BAB V POLISI ISTIMEWA MELAWAN SEKUTU
C. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
2. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Setelah ditolaknya ultimatum yang diberikan oleh Sekutu, Polisi Istimewa langsung menyiapkan diri untuk menghadapi pertempuran seperti yang tertulis di dalam isi ultimatum tersebut. Polisi Istimewa membagi pasukannya pada garis pertahanan Surabaya, pembagiannya sebagai berikut:
1. Seksi I dan Seksi II di garis pertahanan utara, pasukan Polisi Istimewa dipimpin oleh Komandan Polisi Musa. 2. Seksi III di garis pertahanan timur, pasukan Polisi
Istimewa dipimpin oleh Agen Polisi I Lasiono.
3. Seksi IV pasukan Polisi Istimewa yang menggunakan senjata berat dipimpin oleh Agen Polisi I Soekarja yang ditempatkan di Keputran untuk menguasai
221 Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:
wilayah Kaliasin dan Palmenlaan (sekarang Jalan
Panglima Soedirman).222
Sesuai dengan janjinya, tepat pada pukul 06.00, tanggal 10 November 1945, Sekutu mulai menyerang Surabaya Utara dari laut menggunakan armada kapal perang yang berasal dari The 5-th Cruiser Squadron di bawah komando Laksamana Muda
Laut W.R. Patterson.223 Selain melakukan serangan dari laut,
Sekutu juga melakukan serangan dari udara dan melakukan bombardemen (pemboman) dari pesawat-pesawat tempur berjumlah 12 pesawat tempur jenis Mosquito dan 2 pesawat tempur jenis SCP. Penyerangan ini dilakukan secara membabi buta selama kurang lebih tiga jam. Sasaran yang terkena tembakan tersebut pun hancur dan mengakibatkan korban jiwa.
224
Pangkalan Udara Morokrembangan yang sejak awal sangat ingin dikuasai oleh Sekutu pun mendapat serangan.
Pejuang Indonesia yang ada di Pangkalan Udara
Morokrembangan pun berusaha supaya pangkalan udara tersebut tidak jatuh ke tangan Sekutu, sehingga terjadi pertempuran antara pihak Sekutu dengan pejuang Indonesia. Setelah pertempuran
222 Team Kodak X Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan
Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun 1945-1949, (Surabaya : Grafika Dinoyo,
1982), h. 72-73 ; Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi
Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,
84.
223
Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius
Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 387.
224 Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan
berlangsung selama dua jam, akhirnya tentara Sekutu berhasil merebut Pangkalan Udara Morokrembangan. Sekitar pukul 09.00, Pangkalan Udara Morokrembangan yang berhasil direbut sudah bisa digunakan oleh Sekutu untuk mendaratkan serta melepas
landaskan pesawat miliknya dengan aman.225
Melihat gerakan yang dilakukan Sekutu sudah semakin menjadi-menjadi, akhirnya dikeluarkan surat perintah resmi oleh Komando Pertempuran Surabaya yaitu Soekono untuk melakukan serangan balasan kepada Sekutu. Pada pukul 09.30, Bung Tomo melalui Radio Pemberontakan memberikan kepada para pejuang untuk melakukan perlawanan terhadap serangan-serangan yang
dilakukan oleh Sekutu. Dalam siaran melalui radio
pemberontakan, Bung Tomo mengucapkan semboyannya yang sangat terkenal yaitu “Selama banteng-banteng Indonesia masih berdarah merah, yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu tidak akan suka kita membawa bendera putih untuk menyerah kepada siapapun juga”.226
Sebelum Polisi Istimewa bertempur melawan Sekutu, pasukan Polisi Istimewa mendapat dukungan dan doa dari para ulama-ulama yang datang ke Surabaya yang berasal dari Tebu Ireng, Jombang, Pasuruan, dan Probolinggo. Para ulama yang datang dari daerah yang berbeda-beda setelah di Surabaya berkumpul di Keputran. Para ulama tersebut menyiapkan air
225
Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius
Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 387.
