• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyerbuan Markas Kempetai (Polisi

BAB IV PEREBUTAN SENJATA JEPANG OLEH

B. Penyerbuan Markas Kempetai (Polisi

dengan kekejamannya pada masyarakat. Markas Kempetai di Surabaya yang terletak di daerah Pasar Besar ini oleh masyarakat Surabaya dianggap sebagai markas yang sangat ditakuti dan dibenci karena kekejamannya. Di markas inilah beberapa pejuang kemerdekaan pernah merasakan siksaan yang sangat menyakitkan seperti, Pramoedji, Rachim, Abdoel Azis, Soekajat, Tjak Doerasih, Tjak Doel Arnowo, dan Ir. Darmawan. Mereka adalah pejuang-pejuang kemerdekaan yang pernah merasakan siksaan di

markas Kempetai semasa menjadi tahanan.91

89 Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

30.

90 Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, (Jakarta : Yayasan Brata Bhakti, 2007), 120.

91 Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Catatan Julius

Pada tanggal 1 Oktober 1945 pukul 07.00, masyarakat Surabaya dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Pemuda Republik Indonesia (PRI), dan Polisi Istimewa sudah mulai mengepung markas Kempetai. Pengepungan tersebut dilakukan pada pagi hari, karena pada malam hari prajurit Kempetai diduga sebagai prajurit yang ahli dalam pertempuran malam hari dan pada siang hari kemampuan Kempetai tidak sehebat malam hari dalam bertempur. Pada siang hari pukul 12.00, melalui lubang dari markas Kempetai, prajurit Kempetai melakukan penembakan

terhadap orang-orang yang berada di luar.92

Walaupun keadaan sudah berubah tidak seperti sebelumnya Jepang menguasai Indonesia, tetapi prajurit Kempetai tidak ingin membukakan gerbangnya karena mereka tidak memiliki tanggung jawab lagi kepada Markas Besar Balatentara Nippon di Tokyo. Sekarang tanggung jawab itu ada di tangan Pimpinan Tentara Serikat di Asia Tenggara. Karena memiliki tanggung jawab tersebut, ketika petinggi Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Polisi ingin melakukan perundingan kepada Kempetai, tetapi markas tersebut tetap tidak dibuka. Malahan mereka secara diam-diam mengunci semua akses masuk ke markas dan memperkuat

pertahanan.93

Keesokan harinya, tanggal 2 Oktober 1945, masyarakat masih terus mengepung markas Kempetai. Pengepungan markas ini masih belum jelas kepastian perundingan antara dua belah

92

Fadma Yulista, “Perebutan Senjata Jepang di Surabaya Tahun 1945”. AVATAR, e-Journal Pendidikan Sejarah 5, no. 3, (2017): 923-924.

93 Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

pihak, yaitu pihak Indonesia dengan pihak Kempetai. Pada pukul 12.00 siang, pengepungan yang dilakukan oleh masyarakat sudah mencapai pintu gerbang markas Kempetai. Walaupun kepungan yang dilakukan oleh masyarakat dengan jumlah yang tidak sedikit, pihak Kempetai tetap tidak ingin menyerah. Namun, masyarakat yang berada di luar pintu gerbang markas mendapat tembakan dari senapan mesin oleh prajurit Kempetai dari dalam markas. Masyarakat di luar pun tidak tinggal diam, mereka membalas tembakan tersebut dengan senjata yang dimilikinya.

Di alun-alun yang menghubungkan antara kantor Gubernur dan markas Kempetai, Polisi Istimewa bergerak dengan niat untuk membantu masyarakat yang sudah berhasil masuk ke

markas Kempetai.94 Setelah beberapa jam berlangsung

pertempuran sengit, utusan dari pemerintah Indonesia datang ke markas Kempetai, utusan tersebut adalah Ketua BKR Soengkono, Residen Soedirman, dan komandan Polisi Istimewa Karesidenan

Surabaya Inspektur Polisi II Moehammad Jasin.95 Dengan

keberaniannya Moehammad Jasin menerobos kawat besi berduri

dan langsung menuju ke ruang Kempetai.96

Setelah berhasil menerobos masuk markas Kempetai, Moehammad Jasin tidak sadar ternyata seorang rekannya

94 Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

32.

