• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIAPAN TRANSAKSI: PENGIDENTIFIKASIAN

SELAMA PERIODA BERJALAN

02. PENYIAPAN TRANSAKSI: PENGIDENTIFIKASIAN

Peristiwa bisnis dibagi menjadi 2 (dua), yaitu peristiwa ekonomi (transaksi) dan peristiwa non-ekonomi (non-transaksi). Peristiwa bisnis disebut peristiwa ekonomi atau transaksi jika memenuhi 2 (dua) kriteria sebagai berikut:

a. Bersifat keuangan, dan

b. Menyebabkan perubahan di elemen-elemen laporan keuangan

Akuntansi hanya memproses transaksi. Oleh karena itu, UMKM harus mengidentifikasi peristiwa bisnis yang terjadi, apakah memenuhi kriteria sebagai transaksi atau sebagai non-transaksi.

Peraga 5.2: Jenis Transaksi                

Sangat banyak peristiwa bisnis yang merupakan transaksi di UMKM. Yang perlu diingat adalah bahwa peristiwa bisnis yang menyebabkan perpindahan sesuatu yang bersifat keuangan dari pemilik ke UMKM maupun dari UMKM ke pemilik termasuk transaksi, dan transaksi tersebut harus dicatat. Demikian pula, peristiwa bisnis yang berbentuk barter (pertukaran barang atau jasa) dengan pihak-pihak lain juga merupakan transaksi.

Pemilik menyetor kas ke UMKM Peristiwa Bisnis

UMKM merekrut karyawan

UMKM membeli kredit alat

Identifika

Transaksi

Transaksi

Transaksi

UMKM membayar gaji karyawan Transaksi

    

03. PENYIAPAN TRANSAKSI: PENGUKURAN

Akuntansi mendasarkan diri pada PABU Unit moneter (monetary unit), yaitu

informasi disajikan menggunakan satuan uang. Oleh karena itu, setiap transaksi harus ditentukan besaran transaksi menggunakan satuan moneter. Satuan moneter di Indonesia adalah Rupiah (Rp). Akuntansi mengenal beberapa cara pengukuran.

Menurut Statements of Financial Accounting Concepts No. 5, terdapat 5 cara

pengukuran akuntansi, yaitu:

a. Kos historis (historical cost); informasi keuangan menggunakan nilai kas (atau setara kas) yang diterima atau dibayarkan pada saat transaksi. Contoh, transaksi pembelian bahan habis pakai dicatat sebesar kas yang dibayarkan kepada penjual.

b. Kos sekarang (current cost); informasi keuangan menggunakan nilai kas (atau

setara kas) yang seharusnya dibayar seandainya aset yang setara diperoleh sekarang. Contoh, beberapa jenis Persediaan barang dagangan disajikan di neraca sebesar kos sekarang.

c. Nilai pasar sekarang (current market value); informasi keuangan menggunakan

nilai pasar aset pada saat laporan disajikan. Contoh, akun Surat-surat berharga dicatat sebesar nilai rupiah yang diterima jika surat-surat berharga tersebut dijual sekarang.

d. Nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value); informasi keuangan menggunakan nilai bersih yang diperkirakan dapat diterima/dibayarkan. Contoh, akun Piutang usaha disajikan sebesar total piutang usaha dikurangi dengan taksiran piutang dagang tidak tertagih.

e. Nilai sekarang dari aliran kas masa datang (present value of future cash flows); informasi keuangan menggunakan nilai sekarang dari penerimaan/pembayaran kas di masa datang. Contoh, akun Utang obligasi disajikan di neraca sebesar nilai sekarang dari total pembayaran kas untuk pelunasan utang (termasuk pembayaran bunganya).

Akuntansi lazimnya menggunakan kos historis (historical cost)sebagai

pengukuran dalam transaksi karena kos historis ini dianggap paling obyektif dalam menggambarkan transaksi yang sesungguhnya, dan nilai moneternya dapat diverifikasi keterjadiannya.

Pengukuran di akuntansi dapat diklasifikasi menjadi 2 (dua) jenis pengukuran, yaitu:

a. Penghitungan nilai moneter; akuntansi menghitung besarnya nilai moneter suatu transaksi yang terjadi selama perioda berjalan.

b. Penetapan nilai moneter; akuntansi menetapkan besarnya nilai moneter suatu transaksi yang dimaksudkan untuk penyusunan laporan keuangan.

A. Penghitungan Nilai Moneter Transaksi

Jenis pengukuran ini menentukan besarnya nilai moneter sebuah transaksi yang lazimnya terjadi selama perioda berjalan. Berikut ini sedikit contoh pengukuran untuk menghitung nilai moneter transaksi.

A1. Penghitungan Harga Perolehan Bahan Habis Pakai

Ilustrasi 01:

21 Maret PT. AMAL membeli tunai kertas 100 rim seharga Rp25.000/rim. Ditanya: Berapakah nilai transaksi pembelian bahan habis pakai tersebut?

