• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Allah, Pembimbing dan Peserta dalam Retret

BAB II. RETRET TERBIMBING BAGI KETAHANAN HIDUP

D. Retret Terbimbing sebagai Salah Satu Usaha untuk

2. Peranan Allah, Pembimbing dan Peserta dalam Retret

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan sebuah retret khususnya retret terbimbing tidak saja terjadi dari pihak

peserta atau pembimbing tetapi keberhasilan itu dapat terjadi jika adanya pertemuan antara tiga pribadi yaitu pembimbing, peserta dan Tuhan di tengahnya (Darminta, 1982: 2).

a. Peran Pembimbing

Dalam retret terbimbing sangat diperlukan seorang pembimbing. Seorang pembimbing perlu memperlakukan peserta retret dalam hal ini suster yunior yang mengikuti retret sebagai subyek yang unik, dan tidak “menggarapnya”. Pembimbing dapat melihat suster yunior sebagai peserta retret bukan sebagai obyek eksperimen untuk memuaskan kehebatan, metode atau ambisi. Seorang pembimbing perlu mengusahakan peran aktif dari suster yunior sebagai peserta retret (Ped. Retret, 1998: 29).

Peran pembimbing retret yakni menyajikan bahan. Bahan yang dipilih sesuai dengan latihan Ignasian atau dengan model yang lain yang dapat membantu peserta. Variasi dari Kitab Suci dan penyesuaian dilakukan melulu untuk memperkuat dinamika. Dalam dinamika retret, seorang pembimbing harus peka mengamati, pandai menyambung dan mengarahkan, sehingga doa dan meditasi merupakan aliran rahmat dan terang yang datang dari Tuhan, dan tinggal dalam hati suster yunior sebagai peserta retret (Darminta, 1982: 3). Pembimbing retret perlu mengarahkan dan mendampingi sebagai guru dengan pengalamannya. Seorang pembimbing perlu melihat prbadi yang sedang menjalani prosesnya dengan tajam, memberikan arah yang tepat, nasihat yang mengena pada diri suster yunior yang mengikuti retret dan kata-kata yang memiliki arti sebuah hidup (Darminta, 1982: 4). Pembimbing retret juga perlu merencanakan dan

menyesuaikan perjalanan meditasi dan kontemplasi selama latihan rohani, menurut dan sesuai dengan kebutuhan suster yunior. Penyajian bahan-bahan renungan haruslah setia pada materi yang direnungkan dan singkat, sehingga dapat membantu suster yunior untuk menemukan diri sendiri dalam terang Sabda Tuhan (Darminta, 1980: 50).

b. Peserta Retret

Peserta retret terbimbing diharapkan untuk memiliki semangat dalam melakukan latihan rohani untuk dapat melepaskan diri dari rasa lekat yang tidak teratur, sehingga memiliki sikap kesediaan untuk bertemu dengan Tuhan dalam latihan rohani (Darminta, 1982: 2). Agar peserta retret terbimbing dapat masuk dalam latihan rohani perlu membutuhkan keheningan batin (Konst, 177:1). Ini merupakan suasana yang mendukung sikap latihan rohani. Selain itu peserta retret juga dapat memperhatikan masukan-masukan dari pembimbing, agar dapat mengenal dirinya dan dapat mengembangkan dirinya dari sudut kerohanian (Ped. Retret, 1998: 22). Maka sebaiknya peserta retret dalam hal ini suster yunior, pada awal retret, diusahakan agar memiliki sikap kesiapan, baik secara batin maupun secara jasmani, serta memiliki motivasi untuk dapat menemukan sesuatu yang baru dalam hidup. Agar tujuan dari retret terbimbing dapat terjadi maka peserta retret memegang peranan yang utama selama proses retret berlangsung. Peserta retret diharapkan menaati setiap aturan dan kesepakatan yang telah dibuat demi kelancaran proses retret (Ped. Retret,1998: 22).

