• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna retret terbimbing bagi ketahanan hidup religius suster yunior PRR regio Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makna retret terbimbing bagi ketahanan hidup religius suster yunior PRR regio Jawa"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MAKNA RETRET TERBIMBING BAGI KETAHANAN HIDUP RELIGIUS SUSTER YUNIOR PRR REGIO JAWA. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Marta woli NIM: 131124035. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan dengan tulus, penuh syukur dan bahagia kepada: Para Suster Kongregasi Puteri Reinha Rosari khususnya suster yunior yang berada di Regio Jawa serta Program Studi Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah mendukung dan memberikan kesempatan kepada saya untuk menjalani tugas studi di Universitas Sanata Dharma ini.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”.. (Mazmur 23:4). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Skripsi ini berjudul “MAKNA RETRET TERBIMBING BAGI KETAHANAN HIDUP RELIGIUS SUSTER YUNIOR PRR REGIO JAWA”. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan kehidupan suster yunior PRR, di mana kurang memiliki ketahanan hidup religius. Mereka cepat putus asa jika mengalami tantangan dan kesulitan dalam menjalani hidup panggilan. Sebagai seorang religius perlu menyadari betapa pentingnya ketahanan hidup religius. Seorang religius yang memiliki ketahanan hidup religius akan mampu menerima setiap tantangan dan kesulitan yang dihadapi dan tidak mudah putus asa. Retret terbimbing merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh kongregasi untuk membantu suster yunior agar memiliki ketahanan hidup religius, namun kurang disadari dan dimanfaatkan dengan baik oleh suster yunior karena sibuk dengan tugas studi. Permasalahan pokok dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana suster yunior PRR Regio Jawa memaknai retret terbimbing sebagai kesempatan untuk meningkatkan ketahanan hidup religiusnya. Sedangkan rumusan permasalahannya adalah: Apa peranan retret terbimbing bagi ketahanan hidup religius menurut suster yunior PRR Regio Jawa? Sejauhmana retret terbimbing bermakna bagi ketahahan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa? Bagaimana katekese model Shared Christian Praxis (SCP) dapat meningkatkan ketahanan hidup religius suster yunior PRR regio Jawa? Dalam mengkaji permasalahan ini, penulis menggunakan metode pendekatan langsung melalui studi dokumen, observasi dan wawancara yang dipandu dengan pertanyaan penuntun serta penemuan hasil refleksi pribadi dan studi pustaka. Penulisan skripsi ini membahas hidup religius suster yunior, usahausaha membangun ketahanan hidup religius suster yunior dan tantangan yang dihadapi, serta retret terbimbing sebagai salah satu usaha untuk membangun ketahanan hidup religius suster yunior. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suster yunior setelah mengikuti retret terbimbing dapat menemukan makna retret terbimbing sebagai kesempatan untuk menemukan diri, memurnikan kembali motivasi hidup agar menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu menghayati kaul dengan baik. Namun suster yunior yang telah mengikuti retret terbimbing belum sepenuhnya menampakkan buahbuah rohani dalam hidup sehari-hari seperti kurang disiplin dalam hidup doa, cepat putus asa ketika menghadapi tantangan dan kesulitan. Selain itu masih ada suster yunior yang belum mengikuti retret terbimbing. Maka untuk menindaklanjuti hasil dari retret terbimbing dan membantu suster yunior yang belum mengikuti retret terbimbing, penulis mengusulkan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) agar membantu suster yunior untuk meningkatkan ketahanan hidup religius.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT This thesis entitles APPRECIATION ON GUIDED RETREAT FOR THE RELIGIOUSLY LIVING RESILIENCE OF THE DAUGHTERS OF REINHA ROSARY NUNS IN JAVA REGION. This title was being generated from the author‟s concerns of the life of the PRR junior nuns, whose religious life showing lack of resilience, easily got despair when they were encountered with challenges and difficulties in their vocational life. As a religious, it is important to aware that the religiously living resilience is an essential thing. A nun, who has a strong religious life should be able to face any challenges and difficulties and shall not easily loose hope. The guided retreat is one of efforts prepared by the PRR congregation to help junior nuns to have religious resilience, but some were not aware of and not enjoyed much benefit of it because they were busy with their study. The main problem discussed in this thesis writing was how far the PRR junior nuns in Java region appreciate the retreat as an opportunity to strengthen religious