Nilai transaksi adalah 100 x Rp25.000 = Rp2.500.000

A2. Penghitungan Pendapatan

Ilustrasi 02:

22 Februari, diperoleh pendapatan dari konsultasi Rp250.000, dari data

keuangan Rp700.000, dan dari penjualan ebook Akuntansi Dasar Rp600.000.

Semua transaksi tersebut dicatat sebagai pendapatan.

Ditanya: Berapakah nilai moneter transaksi pendapatan tersebut?

Nilai transaksi adalah Rp250.000 + Rp700.000 + Rp600.000 = Rp1.550.000

A3. Penghitungan Biaya Administrasi

Ilustrasi 03:

25 Februari UMKM membayar angsuran pertama Rp1.000.000 untuk utang jangka panjang (18 bulan) yang diterbitkan 1 bulan yang lalu (25 Januari) senilai Rp16.398.000 dengan biaya administrasi disetujui 1% per bulan dari

    

utang yang belum dilunasi. Angsuran tersebut sebagian digunakan untuk membayar biaya administrasi dan sisanya digunakan untuk membayar utang pokoknya.

Ditanya: Berapakah bagian angsuran yang diakui sebagai biaya administrasi, dan berapakah bagian angsuran yang diakui sebagai pembayaran utang pokok?

Besarnya angsuran yang digunakan untuk membayar biaya administasi: Rp16.398.000 x 1% = Rp163.980

Besarnya angsuran yang digunakan untuk membayar utang pokok: Rp1.000.000 – Rp163.980 = Rp836.020

B. Penetapan Nilai Moneter Transaksi

Jenis pengukuran ini menentukan besarnya nilai moneter sebuah transaksi yang dilakukan dalam rangka penyusunan laporan keuangan pada akhir perioda. Berikut ini contoh pengukuran untuk menetapkan nilai moneter transaksi.

B1. Penetapan Biaya Bahan Habis Pakai

Ilustrasi 04:

Diketahui, bahan habis pakai pada awal 2008 senilai Rp3.750.000. UMKM

membeli bahan habis pakai senilai Rp6.500.000 selama tahun 2008. Penghitungan fisik pada akhir perioda 2008 diperoleh informasi bahwa bahan habis pakai yang masih tersedia di gudang senilai Rp2.750.000.

Ditanya: Berapakah bahan habis pakai yang menjadi biaya perioda 2008? Besarnya biaya bahan habis pakai untuk perioda 2008:

Rp3.750.000 + Rp6.500.000 – Rp2.750.000 = Rp7.500.000,00

B2. Penetapan Biaya Penyusutan

Ilustrasi 05:

UMKM membeli mesin produksi senilai Rp25.000.000 pada 1 Januari 2008. Penghitungan nilai manfaat terhadap mesin tersebut adalah 7 tahun, dan pada akhir tahun ketujuh diperkirakan mesin tersebut masih mempunyai nilai residu/sisa sebesar Rp4.000.000. UMKM menetapkan bahwa penyusutan

(penurunan nilai atas aset tetap) dilakukan dengan menggunakan metoda garis lurus, yaitu membagi sama rata kos (harga perolehan) yang disusutkan ke perioda-perioda yang menikmati aset tetap tersebut.

Ditanya: Berapakah biaya penyusutan yang diakui per periodanya? Biaya penyusutan tahun setiap tahunnya selama 7 tahun: (Rp25.000.000 – Rp4.000.000) : 7 = Rp3.000.000,00

B3. Penetapan Sebagian Aset yang Berubah Menjadi Biaya

Ilustrasi 06:

01 Oktober 2008 UMKM membayar premi asuransi senilai Rp12.000.000 untuk perioda 1 Oktober 2008 s/d 30 September 2009. Pada tanggal 1 Oktober 2008 UMKM mencatatnya sebagai aset (dicatat di akun Dibayar dimuka biaya asuransi) yang berubah menjadi biaya seiring dengan berlalunya waktu. Ditanya: Berapakah bagian premi asuransi yang berubah menjadi biaya

asuransi sampai dengan 31 Desember 2008?

Bagian premi asuransi yang berubah menjadi biaya asuransi sampai dengan 31 Desember 2008: (Rp12.000.000 x 3/12) = Rp3.000.000,00.

Masih banyak pengukuran-pengukuran lain yang dilakukan untuk menghitung maupun menetapkan nilai moneter transaksi. Fungsi pengukuran ini sangat penting karena informasi akuntansi menyajikan informasi keuangan.

04. PENYIAPAN TRANSAKSI: PENDOKUMENTASIAN

Setelah transaksi diukur maka UMKM lazimnya mendokumentasikan transaksi tersebut ke dokumen yang disebut bukti transaksi. Pendokumentasian ke dalam bukti transaksi berfungsi untuk:

a. Merekam transaksi

b. Mengurangi kemungkinan kesalahan

c. Menetapkan tanggung jawab atas timbulnya transaksi

    

Bukti transaksi dapat berupa kertas maupun elektronik. Bukti transaksi harus dirancang dengan baik agar perekaman transaksi dapat berjalan dengan cepat, ringkas, terhindar dari kesalahan, dan bermanfaat untuk pengendalian.

