• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Mengendalikan Permintaan

Dalam dokumen buku Rokok Mengapa Haram (Halaman 37-44)

c. Usia Sekolah Menengah

3. Pentingnya Mengendalikan Permintaan

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahaya dan kerugian yang ditimbulkannya. Keanekaan penyakit, misalnya kanker hati, paru, payudara, prostat, pankreas dan ginjal di antaranya disebabkan oleh rokok. Demikian pula halnya dengan disfungsi ereksi, kemandulan serta menopause dini juga mengancam para perokok. Oleh karena diperlukan langkah-langkah strategik untuk mengatasinya. Sejalan dengan apa yang telah diuraikan sebelumnya, menurut hemat penulis, upaya promosi kesehatan perlu diberikan tempat utama dalam menekan permintaan rokok. Tiga kali pengamatan di tempat yang berbeda menunjukkan bahwa perangai para perokok serta lingkungan social yang ada di dekatnya sungguh unik.

Pada suatu siang, di depan kantor polisi di Kota Depok, sekelompok pelajar SMP menikmati rokok. Polisi yang berjaga di pos penjagaan juga tidak peduli, padahal untuk mengurangi konsumsi rokok polisi dapat berperan banyak. Jelas, bahwa penggunaan polisi itu bersifat parsial saja dalam mencegah remaja merokok. Namun jika semakin banyak pihak yang peduli dan berperan aktif, misalnya pihak sekolah, orang tua, klub olah raga, dan lainnya maka upaya pengendalian akan jauh lebih efektif. Di waktu yang berbeda,

penulis datang ke warung internet. Biasanya warung internet juga menyewakan komputer untuk bermain game, chatting. Di dalam warnet yang ber AC walaupun tidak dingin, penuh anak-anak usia SMP dan SMA, dan pekat dengan asap rokok. Pemilik warnet, seorang bapak berusia paruh baya juga merokok bersama anak-anak tersebut. Jadi, anak-anak sudah mempunyai strategi tidak merokok jika hari libur, namun mereka memuaskan adiksinya akan racun nikotin dengan merokok di warnet. Di salah satu pusat perbelanjaan, yang konon milik salah satu pabrik rokok yang rajin membina atlit bulutangkis, juga menjadi surga para perokok. Di saat pemerintah kota mencanangkan kawasan tanpa rokok, tentu saja sikap pengelola perbelanjaan merupakan angin segar para perokok, sekaligus prahara bagi banyak orang termasuk ibu dan anak yang berkunjung ke sana.

Di dalam kesehatan masyarakat dikenal 3 prinsip dasar kesehatan masyarakat, yaitu asesmen, pengembangan kebijakan, dan jaminan pelaksanaan. Asesmen (penilaian) mencakup 3 kegiatan pokok, yaitu a) secara teratur memantau status kesehatan masyarakat menggunakan indikator

terpilih guna mengidentiikasi dan menetapkan prioritas

masalah yang diakibatkan rokok, b) mendiagnosis serta menyelidiki masalah kesehatan dan ancaman serta bahaya rokok terhadap kesehatan masyarakat, c) mengevaluasi efektivitas, aksesibilitas, dan kualitas pelayanan pengendalian konsumsi rokok. Pengembangan kebijakan mencakup 3 kegiatan, yaitu a) menginformasikan, mengedukasi, dan memberdayakan masyarakat tentang bahaya rokok, b)

memobilisasi kemitraan masyarakat untuk mengidentiikasi

dan memecahkan masalah tingginya prevalensi perokok, c) mengembangkan kebijakan dan program untuk mendukung upaya pengendalian konsumsi tembakau oleh publik, swasta, dan individu. Adapun penjaminan pelaksanaan (assurance)

berisi kegiatan, yaitu a) menjamin kompetensi tenaga promosi kesehatan yang handal dalam promosi pengendalian konsumsi rokok, b) menegakkan hukum dan regulasi untuk perlindungan kesehatan, keamanan, dan keselamatan di antaranya membatasi penjualan rokok di sekitar sekolah, c) menghubungkan masyarakat dengan tenaga kesehatan yang dibutuhkan dan menjamin terlaksananya program promosi kesehatan dan d) riset wacana baru dan solusi inovatif masalah-masalah tingginya konsumsi rokok. Oleh karenanya program promosi kesehatan untuk menurunkan prevalensi perokok harus dilaksanakan dengan berlandaskan 3 prinsip tersebut. Ketiganya harus dijalankan dengan konsisten.

Penulis ingin menggarisbawahi perlunya penegakan hukum dalam kasus rokok. Upaya promosi kesehatan dilakukan di antaranya melalui pengembangan kebijakan berwawasan kesehatan. Agar efektif maka perangkat kebijakan tersebut harus ditulangpunggungi oleh sanksi hukum yang memadai. Beberapa stasiun televisi nasional pernah menayangkan bagaimana seorang sopir bis kota ditilang oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja karena tertangkap tangan sedang merokok. Namun kini dengan mudah dijumpai aparat Ketenteraman dan Ketertiban yang merokok di dalam kompleks kantor walikota. Umur sanksi hukum hanya 2 minggu. Tidak mampunya sanksi

memberikan efek jera bagi para pelanggarnya diungkapkan oleh banyak orang bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar.