life. Based on the problem above, questions to be answered as follows; What is the role the guided retreat mean to the religious life of the PRR junior nuns in Java region? What benefits the retreat can bring for the nuns? How catechism Shared Christian Praxis (SCP) model can increase the religious survival of junior nuns of PRR Java region? To respond to the problem, the author employed a direct method using a documentary study, observation and had a direct interview with the nuns with a guided questions, findings after personal reflections and bibliographic study. The thesis discusses the religious life of the nuns, efforts made to enhance the religious resilience of the nuns and problems encountered, and build up the religious resilience of the nuns. The results of the research were the nuns who participated in the retreat found that it was just a way to find themselves, the renewal of motivation, and the better practice of religious promises. However, they have not fully shown religious fruits in their daily life, for example, some remain struggling in praying discipline, easily loose hope as they meet with challenges and difficulties. Some PRR nuns have not participated yet in the guided retreat. As a follow up of the retreat and for the latter nuns, the author proposes a Shared Christian Praxis (SCP) method to enhance their living resilience.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Dengan perasaan gembira penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasayang telah menyertai penulis dengan Roh kebijaksanaan dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: MAKNA. RETRET. TERBIMBING. BAGI. KETAHANAN. HIDUP. RELIGIUS SUSTER YUNIOR PRR REGIO JAWA. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penulisan ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1.. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi PAK Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan kesempatan dan segala dukungan kepada saya selama proses perkuliahan di kampus.. 2.. Y.H. Bintang Nusantara, SFK.,M.Hum, selaku dosen penelitian dan penulisan skripsi ini, sekalipun di tengah banyak kesibukan beliau telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung.. 3.. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah memberikan dukungan, semangat dan meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M.Si. selaku dosen penguji III yang telah memberikan. semangat,. meluangkan. waktu. untuk. mempelajari. dan. memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini. 5.. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama menjalani perkuliahan di PAK dengan pengetahuan, ketrampilan, dan spiritualitas sebagai seorang pewarta.. 6.. Staf dan karyawan Prodi PAK yang secara tidak langsung telah mendukung dan memberi dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. 7.. Suster Pemimpin Umum dan Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Puteri Reinha Rosari yang telah mengutus penulis untuk menjalani perutusan di Prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.. 8.. Pemimpin komunitas dan segenap anggota komunitas PRR Magnificat Pringgolayan, Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan setia mendoakan penulis.. 9.. Pemimpin komunitas dan para suster yunior di komunitas Surabaya dan komunitas Magnificat Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai sewaktu penulis melakukan penelitian.. 9.. Segenap keluarga: Ibu dan saudara-saudari serta para sahabat kenalan yang dengan setia menemani, mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi.. 12. Teman-teman seangkatan yang selalu memotivasi penulis selama menjalani studi di PAK dan menjadi bagian dalam hidup penulis. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dalam bentuk apapun bagi penulis.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv. MOTTO ....................................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. vii. ABSTRAK ................................................................................................... viii. ABSTRACT ................................................................................................. ix. KATA PENGANTAR ................................................................................. x. DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii. DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xxii. BAB I.. PENDAHULUAN ....................................................................... 1. A. Latar Belakang Permasalahan ..................................................... 1. B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7. C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 8. D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 8. E. Metode Penulisan......................................................................... 