95 Fadma Yulista, “Perebutan Senjata Jepang di Surabaya Tahun 1945”. AVATAR, e-Journal Pendidikan Sejarah 5, no. 3, (2017): 924.

96 Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

bernama Soeprapto mengikutinya menerobos markas Kempetai. Ketika ingin memasuki pintu markas, ada dua prajurit yang menodongkan senjata yang berlaras bayonet kepada Meohammad Jasin dan Soeprapto. Tapi Moehammad Jasin mencoba untuk tetap tenang, selain itu Mohammad Jasin mengenal Takahara bersaudara yang mana Takahara yang adik adalah seorang anggota Kempetai. Moehammad Jasin mengatakan kepada kedua prajurit tersebut keinginannya untuk bertemu dengan Takahara. Kemudian dibawalah mereka menemui Takahara bersaudara. Takahara yang lebih tua yang bekerja sebagai penerjemah tentara

Jepang menanyakan maksud dari Moehammad Jasin.

Moehammad Jasin meminta agar Kempetai menyerah dan semua tanggung jawab akan ditanggung semua oleh Moehammad Jasin. Kemudian Jasin langsung diantarkan untuk bertemu dengan

komandan Kempetai (Kempetai Tyo).97

Takahara yang lebih tua mengenalkan Moehammad Jasin sebagai Tokubetsu Keisatsu Tayto (komandan Polisi Istimewa) dan menyampaikan maksud kedatangan dari Moehammad Jasin. Setelah mendengar penjelasan dari Takahara, komandan Kempetai tidak memberikan komentar apa-apa, hanya memanggil stafnya dan mendiskusikan permintaan Moehammad Jasin kepada stafnya tersebut. Pada saat diskusi sedang berlangsung, tampaknya Moehammad Jasin mengetahui kalau Kempetai akan menyerah dan menuruti permintaan dari Moehammad Jasin. Moehammad Jasin pun langsung mengambil sapu tangannya

97 Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

yang berwarna putih dan langsung mengaitkannya ke tangan komandan Kempetai tersebut sambil mengayunkannya di depan jendela untuk menunjukkan kepada masyarakat yang ada di luar. Pada saat itu terjadi, komandan Kempetai hanya menuruti semua yang dilakukan oleh Moehammad Jasin, padahal Moehammad

Jasin melakukan semua itu tanpa ada ancaman apapun.98

Tak lama kemudian Takahara yang lebih tua menurunkan bendera Jepang yang ada di halaman markas Kempetai sebagai simbol bahwa Kempetai sudah menyerah kepada pada pejuang Republik Indonesia. melihat penurunan bendera tersebut, rakyat pun langsung mendekati dan segera menaikan bendera Indonesia sambil berteriak gembira dan meneriakkan kata “Merdeka” sebagai tanda kemenangan para pejuang Republik Indonesia melawan Kempetai yang di kenal sangat kejam dan

mengerikan.99

Dalam pertempuran yang berlangsung di markas Kempetai menelan korban jiwa sebanyak 40 orang tewas tertembak. Dari 40 orang tersebut, 25 orang Indonesia dan 15 anggota Kempetai. Selain itu, ada yang mengalami luka-luka sebanyak 81 orang, orang yang luka-luka sebanyak 60 orang Indonesia, 14 orang

Jepang, 2 China, dan 5 orang warga Belanda.100

98 Fadma Yulista, “Perebutan Senjata Jepang di Surabaya Tahun 1945”. AVATAR, e-Journal Pendidikan Sejarah 5, no. 3, (2017): 926.

99

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 21.

100 Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Catatan Julius

Perebutan senjata di markas Kempetai dapat dilihat bahwa Polisi Istimewa turun berperan. Polisi Istimewa dengan badan perjuangan lain menggempur markas Kempetai yang tidak ingin menyerah dan memberikan senjara kepada pejuang Indonesia. Bahkan peran dari komandan Polisi Istimewa Moehammad Jasin pun memiliki peran yang sangat besar, karena Moehammad Jasin sebagai orang yang paling berani menerobos markas Kempetai dan menemui komandan markas Kempetai untuk melakukan

perundingan supaya Kempetai bersedia memberikan

persenjataannya. Usaha dari Moehammad Jasin ini pun membuahkan hasil dengan Kempetai bersedia memberikan persenjataannya kepada pejuang Indonesia.

C. Penyerbuan Markas Kaigun (Angkatan Laut Jepang)