226 Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan
putih yang sudah didoakan oleh mereka dan meminta pasukan Polisi Istimewa untuk berkumpul terlebih dahulu sebelum berangkat perang. Setelah pasukan Polisi Istimewa berkumpul, para ulama memberikan kepada setiap anggota Polisi Istimewa air putih yang sudah dibacakan doa. Hal itu dilakukan supaya selama dalam pertempuran setiap anggota Polisi Istimewa
selamat dan mendapat perlindungan dari Allah SWT.227
Untuk menghadapi serangan balasan terhadap Sekutu, Inspektur Polisi Soetjipto Danoekusumo sebagai komandan Polisi Istimewa Kota Surabaya melakukan pemeriksaan kesiapan pasukan di pertahanan Indonesia dengan menaiki panser yang dikendarai oleh Agen Polisi II Eman. Soetjipto Danoekusumo berkeliling untuk menempatkan regu dan peleton Polisi Istimewa di setiap pertahanan kota dalam membantu pejuang lainnya. Di setiap pos pertahanan kota, Soetjipto melakukan briefing dengan memperkirakan Sekutu akan menyerang menggunakan pasukan
Infanteri228 seperti pertempuran sebelumnya.229
Pada pukul 10.00, Soetjipto dan Eman mendatangi markas Hoofdbureau (sekarang Polrestabes Surabaya). Pesawat Inggris berputar-putar di langit Surabaya untuk menjatuhkan bom-bom untuk menyerang kota Surabaya. Ketika Soetjipto dan Eman keluar dari panser, tiba-tiba bom milik Inggris jatuh tepat
227 Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi
Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,
85.
228
Infanteri adalah nama kesatuan atau kecabangan dalam pasukan militer.
229 Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:
mengenai kedua kaki Eman, sehingga kedua kaki Eman pun putus. Meskipun kedua kaki Eman putus, Eman masih bertahan hidup dengan merasakan rasa sakit yang dialaminya sambil berteriak meminta pertolongan. Mengetahui anggotanya luka sangat parah, Soetjipto secara spontan langsung mendekati dan membantu Eman dengan memindahkan tubuhnya ke tempat yang
aman yaitu di bawah pohon.230
Setelah Soetjipto mengevakuasi Eman, Soetjipto berteriak memerintahkan agar Polisi Istimewa yang ada di markas Hoofdbureau untuk mengarahkan tembakannya ke pesawat musuh yang sedang melintas di atas markas. Tetapi usaha tersebut tidak membuahkan hasil, malahan pesawat Inggris terus melakukan bombardemen (pemboman) dengan menghujani kota Surabaya ditambah dengan tembakan meriam. Bom pun jatuh di depan markas Hoofdbureau sehingga menimbulkan korban jiwa. Tubuh korban pun banyak yang berserakan, ada potongan daging korban pengeboman yang tersangkut di pohon beringin. Bahkan pengungsi yang sedang lewat dekat markas Hoofdbureau menggunakan kereta pun terkena bom, sehingga korban jiwa pun
berkisar kurang lebih seratus orang.231
Semua anggota Polisi Istimewa Kota Surabaya diberi
kesempatan untuk mengevakuasi dan menyelamatkan
keluarganya untuk dipindahkan ke tempat yang aman supaya
230 Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi
Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,
86.
231 Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:
tidak menjadi korban atas serangan Sekutu. Setelah mengevakuasi keluarganya ke tempat yang aman, anggota Polisi Istimewa pun berkumpul kembali dan ditempatkan di sepanjang Jalan Kereta Api dari pasar Turi hingga daerah Sidotopo. Markas Polisi Istimewa Kota Surabaya pun dipindahkan ke Gubeng dekat dengan markas Soengkono di Pregolan Bunder supaya
mempermudah menjalin komunikasi satu sama lain.232
Pada siang harinya dilakukan rapat di markas Pregolan Bunder untuk membahas keadaan Surabaya dan menyusun
strategi penyerangan terhadap Sekutu.233 Yang datang dalam
rapat tersebut adalah Soengkono, Soetjipto Danoekusumo sebagai komandan Polisi Istimewa Kota Surabaya, Prangko sebagai petugas sekretaris, Kolonel Ruslan Wongsokusumo, Setyono dari KNI (Komite Nasional Indonesia), dan Pembantu Inspektur Polisi
Bany Notosubiyoso.234 Pada saat rapat sedang berlangsung, tanpa
diketahui ternyata ada sebuah granat musuh yang mengincar rapat yang sedang berlangsung. Akibat ledakan dari granat tersebut mengakibatkan tewasnya Setyono dan melukai Kolonel Ruslan
Wongsokusumo.235
232 Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak
Proklamasi – 1950, 151.
233 Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:
Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, 149.
234 Irna H. N. Hadi Soewito, Rakyat Jawa Timur Mempertahankan
Kemerdekaan 1, (Jakarta : PT Grasindo, 1994), 84.