9. F. Sistematika Penulisan .................................................................. 9. BAB II. RETRET TERBIMBING BAGI KETAHANAN HIDUP RELIGIUS SUSTER YUNIOR................................................... 12. A. Hidup Religius Suster Yunior ..................................................... 12. 1.. Pengertian Hidup Religius .................................................... 13. a.. Hidup demi Kemuliaan Allah........................................ 13. b.. Pengabdian bagi Gereja dalam Menjalankan Tugas Perutusan ....................................................................... 14. c.. Pelayanan Kasih melalui Ketiga Nasihat Injil ............... 15. d.. Pilihan Hidup sebagai Jawaban atas Panggilan Allah ... 16. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.. Hidup Religius Suster Yunior .............................................. 17. a.. Pengertian Yunior.......................................................... 17. 1). Proses untuk Pembinaan Diri ................................ 18. 2). Mendalami Hidup Rohani ...................................... 18. 3). Membangun Keseimbangan dalam Hidup ............. 19. Tujuan Pembinaan Suster Yunior.................................. 20. 1). Memiliki Semangat Cinta Kasih Kristus ................ 20. b.. 2). Pembentukan. Kepribadian. sebagai. Seorang. Religius secara Terpadu ......................................... 20. Bentuk Pembinaan Suster Yunior ................................. 21. 1). Hidup Doa, Sabda, dan Sakramen ......................... 22. 2). Wawancara ............................................................. 22. B. Usaha Membangun Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior dan Tantangan yang Dihadapi ..................................................... 23. c.. 1.. Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior ............................ 24. a.. Pengertian Ketahanan .................................................... 24. 1). Ketahanan Sebagai suatu Penolakan ...................... 25. 2). Ketahanan sebagai Kondisi Dinamika Kehidupan.. 25. 3). Ketahanan sebagai Ketangguhan ........................... 26. Pengertian Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior ... 26. 1). Ketahanan sebagai suatu Keadaan Dinamis ........... 27. 2). Ketahanan sebagai suatu Sikap Batin..................... 27. 3). Ketahanan sebagai suatu Proses Pemurnian Diri ... 28. b.. 2.. Usaha-Usaha. yang. Dilakukan. dalam. Membangun. Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior ............................ 29. a.. 29. Usaha dari Dalam ......................................................... 1). Menghayati dan Mengamalkan Ketiga Nasihat Injil ......................................................................... 29. a). Kaul Kemurnian .............................................. 30. b). Kaul Kemiskinan ............................................. 32. c). Kaul Ketaatan .................................................. 34. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2). Memiliki Semangat dalam Hidup Doa dan Latihan Rohani ....................................................... 36. 3). Mengikuti Perayaan Ekaristi .................................. 38. Usaha dari Luar ............................................................. 39. 1). Pembinaan dalam Komunitas ................................. 39. 2). Karya Kerasulan ..................................................... 41. Peranan Allah melalui Roh Kudus ................................ 42. C. Tantangan yang Dihadapi Suster Yunior dalam Hidup Religius. 43. b.. c.. 1.. 2.. 3.. Tantangan dari Dalam Diri ................................................... 43. a.. Nafsu ............................................................................ 43. b.. Daya Tahan Lemah ....................................................... 44. c.. Tidak Tegas terhadap Godaan ....................................... 45. d.. Semangat Mati Raga Kurang ........................................ 46. e.. Relasi dengan Tuhan tidak Mendalam .......................... 47. f.. Krisis dalam Panggilan .................................................. 48. Tantangan dari Luar ............................................................ 48. a.. Kemajuan Teknologi Informasi..................................... 48. b.. Budaya Instan ................................................................ 49. c.. Budaya Materialistis ...................................................... 50. d.. Kebebasan Jatuh Cinta .................................................. 51. Tantangan dari Karya .......................................................... 52. a.. Managemen Karya yang Kurang Baik ......................... 