Dilihat dari asal pembuatannya, bukti transaksi dapat berasal dari:

a. Internal; bukti yang dibuat UMKM sendiri. Contohnya bukti pembayaran

honorarium, dan surat tagihan ke pelanggan (disebut faktur penjualan).

b. Eksternal; bukti yang dibuat oleh pihak eksternal dan diterima oleh UMKM. Contohnya surat tagihan dari rekanan (disebut faktur pembelian) dan bukti pelunasan utang dari pelanggan.

Dilihat dari peranannya untuk pencatatan akuntansi, bukti transaksi diklasifikasi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Dokumen sumber (source document); bukti transaksi yang digunakan sebagai dasar untuk pencatatan. Contohnya adalah faktur pembelian dan faktur penjualan yang digunakan sebagai dokumen utama untuk pencatatan transaksi pembelian dan penjualan.

b. Dokumen pendukung (supporting document); bukti transaksi yang

digunakan untuk mendukung keberadaan dokumen sumber. Contohnya, surat pesanan dari pelanggan digunakan untuk mendukung faktur penjualan, dan surat permintaan barang dari departemen yang membutuhkan barang yang digunakan untuk mendukung faktur pembelian.

05. PENYIAPAN TRANSAKSI: PENULISAN DI BUKU HARIAN

Bukti transaksi terdiri dari banyak jenis dengan ukuran kertas yang bervariasi karena bukti transaksi dapat berasal dari eksternal. Selanjutnya, bukti transaksi juga relatif berdiri sendiri, lazimnya satu lembar untuk memuat satu jenis transaksi.

Bahkan kadangkala UMKM harus memiliki “copy” (tembusan) untuk suatu bukti

tertentu. Juga, bukti transaksi dapat disajikan kurang jelas ataupun kurang sistematis. Akhirnya, bukti transaksi diarsipkan berdasar ketentuan yang berbeda-beda; faktur lazimnya diarsip berdasar nomor faktur, sedangkan tagihan dari rekanan/kreditor lazimnya diarsip berdasar tanggal. Hal-hal di atas menyebabkan UMKM memerlukan buku harian untuk mendeskripsikan transaksi yang terjadi.

Penulis sangat merekomendasikan terutama untuk Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merekam setiap transaksi ke buku harian karena buku harian ini sangat mudah dibuat, dan buku harian tersebut berisi kumpulan transaksi untuk waktu yang cukup panjang. Pada dasarnya, penulisan transaksi di buku harian tidak mendasarkan aturan tertentu karena penulisan di buku harian berfungsi untuk mendeskripsikan transaksi sesuai keinginan administrator atau bagian keuangan UMKM. Beberapa informasi penting yang seharusnya dicantumkan adalah:

a. Tanggal transaksi

b. Penghitungan nilai transaksi (pengukuran) c. Narasi (deskripsi) transaksi

d. Referensi bukti transaksi.

Bentuk atau format buku harian juga diserahkan kepada UMKM. Dalam menuliskan transaksi di buku harian, hasil analisis transaksi belum digunakan. Sekali lagi, penulisan di buku harian ini sebenarnya lebih berfungsi untuk pendokumentasian dan pendeskripsian transaksi dengan “gaya bebas” UMKM.

06. PENCATATAN TRANSAKSI: PENJURNALAN

Setelah penyiapan transaksi diselesaikan maka UMKM melanjutkan kegiatan dengan melakukan pencatatan transaksi pertama yang disebut penjurnalan.

Penjurnalan (journalizing) adalah meringkas transaksi secara urut waktu

(kronologis). Di akuntansi, penjurnalan disebut juga pencatatan pertama (the

original entry). Penjurnalan atau peringkasan transaksi harus tetap mencantumkan informasi-informasi penting transaksi yang bermanfaat untuk proses akuntansi. Jenis informasi yang harus terekam di penjurnalan bergantung pada kebutuhan UMKM. Sebagai contoh, UMKM yang membayar honorarium berdasar jumlah penjualan (sales) yang dihasilkan tenaga pemasaran maka akan membutuhkan informasi tentang karyawan-karyawan yang terlibat di setiap transaksi penjualan, tidak semata hanya nilai transaksi dari penjualan tersebut.

Hasil penjurnalan yang baik menjadikan UMKM dapat mengetahui besaran dan jenis-jenis transaksi yang terjadi dengan mudah. Penjurnalan yang baik juga memungkinkan transaksi dapat direkam secara efisien tanpa harus kehilangan

    

informasi penting tentang transaksi UMKM. Berikut ini beberapa topik penting di fungsi penjurnalan.