235 Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi
Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,
Memindahkan markas Polisi Istimewa Kota Surabaya ke Gubeng ternyata bukan tempat yang tepat, karena di sekitar daerah tersebut tentara Inggris melakukan penekanan dengan melakukan serangan-serangan yang sangat gencar. Akibat dari serangan-serangan yang sangat menekan Polisi Istimewa, akhirnya markas Polisi Istimewa Kota Surabaya pun dipindahkan lagi ke Jalan Markus (sekarang Jalan Musi). Di markas baru ini, diadakan rencana untuk menyelamatkan pasukan dengan
memindahkannya untuk mundur ke luar kota. Untuk
mempermudah pergerakan mundur, pasukan pun dibagi menjadi dua yaitu, pasukan induk yang berjumlah 250 orang yang dipimpin langsung oleh komandan Polisi Istimewa Kota Surabaya mundur ke barat. Pasukan kedua yang berjumah 75 orang mundur ke kuburan Cina Pasar Kembang sampai ke
Tandes.236
Inggris melakukan pengebomam melalui pesawat-pesawatnya dan tembakan-tembakan meriamnya hampir ke seluruh penjuru Kota Surabaya dengan membabi-buta. Akibat dari tembakan-tembakan yang dilakukan Inggris ke Kota
Surabaya mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang
berjatuhan. Korban jiwa dari tembakan-tembakan pesawat-pesawat dan meriam Inggris dari kalangan masyarakat dan para anggota Polisi Istimewa. Walaupun mendapat serangan yang gencar, para pemuda Surabaya tidak tinggal diam, mereka membalas dengan melakukan tembakan-tembakan ke arah
236 Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak
pesawat Inggris. Bahkan mereka berhasil menjatuhkan dua buah pesawat Inggris dan menewaskan seorang perwira tinggi Inggris bernama Brigadir Jenderal Robert Guy Loder Symonds, seorang
Komandan Detasemen Artileri Inggris.237
Pasukan Polisi Istimewa Karesiden Surabaya di bawah
pmimpinan Moehammad Jasin pun setelah meletusnya
pertempuran 10 November langsung memindahkan pasukannya ke Tembok meninggalkan Gaduh, tapi sebagian tetap bertahan di Gaduh. Pada sore harinya mereka kembali lagi ke tempat pertahanan di Gaduh. Pada saat di Gaduh, pasukan Polisi Istimewa ini mendapat serangan dari Sekutu sehingga mengharuskan mereka untuk mundur ke Kresek. Pada keesokan harinya, tanggal 11 November pukul 10.00, tentara Sekutu mendatangi Kresek untuk menguasai wilayah tersebut dan tentara Sekutu mengira wilayah tersebut tidak dipertahankan pihak Indonesia. Pasukan Polisi Istimewa pimpinan Moehammad Jasin membiarkan tentara Sekutu memasuki wilyah tersebut dan secara diam-diam mengatur strategi untuk menyerang tentara Sekutu. Ketika musuh lengah pasukan Polisi Istimewa melakukan
penyerangan sehingga musuh bisa dihancurkan.238
Sekutu pun melakukan penyerangan di daerah kantor Gubernur dan sekitar jembatan merah. Mereka melakukan
pemboman menggunakan pesawat-pesawatnya dan
menggerakkan tank-tanknya. Selanjutnya melakukan
237
Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi
Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,
86.
penyerangan ke Sawahkurung, Jatipurwo, Sidotopo, dan di daerah sekitar Nyamplungan. Tapi di daerah tersebut terjadi pertempuran yang begitu sengit antara pihak Sekutu dan pihak Indonesia. pihak Indonesia diperkuat oleh Polisi Istimewa dan badan perjuangan lainnya seperti Pemuda Republik Indonesia (PRI), Hizbullah, Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan lain-lain. Pertempuran terjadi hingga sore hari dan dari pihak Indonesia korban para pemuda 20 orang dan puluhan lainnya luka-luka.