53. b.. Diskriminasi Karya dan Transparansi yang Kurang Baik ............................................................................... 53. Globalisasi dan Pasar Bebas .......................................... 53. D. Retret Terbimbing sebagai Salah Satu Usaha untuk Membangun Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior .............. 55. c.. 1.. Pengertian Retret Terbimbing dan Tujuannya .................... a.. Retret. Terbimbing. sebagai. Kesempatan. untuk. Memurnikan Motivasi Hidup ........................................ xv. 55. 56.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b.. Retret. Terbimbing. sebagai. Kesempatan. untuk. Pembaharuan Hidup Rohani ......................................... c.. Retret. Terbimbing. sebagai. Kesempatan. untuk. Mengalami Kasih Allah................................................ 2.. 57. 58. Peranan Allah, Pembimbing dan Peserta dalam Retret Terbimbing ........................................................................... 59. a.. Peran Pembimbing ....................................................... 60. b.. Peserta Retret ................................................................. 61. c.. Peranan Tuhan dalam Retret ......................................... 62. Makna dari Retret Terbimbing ............................................. 64. a.. Menemukan Kehendak Tuhan dalam Hidup ................. 64. b.. Membantu Perkembangan Hidup ................................. 65. c.. Menghayati Ketiga Nasihat Injil ................................... 66. Proses Retret Terbimbing ..................................................... 67. a.. Pembuka ........................................................................ 68. b.. Pembatasan .................................................................... 70. c.. Mendengarkan Pertanggungjawaban ............................ 71. d.. Menanggapi Pertanggungjawaban ................................ 72. BAB III. PENELITIAN TENTANG MAKNA RETRET TERBIMBING BAGI KETAHANAN HIDUP RELIGIUS SUSTER YUNIOR PRR REGIO JAWA .................................................................... 76. A. Gambaran Umum Suster Yunior PRR Regio Jawa .................... 77. 3.. 4.. 1.. Sejarah Singkat Berdirinya Regio Jawa ............................... 2.. Bentuk Kegiatan yang Dilakukan Suster Yunior PRR. 3.. 77. Regio Jawa............................................................................ 78. Sejarah Singkat Kongregasi Putri Reinha Rosari ................ 79. a.. Latar Belakang Berdirinya Kongregasi PRR ................ 79. b.. Visi dan Misi Kongregasi .............................................. 82. 1). Visi ........................................................................ 82. 2). Misi......................................................................... 83. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.. Upaya. yang. Dilakukan. oleh. Kongregasi. dalam. Membangun Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior PRR Regio Jawa .................................................................. a.. Upaya yang Dilakukan untuk dapat Menghayati Ketiga Nasihat Injil ....................................................... b.. Upaya. Upaya. yang. Dilakukan. untuk. dapat. 85. Hidup. Berkomunitas................................................................ d.. 84. yang Dilakukan untuk Memiliki Kekuatan. dalam Hidup Rohani ..................................................... c.. 84. 86. Upaya yang Dilakukan untuk dapat Menghayati dan Menjalankan Karya Perutusan Kongregasi .................. 87. B. Metodologi Penelitian ................................................................. 88. 1.. Permasalahan ....................................................................... 89. 2.. Tujuan Penelitian .................................................................. 89. 3.. Manfaat Penelitian ................................................................ 89. 4.. Jenis Penelitian .................................................................... 90. 5.. Metode Penelitian ................................................................. 91. 6.. Pengumpulan Data................................................................ 92. 7.. Analisis Data ........................................................................ 93. 8.. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 93. a.. Tempat ........................................................................... 93. b.. Waktu Penelitian .......................................................... 94. Responden Penelitian ........................................................... 94. a.. Populasi ...................................................................... 94. b.. Sampel Penelitian .......................................................... 94. 10 . Variabel Penelitian .............................................................. 