Dalam retret terbimbing peserta harus memberikan laporan yang jelas mengenai pengalaman, perasaan dan sentuhan yang diperoleh selama latihan

rohani (Darminta, 1982: 3). Dalam laporan itu diharapkan peserta memberikan laporan secara beruntun yang dimulai dengan jalannya meditasi, pengalaman susah dan gembira, damai, harapan dan kecemasan yang muncul saat itu. Hal ini dapat dikatakan sebagai inti dari retret terbimbing. Peserta retret terbimbing dalam proses mengikuti perjalanan rohani, perlu memiliki sikap discerment sebagai suatu kemampuan untuk dapat mengenali gerakan-gerakan batin yang perlu dihargai dan terus diikuti. Dengan demikian peserta menemukan sendiri apa yang menjadi kehendak Allah (Andreas, 2012: 3).

c. Peranan Tuhan dalam Retret

Peranan Tuhan dalam retret terbimbing melalui Roh Kudus-Nya dapat membantu peserta untuk merasakan kehadiran Tuhan dalam jiwa melalui sentuhan-sentuhan, sapaan-sapaan, ajakan dan tantangan (Darminta, 1982: 6). Pada awal proses retret, peserta terlebih dahulu mempersiapkan jiwa dan menyediakan hati agar dapat melepaskan diri dari rasa lekat tak teratur, dan dengan mudah masuk dalam keheningan, serta dengan bimbingan dan tuntunan dari Roh Kudus dapat mencari dan menemukan kehendak Tuhan dalam hidup. (Darminta, 1993: 207). Untuk merasakan sentuhan Tuhan melalui Roh Kudus ini, peserta retret diarahkan oleh pembimbing dalam latihan rohani. Latihan rohani sesungguhnya merupakan perjalanan rohani.

Perjalanan rohani pada dasarnya merupakan proses pergulatan manusia untuk membiarkan Allah bertindak dalam hidup secara konkret dan real. Maka peranan Tuhan melalui Roh Kudus yang ditemukan dalam retret terbimbing, sebagai penuntun untuk mengarahkan peserta masuk dalam diri sendiri, dan

menemukan kehendak Tuhan dalam seluruh perjalanan hidupnya (Darminta, 1993: 13). Peranan Tuhan melalui Roh Kudus yang dialami oleh peserta dalam retret dapat dikatakan sangat membantu peserta untuk menemukan kehendak Tuhan dan menemukan diri dalam situasinya berhadapan dengan Tuhan, sebagai sumber segala hidup, asal segala kekuatan untuk berani mengolah diri dengan mengenal dan menerima diri sendiri untuk memulai hidup baru dengan memurnikan kembali motivasi hidupnya yakni hidup demi kemuliaan Allah. Sebagai seorang religius, hidup demi kemuliaan Allah berarti, hidup yang ditujukan dalam penghayatan dan pengamalan ketiga nasihat Injil (Darminta, 1982: 6).

Peranan Tuhan melalui Roh Kudus dalam retret tidak saja terjadi dalam diri peserta maupun dalam proses retret, tetapi juga dapat terjadi dalam diri pembimbing. Pembimbing dengan tuntunan dan gerakan dari Roh Kudus mampu mendengarkan apa yang menjadi pergulatan peserta dalam proses retret (Darminta, 1982: 27). Maka pembimbing yang senantiasa mendengarkan suara Roh Kudus, mampu mengarahkan peserta dalam hal ini suster yunior untuk dapat menghanyati dan mengamalkan ketiga nasihat Injil. Pembimbing yang dengan gerakan Roh, dapat membantu peserta retret untuk dapat mengenal karya Tuhan dalam diri, cara kerja Tuhan, serta bimbingan-Nya dalam hidup dan karya sehari-hari. Peranan Tuhan dalam retret terbimbing dialami juga oleh pembimbing. Di mana rahmat Allah dalam hal ini Roh Kudus bekerja dalam diri pembimbing. (Darminta, 1982: 8). Peranan Tuhan melalui Roh Kudus yang dialami dan dirasakan oleh peserta dan pembimbing selama proses retret merupakan satu hal

yang sangat mendukung keberhasilan dari retret itu sendiri. Maka peranan Tuhan melalui Roh Kudus dapat dikatakan sebagai Bapa yang penuh kasih, yang selalu memanggil anak-anaknya untuk hidup yang baru (Sarto, 2006: 11).