosyad, 2003:29) bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Seperti hal nya dengan penelitian ini, untuk mencapai target yang diinginkan kita membutuhkan proses dalam jangka waktu tertentu, sehingga perlu dilaksanakan siklus II sebagai usaha agar target dapat tercapai yaitu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar.

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2013 dan 9 Maret 2013. Hasil keaktifan kelas adalah 303 atau 65,3% (aspek afektif), dan 193 atau 66,6% (aspek psikomotorik). Hasil tersebut menunjukkan bahwa aspek afektif mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I sebesar 46

atau 84,8% dan aspek psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 97 atau 49,7%. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus II memperoleh 82,1 (memenuhi kriteria baik) dan 26 atau 89,7% siswa tuntas KKM ( ≥ 75 ). Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yaitu 20,4 dan persentase jumlah ketuntasan belajar siswa siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yaitu 14 orang atau 48,3% (dari jumlah keseluruhan siswa). Rata-rata nilai kelompok yang diperoleh dari LKS yaitu 85,3. Dari peningkatan tersebut menjelaskan, bahwa peneliti tepat dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual. Selain itu, metode dan media tersebut ternyata mempunyai dampak sangat positif sehingga nilai hasil belajar siswa di atas KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada siklus II ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Sanjaya (dalam Rusman, 2011:206), mengenai pembelajaran kooperatif dalam beberapa perspektif. Sanjaya (dalam Rusman, 2011:206) menyebutkan dalam salah satu perspektifnya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.

Selain itu, Gagne (dalam Sadiman dkk, 2008:6) menyatakan, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Teori-teori tersebut memperkuat penelitian ini, bahwa pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif akan menimbulkan interaksi antar anggota kelompok yang menciptakan keaktifan

siswa. Selain itu, metode pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan prestasi siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran pun juga demikian. Pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran dapat merangsang minat belajar siswa sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Kelebihan dalam penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut.

1. Dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa dapat termotivasi untuk berpendapat, dan berani untuk mengemukakan kembali isi berita di depan kelas demi kemajuan anggota kelompoknya dalam memahami materi yang disampaikan pada saat diskusi kelompok.

2. Dengan adanya media audio-visual dapat membuat pembelajaran menjadi menarik, karena siswa lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan lewat LCD. Selain itu siswa tidak merasa bosan karena bisa menyimak video berita secara langsung dibandingkan dengan cara dibacakan.

3. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menerapkan rasa tanggung jawab, kepedulian, dan rasa demokratis kepada peserta didik.

Tidak ada penelitian yang sempurna, begitu pula dengan penelitian dalam skripsi ini tentu memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahannya adalah sebagai berikut.

1. Belum bisa mengatur alokasi waktu dengan baik, sehingga di setiap pertemuan selama penelitian selalu melebihi waktu yang disediakan oleh sekolah.

2. Kesulitan untuk menguasai kelas.

3. Kesulitan untuk memilih video berita yang menarik.

4. Kesulitan untuk memperoleh bahan materi pembelajaran karena bahan materi cara mengemukakan kembali isi berita tidak tertulis dengan jelas di dalam buku paket SMP.

5. Kurangnya fasilitas audio-visual di sekolah tersebut, karena hanya ada satu ruangan saja yang difasilitasi perlengkapan audio-visual.

158 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari kondisi awal sampai dengan siklus II, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1 Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII B semester 2 SMP Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta tahun ajaran 2012/ 2013. Keaktifan siswa dari kondisi awal ke siklus I, aspek afektif mengalami peningkatan sebesar 135 atau 47,5% dan aspek psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 39 atau 59,4%. Keaktifan siswa siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 303 atau 65,3% (aspek afektif), dan 193 atau 66,6% (aspek psikomotorik).

2 Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta tahun ajaran 2012/ 2013. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai tes yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran diberikan. Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I sebesar 4,8 dan siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 20,4. Selain itu, persentase jumlah ketuntasan belajar siswa (KKM = 75) juga terjadi peningkatan, dari kondisi awal ke siklus I

terjadi peningkatan sebesar 17,2% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 48,3%.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak dapat terlepas dari berbagai aktivitas, misalnya diskusi kelompok dan penilaian individu berupa tes. Tentu saja hal ini akan memperpanjang waktu yang sudah diberikan jika ditambah dengan materi mengemukakan kembali isi berita dan mengharuskan siswa untuk satu per satu maju ke depan kelas. Hal ini dapat diatasi dengan cara memilih video berita yang berdurasi pendek dan mengurangi tingkat kesulitan soal LKS maupun soal tes. Selain itu, pada saat siswa atau kelompok sedang mengemukakan kembali isi berita di depan kelas sebaiknya dilakukan pembagian waktu yang jelas, sehingga tidak melebihi batas waktu yang telah disediakan.