94. 11. Instrumen Penelitian ............................................................. 95. 9.. a.. Instrumen Penelitian untuk Ketahanan Hidup Religius. 96. b.. Instrumen Penelitian untuk Retret Terbimbing ............. 96. C. Laporan Hasil Penelitian tentang Makna Retret Terbimbing bagi Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior PRR Regio Jawa ............................................................................................. 97. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.. Hasil Dokumen ..................................................................... 98. 2.. Hasil Observasi ..................................................................... 99. 3.. a.. Acara Mingguan ............................................................ 100. b.. Acara Bulanan ............................................................... 100. Hasil Wawancara .................................................................. 103. a.. 103. Ketahanan Hidup Religius............................................ 1). Pengertian Responden tentang Ketahanan Hidup Religius.................................................................. 2). Ciri-ciri. Seorang. Religius. yang. Memiliki. Ketahanan Hidup Religius .................................... 3). Upaya/Usaha. yang. sudah. 103. Dilakukan. 104. oleh. Kongregasi dan Komunitas bagi Suster Yunior agar Memiliki Ketahanan Hidup Religius .............. 105. 4). Upaya/Usaha yang sudah Dilakukan oleh Suster. b.. Yunior agar Memiliki Ketahanan Hidup Religius. 105. Retret Terbimbing ......................................................... 106. 1). Pengertian Responden tentang Retret Terbimbing. 106. 2). Siapa. Saja. yang. Berperan. dalam. Retret. Terbimbing dan Apa Tugas Mereka ....................... 07. 3). Proses dan Suasana Retret Terbimbing yang Dialami ................................................................... 108. 4). Materi Retret Terbimbing yang dapat Membantu Pembaharuan Hidup ............................................... 108. 5). Makna Retret Terbimbing yang Ditemukan ........... 109. 6). Makna Retret Terbimbing dalam Penghayatan Ketiga Nasihat Injil ................................................ 110. 7). Makna Retret Terbimbing Bagi Hidup dan Panggilan ............................................................... c.. 110. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Retret Terbimbing .................................................................... 111. 1). Faktor Pendukung .................................................. 111. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2). Pesan atau Harapan dalam Retret Terbimbing agar Membantu dalam Ketahanan Hidup Religius. 112. D. Pembahasan Hasil Penelitian tentang Makna Retret Terbimbing bagi Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior PRR Regio Jawa .......................................................................... 113. 1.. Pemahaman tentang Ketahanan Hidup Religius .................. 113. a.. Pengertian tentang Ketahanan Hidup Religius .............. 114. b.. Ciri-Ciri Seorang Religius yang Memiliki Ketahanan Hidup Religius ............................................................... c.. 117. Upaya atau Usaha yang sudah Dilakukan oleh Kongregasi dan Komunitas agar Memiliki Ketahanan Hidup Religius ............................................................... d.. 2.. 120. Upaya atau Usaha yang sudah Dilakukan oleh Suster Sendiri agar Memiliki Ketahanan Hidup Religius ........ 122. Pemahaman tentang Retret Terbimbing ............................... 123. a.. Pengertian, Tugas, Peran, Proses, Suasana, dan Materi dalam Retret Terbimbing .............................................. 124. 1). Pengertian Retret Terbimbing ................................ 124. 2). Tugas dan Peran dalam Retret Terbimbing ............ 126. 3). Proses dan Suasana dalam Retret Terbimbing ....... 129. 4). Materi dalam Retret Terbimbing yang dapat Membantu untuk Memperbaharui Hidup ............... 131. b. Makna Retret Terbimbing yang Ditemukan dan Makna Retret Terbimbing dalam Hidup dan Penghayatan Ketiga Nasihat Injil ....................................................... 133. 1). Makna Retret Terbimbing yang Ditemukan ........... 133. 2). Makna Retret Terbimbing dalam Penghayatan Ketiga Nasihat Injil ................................................ 135. 3). Makna Retret Terbimbing bagi Hidup dan Panggilan ............................................................... 137. c. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Retret Terbimbing..................................................................... xix. 138.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1). Faktor Pendukung .................................................. 138. 