Polisi Istimewa yang menghadapi Sekutu berhasil menghambat gerakan tentara Sekutu beserta tanknya yang melakukan gerakan melalui Jalan Jakarta dan berhasil menghambat pergerakannya. Sekutu hanya maju beberapa ratus meter disekitar Jalan Kereta Api, Viaduct, Jalan Juliana, Jalan Kantor Pos Surabaya, Seksi Polisi Kebalen, Hoofdbureau, dan Jalan Societeit. Terhambatnya gerakan tentara Sekutu karena terjadinya pertempuran yang terjadi oleh Sekutu dan Polisi Istimewa beserta pejuang-pejuang lainnya dari Pemuda Republik Indonesia (PRI) Maluku, Badan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), ditambah dengan pasukan dari luar Kota Surabaya seperti Malang, Bali, Jombang, solo, dan lain-lain. Pertempuran yang sangat sengit terjadi sampai malam hari, bahkan pada pukul 23.00 terjadi pertempuran jarak dekat yang
mengakibatkan korban jiwa dari kedua belah pihak dengan
jumlah yang sangat banyak sampai tidak terhitung.239
Pertempuran pun terus berlangsung setiap hari. Pada tanggal 18 Oktober, Moehammad Jasin selaku komandan Polisi Istimewa Karesiden Surabaya menyampaikan pesannya melalui radio bahwa semua anggota Polisi Istimewa harus mengambil bagian dalam setiap pertempuran mempertahankan kemerdekaan
Indonesia karena Polisi Istimewa merupakan pasukan militer.240
Keterlibatan Polisi Istimewa dalam setiap pertempuran memang terlihat pada saat terjadi pertempuran disetiap tempat, bahkan Polisi Istimewa pun mengikut sertakan kendaran pansernya
dalam pertempuran melawan Sekutu.241
Sampai pada hari kesepuluh, pertahanan di sekitar Jalan Kereta Api sekitar daerah Kandang Sapi yang dipertahankan oleh Polisi Istimewa di bawah pimpinan Komandan Polisi Musa beserta Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan badan-badan perjuangan lainnya masih bisa mempertahankan wilyah tersebut. Pada hari kesebelas, tanggal 21 November 1945, Inggris menggerakkan pesawat Angkatan Udaranya untuk menggempur pasukan Indonesia dan berhasil mematahkan pertahanan tersebut. Polisi Istimewa bersama pasukan lainnya melakukan perlawan sambil mundur untuk membentuk pertahanan baru di sekitar Tembok-Dukuh Sawahan.
239 Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan
Indonesia, 487.
240 Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10
November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 265.
Pasukan Polisi Istimewa berniat untuk menarik mundur pasukannya dan pasukan yang lain ke markasnya di Coen Boulevard, untuk ke markasnya tersebut mereka harus melalui Kedungdoro yang ternyata sudah menjadi pertahanan Sekutu sehingga terjadi pertempuran sengit. Pada pertempuran inilah Komandan Polisi Musa gugur setelah terkena pecahan mortir
musuh.242 Mantan anak buah Musa di Polisi Istimewa pada saat
pertempuran sedang berlangsung yaitu, Agen Polisi III Moekari mengkisahkan bahwa, Moekari bergerak mendahuli Musa sambil melindunginya tapi, Musa berteriak dan memarahi Moekari, Musa sebagai komandan harus berada di depan dan anak buahnya berada di belakangnya.
Moekari menggambarkan Musa sebagai seorang pejuang sejati dan berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih demi tegaknya Republik Indonesia. pada saat Musa gugur, ditemukan secarik kertas di dalam saku bajunya yang berisi tentang pesan meminta kepada rekan-rekannya untuk terus melanjutkan perjuangannya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan meminta supaya kalau dia meninggal ingin dimakamkan di Lawang karena
isterinya tinggal di daerah tersebut.243 Setelah gugurnya Musa,
kemudian pasukan dibagi menjadi dua yaitu, sebagian ada yang membawa jenazah Musa ke markas dan sebagiannya lagi mengungsikan orang yang luka-luka ke pos Palang Merah di Kembang Kuning. Untuk jenazah Musa akhirnya dimakamkan di
242 Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak
Proklamasi – 1950, 153.