Secara alamiah, promosi kesehatan merupakan metamorfosis dari aktivitas pendidikan kesehatan. Oleh karena itu dalam promosi kesehatan, peran komunikasi sangat penting. Komunikasi digunakan untuk menyampaikan berbagai pesan yang terkait dengan bahaya rokok. Namun metode yang digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Mengingat komunikasi sebenarnya merupakan hubungan antara pengirim (pesan) dan penerima, maka tujuannya juga perlu dilihat dari dua sudut pandang. Kecukupan sudut pandang akan mengurangi risiko terlalu percaya diri (over conidence) pada suatu strategi dan metode. Dari sudut pandang pengirim, komunikasi bertujuan untuk: a) memberikan informasi yang dianggap perlu diketahui khalayak sasaran, b) mendidik sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku khalayak sasaran, c) menghibur, terutama pada pesan yang dikemas dalam bentuk hiburan.

Adapun dari sudut pandang penerima maka tujuan dari komunikasi adalah: a) memahami informasi yang telah diterima, b) mempelajarinya apabila merasa bahwa informasi ditujukan kepada dirinya, c) menikmati informasi yang diterima, dan d) menerima atau menolak anjuran. Terjadinya perbedaan pandangan antara pengirim dan penerima adalah sesuatu yang alamiah, namun terkait dengan “profesionalitas” petugas, seharusnya dilakukan berbagai upaya agar resistensi khalayak sasaran dapat dikurangi.

khalayak sasaran “cukup dekat” dengan atmosfer komunikasi tersebut, sehingga memahami siapa sasaran program, metode apa yang cocok, karakteristik setiap metode, termasuk kelemahannya adalah hal yang esensial, sebab tidak ada satupun metode terbaik. Perencana program bisa memilih metode yang paling cocok atau mengkombinasikan beberapa metode (multi metode) sepanjang asas-asas memilih metode promosi kesehatan dipenuhi.

Yang perlu diperhatikan, bahwa sasaran promosi kesehatan adalah individu yang berkepribadian khas, serta mempunyai latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang bervariasi. Kecil kemungkinannya suatu teknik promosi kesehatan cocok untuk semua kategori khalayak. Oleh karenanya suatu aktivitas promosi kesehatan perlu dilengkapi dengan: a) segmentasi sasaran, dan b) riset khalayak. Yang dimaksud dengan segmentasi sasaran adalah membagi sasaran umum ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan berbagai pertimbangan, misalnya pendidikan, keterpajanan informasi kesehatan, kesiapan untuk bertindak, status sosial ekonomi dan sebagainya. Adapun riset khalayak dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang perilaku kesehatan, perilaku komunikasi, serta pola komunikasi yang disukai sasaran.

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa mengendalikan konsumsi rokok memerlukan usaha, kerja keras dan cerdas (smart) sebab: a) fenomena merokok, sampai dengan tulisan ini dibuat barangkali sudah menjadi separuh budaya masyarakat, b) determinan perilaku merokok sangat beragam, kaya, sehingga untuk mengendalikannya

boleh jadi selain ada upaya seragam tingkat nasional, namun

juga ada upaya spesiik tingkat lokal, dan c) konsistensi

dalam pelaksanaannya perlu ditingkatkan. Di Indonesia sudah cukup banyak kebijakan, tidak kurang juga laporan, namun yang masih perlu ditingkatkan adalah menjamin agar pelaksanaanya sesuai dengan yang direncanakan. Sehingga tidak ada lagi yang memunculan pemeo bahwa di Indonesia, yang dipikirkan dan direncanakan beda dengan yang dikerjakan. Apalagi mengendalikan perilaku merokok harus diberi makna sebagai upaya membangun kebudayaan dan peradaban yang lebih sehat.

Referensi

Goel, Rajeev K. Smoking prevalence in the United States: Differences across socioeconomic groups. Journal of Economics and Finance; Apr 2008; 32, 2; ABI/INFORM Global pg. 95 [Online 3 Jan 2009]

Hurlock, Elizabeth B. 980. Developmental Phsychology.

New York : McGraw-Hill Book Company

McLeod, Kim, Victoria White, Robyn Mullins, Claire

Davey, Melanie Wakeield, David Hill. How do friends inluence smoking uptake? Findings from qualitative

interviews with identical twins. The Journal of Genetic Psychology, 2008, 169(2) pg -3 [Online 3 Jan 2009]

Stickney, Sean R, David R Black. Physical self-perception, body dysmorphic disorder, and smoking behavior. American Journal of Health Behavior; May/Jun 2008; 32, 3; ProQuest Health and Medical Complete pg.295 [Online 3 Jan 2009]

Unalan, Demet, Mustafa Celikten, Ahmed Ozturk, Vesile Senol. The Relationship between vocational college students’ smoking behavior and self actualization, interpersonal support and stress management. Social Behavior and Personality; 2008; 36, 6; ProQuest Psychology Journals pg.2 [Online 3 Jan 2009]

Volkom, Michele Van. Attitudes toward cigarette smoking among college students. College Student Journal; Jun 2008; 42, 2; ProQuest Psychology Journals pg. 29

Menghentikan Perilaku Merokok:

Dalam dokumen buku Rokok Mengapa Haram (Halaman 37-44)