2). Faktor Penghambat ................................................. 139. 3). Pesan atau Harapan dalam Mengikuti Retret Terbimbing ............................................................. 140. Rangkuman ........................................................................... 141. BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN HIDUP RELIGIUS BAGI SUSTER YUNIOR PRR REGIO JAWA ......................... 145. 3.. 1.. Latar Belakang Pemilihan Program...................................... 145. 2.. Alasan Pemilihan Program ................................................... 147. 3.. Tujuan Program ................................................................... 148. 4.. Penjabaran Program Katekese .............................................. 153. 5.. Petunjuk Pelaksanaan Program ............................................ 158. 6.. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) ............... 159. 7.. Contoh Satuan Program (SP) Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis ....................................................... 161. a.. Identitas Katekese.......................................................... 161. b.. Pemikiran Dasar ............................................................ 162. c.. Pengembangan Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) .................................................................. 164. BAB V. PENUTUP ................................................................................... 174. A. Kesimpulan .................................................................................. 174. B. Saran ............................................................................................ 177. 1.. Kongregasi ............................................................................ 177. 2.. Komunitas............................................................................. 177. 3.. Suster Yunior ........................................................................ 178. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 179. LAMPIRAN ................................................................................................. 181. Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ............................... (1). Lampiran 2: Pedoman Wawancara dengan Suster Yunior ............... (2). Lampiran 3: Hasil Wawancara ........................................................ (3). xx.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 4 : Teks Lagu Kasih.......................................................... (26). Lampiran 5 : Teks Lagu Bahasa cinta............................................... (27). xxi.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia 1974.. B. Singkatan Dokumen Gereja CD. : Christus Dominus, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Tugas Pastoral Para Uskup dalam Gereja, 29 Oktober 1965.. EG. : Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 24 November 2013.. KHK. : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.. LG. : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 Nopember 1964.. PC. : Perfectae Caritatis, Dekrit. Konsili Vatikan II tentang. Pembaharuan Penyesuaian Hidup Religius, 28 Oktober 1965. VC. : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Hidup Bakti bagi para Religius, 25 Maret 1996.. C. Singkatan Lain Art. : Artikel. Bdk. : Bandingkan. xxii.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Dll. : Dan lain-lain. Dok. : Dokumen. HP. : Handpone. IPTEK. : Ilmu Pengetahuan dan teknologi. Kan. : Kanon. Konst. : Konstitusi. L.R.. : Latihan Rohani. Mgr. : Monsignor. MU. : Musyawara Umum. NTT. : Nusa Tenggara Timur. Ped. : Pedoman. Puspitaria : Pusat Spiritualitas Putri Reinha Rosari PRR. : Puteri Reinha Rosari. Sbb. : Sebagai berikut. SCP. : Shared Christian Praxis. Sr. : Suster. St. : Santo/Santa. SSpS. : Sarvae Spiritus Sancti (Suster Abdi Roh Kudus). SJ. : Serikat Yesus. SVD. : Societas Verbi Devini (Serikat Sabda Allah). TV. : Televisi. VOC. : Vereenigde Oostindische Compagnie. Web. : Website. xxiii.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Hidup merupakan anugerah dan rahmat Tuhan yang terbesar bagi umat manusia. Hidup yang adalah anugerah kasih terindah dari Allah juga sekaligus menjadi persembahan puji syukur sederhana dari manusia. Dalam hidup, manusia dapat melakukan apa saja demi kebahagiaan diri sendiri maupun sesamanya. Oleh karena itu tujuan hidup manusia adalah untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Untuk mewujudkan tujuan ini tidaklah mudah, karena manusia masih memiliki banyak kekurangan, sehingga terkadang hidup terasa menjadi beban yang tidak dapat ditanggungkan, bahkan karena demikian banyaknya tantangan dalam hidup yang tidak dapat diatasi, hidup dirasakan sebagai penderitaan, (Komunitas SJ Kolsani, 2006: 5). Tantangan hidup ini harus dihadapi karena hidup yang berarti adalah serentetan kesulitan dan persoalan yang harus dicari jalan pemecahannya (Dasoeki, 1983: 47). Dalam hidup manusia itu sendiri, dikenal ada dua panggilan. Yang pertama adalah panggilan umum, yaitu panggilan untuk hidup berkeluarga dan yang kedua adalah panggilan khusus, yaitu hidup sebagai religius atau hidup membiara. Panggilan khusus atau panggilan hidup membiara mempunyai tujuan, yaitu mempersembahkan diri secara penuh kepada Tuhan agar mereka yang dipanggil dapat dilibatkan dan diikutsertakan dalam karya keselamatan Tuhan bagi manusia (Suparno, 2015:19)..