Lawang sesuai permintaannya dan upacara pemakannya sangat
mengharukan.244
Pada tanggal 23 Novemeber, Moehammad Jasin memindahkan markas Polisi Istimewa Karesiden Surabaya di
Coen Boulevard tidak lagi di Kota Surabaya tetapi
memindahkannya di Sidoarjo. Hal tersebut dilakukan untuk mencari tempat yang aman dari serangan musuh. Walaupun markas Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya dipindah ke Sidoarjo, anggota Polisi Istimewa tetap berada di Kota Surabaya dengan jumlah sekitar 150 orang dan terbagi di dalam sektor-sektor pertempuran karena harus selalu mengambil bagian dalam
setiap pertempuran.245
Tugas selanjutnya yaitu memperkuat Seksi IV di bawah pimpinan Agen Polisi I Soekarja. Pada seksi IV ini, Polisi Istimewa menggunakan senjata beratnya untuk mempertahankan Keputran. Khawatir Keputran akan direbut oleh Sekutu, anggota lainnya diperintahkan untuk siap mengevakuasi perbelakan ke Ngoro, Jombang, sementara untuk mesiu dan peluru dipindahkan
ke Pandaan, Pasuruan jika pertahanan direbut oleh Sekutu.246
Sementara itu pertahanan di Jalan Kembang Kuning dan beberapa pertahanan daerah Darmo sudah berhasil dikuasai oleh Inggris, bahkan Rumah Sakit Darmo pun dikuasai. Hal tersebut mengakibatkan Polisi Istimewa yang berada di Keputran harus
244 Team Kodak X Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan
Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun 1945-1949, 74.
245 Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 195.
246 Team Kodak X Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan
berada di belakang kedudukan Sekutu. Karena keadaan tidak memungkinkan terus bertahan, akhirnya pasukan Polisi Istimewa pun harus mengundurkan diri ke Wonokromo melalu Dinoyo dan
markas komandonya pun harus dipindah ke Sepanjang.247
Perempuran di Surabaya pun terus berlanjut dan semakin sengit, karena para pejuang harus mempertahankan supaya seluruh Surabaya tidak dikuasai oleh Sekutu. Pada tanggal 27 Novemeber 1945, Inspektur Polisi Soenarjo menghadap Soetjipto Danoekusumo untuk meminta bantuan agar keluarganya dapat dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Soetjipto pun menerima permintaan tersebut. Sementara itu, tentara Inggris terus-terusan mendesak para pejuang Indonesia dan hampir menguasai seluruh
Surabaya.248 Tembat pertahanan terakhir pejuang Indonesia ada
di Gunung Sari. Pasukan Indonesia yang bertahan di Gunung Sari untuk menahan agar daerah tersebut tidak dikuasi oleh tentara Inggris hanya pasukan L-1 dan pansernya, pasukan Polisi Istimewa, Tentara Keamanan Rakyat Bermotor (TKR-PBM), Batalyon TKR Bambang Juwono, stelling artileri di Jalan Joyoboyo dan Kesatrian di bawah pimpinan Minggu, dan
pasukan Pelajar.249
Untuk menguasai seluruh Surabaya, akhirnya Sekutu melakukan penyerangan ke Gunung Sari dari arah barat laut dan
247 Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak
Proklamasi – 1950, 153.
248
Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi
Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,
88.
timur pada tanggal 28 November 1945. Dengan sisa kekuatan yang ada, Polisi Istimewa dengan pasukan lainnya melakukan serang balik ke Sekutu. Tampaknya serangan yang dilakukan oleh pejuang Indonesia tidak membuahkan hasil dan mendapat tekanan dari Sekutu sehingga mereka harus menyingkir ke
pinggiran Surabaya.250 Jatuhnya Gunung Sari ke tangan Sekutu
pada tanggal 28 November 1945, membuat seluruh Surabaya dikuasai oleh musuh. Walaupun masih memiliki kekuatan pasukan dan persenjataan, Inggris tidak terlihat usahanya untuk memperluas kedudukannya di luar Surabaya. Hal tersebut ternyata sesuai dengan target Sekutu yang hanya menguasai Surabaya hanya sampai sungai Surabaya.
Sebetulnya, Sekutu berencana sudah menguasai Surabaya pada tanggal 26 November 1945, karena perlawanan yang sangat sengit dari para pejuang akhirnya Sekutu baru bisa menguasai Surabaya pada tanggal 28 November 1945, dua hari terlambat dari rencana. Para pejuang Indonesia mampu mempertahankan Surabaya selama kurang lebih tiga minggu, namun perjuangan mereka harus kandas setelah Surabaya berhasil direbut oleh Sekutu. Kurangnya logistik, kekuatan fisik yang sudah menurun, pengalaman tempur yang kurang, dan tidak adanya pasukan cadangan untuk menggantikan pasukan yang sudah kelelahan di front terdepat merupakan penyebab Surabaya dapat dikuasai oleh Sekutu. Jalan terakhir yang harus dilakukan oleh para pejuang
250 Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi
Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,
adalah dengan meninggalkan Surabaya untuk menyusun kekuatan
baru.251