2. Berbagai aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD mengharuskan guru untuk mampu menguasai kelas lebih dari biasanya.. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menghampiri kelompok satu per satu untuk memantau diskusi kelompok. Selain itu, meskipun situasi belajar terkesan santai namun guru tetap harus bersikap tegas terhadap siswa yang mengganggu proses pembelajaran.

3. Materi cara mengemukakan kembali isi berita tidak dapat terlepas dari aktivitas menyimak. Pemilihan video berita yang kurang tepat dan kurang menarik akan mengakibatkan minat siswa terhadap pembelajaran tersebut

menurun. Hal ini bisa diatasi dengan cara memilih video berita yang terkini namun yang tetap dapat menarik hati anak usia SMP, sehingga mereka tertarik dengan video berita yang ditayangkan. Dengan begitu diharapkan aktivitas menyimak akan lebih optimal.

4. Bahan materi cara mengemukakan kembali isi berita tidak tertulis dengan jelas di buku paket SMP sehingga sulit untuk memperoleh bahan materi tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengakses sumber lain misalnya internet sehingga bahan materi yang diinginkan dapat diperoleh dengan mudah, tidak hanya berpacu pada buku paket saja.

5. Pembelajaran keterampilan menyimak berita dengan menggunakan media audio-visual memang membutuhkan bermacam-macam alat elektronik, misalnya computer/ laptop, LCD dan speaker. Akan menjadi sulit apabila alat-alat tersebut terbatas jumlahnya. Hal ini dapat di atasi oleh sekolah dengan cara menambah jumlah perlengkapan media pembelajaran audio-visual sehingga setiap kelas dapat menggunakan media tersebut dalam pembelajaran jika merasa dibutuhkan.

161 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dkk, Abu. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS.

Arends, L Richard. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar Edisi ke 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi Keempat). Jakarta: Rineka Cipta.

Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke empat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dimyati dan Moedjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hermawan, Herry. 2012. Menyimak Keterampilan Berkomunikasi yang

Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Isjoni, Drs. H. 2009. Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA.

Kartika Budi, Y. 2001. Penelitian tentang Efektivitas dan Efisiensi Proses Pembelajaran dengan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen. Yogyakarta: Jurnal Widya Dharma Universitas Sanata Dharma, edisi April 2001.

Komaidi, Didik & Wijayanti, Wahyu. 2011. Panduan lengkap PTK. Yogyakarta: Sabda Media.

Martinis, Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyono, Nungki Prabawati. Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Informasi dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menyimak dengan Menggunakan Media Audiovisual dan Teknik SKDKK siswa kelas x semester 2 SMA Negeri 6 Yogyakarta 2009/2010. Unversitas Sanata Dharma.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Oramahi, Hasan Asy’ari. 2012. Jurnalistik Radio Kiat Menulis Berita Radio. Jakarta: Erlangga.

Rahayu, Kanti. 2010. Peningkatan Kemampuan Memberikan Kritik dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Berbicara dengan Menggunakan Metode Kooperatif Teknik DESSI Siswa Kelas X Semester 2 SMA N 6 Yogyakarta 2009/2010. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Rasyad, Aminuddin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press dan Yayasan PEP-Ex 8, cet ke-4.

Rusman. 2011. Seni Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sadiman, dkk. 2008. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Satriana, Feni. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Menyimak Lakon Drama

Menggunakan Media Audiovisual Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 7 Samarinda Tahun Ajaran 2008/2009. Universitas Mulawarwan Samarinda. Siddiq, M.D., Munawaroh, I. dan Sungkono. 2008. Pengembangan Bahan

Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Slavin, E. Robert. 2008. Success For All. Cara Efektif dan Menyenangkan Cooperative Learning Teori Riset dan Praktek. Jakarta: Nusa Media.

Sri, Anitah. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2006. Metedologi Penelitian Bisinis, Edisi 9. Bandung: Alfabeta. . 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning_Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

. 2010. Cooperative Learning: Teori, riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT Angkasa.

Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta;Bumi Asksara.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wirajaya, Asep Yudha dan Sudarmawarti. 2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

164 A.1 SILABUS SIKLUS I

A.2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I