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Penyerahan diri ini terjadi karena orang yang dipanggil telah merasakan dan mengalami cinta Tuhan dalam hidup dan ingin menjawab panggilan-Nya. Dengan menjawab panggilannya mereka dapat menyerahkan diri secara utuh dan total kepada Tuhan, dan mengungkapkannya secara nyata melalui penghayatan dan pengamalan ketiga nasihat Injil. Persembahan diri kepada Tuhan bukan untuk hidup yang enak-enak, bermalas-malasan, berhura-hura, melainkan untuk mempersembahkan hidup kepada Tuhan dengan terlibat penuh dalam karya kasih Tuhan bagi umat manusia. Maka dalam hidup, mereka yang dipanggil akan merasakan cinta Tuhan yang begitu besar, dan ingin membalas cinta-Nya dengan menanggapi panggilan-Nya. Jadi motivasi untuk hidup sebagai religius adalah cinta Tuhan yang dialami dalam hidup (Suparno, 2015:20). Dalam menanggapi panggilan untuk hidup sebagai seorang religius perlu ada upaya yang terus menerus untuk merenungkan, merefleksikan, dan mendalami semangat Allah, agar semangat-Nya senantiasa mempengaruhi diri dan kongregasi. Dengan demikian, panggilan yang dihidupi itu akan lebih bermakna bagi diri sendiri dan terutama bagi sesama (Heribertus, 2005: 11). Saat-saat yang dilewati bersama dalam kehidupan berkongregasi, merupakan saat yang indah. Selain saat-saat indah itu, seorang religius juga akan mengalami berbagai tantangan dan kesulitan. Tantangan dan kesulitan ini bukanlah merupakan sisi negatif dari hidup membiara, melainkan suatu situasi yang bisa dimaknai secara positif. Situasi ini juga bisa menjadi sebuah kesempatan berahmat untuk menjernihkan motivasi panggilannya. Sekaligus juga.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. sebagai suatu proses pembelajaran bagi setiap religius untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Tantangan yang dialami oleh seorang religius bisa berasal dari dalam diri, dari luar, dan dari karya. Dalam banyak sharing pengalaman, tantangan dari dalam diri sendiri dirasakan lebih berat sehingga orang dapat mengalami krisis dalam panggilan. Hal ini dikarenakan seorang religius berhadapan dengan diri sendiri dengan suatu keadaan batin yang kadang sulit diobjektifkan (Suparno, 2015:17). Untuk mencapai suatu ketahanan hidup, seorang religius perlu membangun persatuan yang erat dan akrab dengan Tuhan. Pada umumnya sarana yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas relasi dengan Tuhan adalah retret terbimbing, pertemuan yuniorat, meditasi, kontemplasi, rekoleksi, retret tahunan, dan kegiatan rohani lainnya sesuai dengan semangat dan spiritualitas hidup kongregasi yang diatur dalam konstitusi. Dalam hidup membiara, saranasarana ini memegang peranan penting bahkan menjadi sarana utama sekaligus menjadi ciri khas seorang religius. Kualitas hidup rohani seorang religius tidak hanya diukur dari frekuensi atau kuantitas retret terbimbing, hidup doa, meditasi, kontemplasi, rekoleksi, retret yang dijalankan. Tetapi kualitas hidup rohani itu juga bisa dilihat dari setiap karya dan kerasulan yang dijalankan. Dalam arti bahwa hidup rohani atau relasi dengan Tuhan haruslah nampak dalam hidup kesehariannya, terutama dalam perjumpaan dengan sesama dan alam semesta. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan kerohanian yang dilakukan oleh seorang religius haruslah merupakan sarana.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. dalam usaha meningkatkan pengabdiannya bagi Gereja universal dan umat manusia pada umumnya. (LG, art. 44). Pada saat inilah seorang religius menampilkan citra eskatologis yang khas sebagai mempelai surgawi dan hidup yang akan datang (VC, art. 14). Ada begitu banyak karya yang ditangani oleh Kongregasi PRR, diantaranya karya di bidang sosial, pendidikan, kesehatan, dan bidang pastoral. Dan yang menjadi karya utama dari Kongregasi PRR adalah karya pastoral sesuai dengan kharisma kongregasi. Karya-karya ini membutuhkan banyak tenaga demi keberlangsungan dan kelanjutan karya dimaksud. Adapun tujuan dari pengkaderan tenaga adalah membantu memperkembangkan diri secara ilmu pengetahuan maupun secara skill. Sebagai sebuah kongregasi aktif, para suster senantiasa berhadapan dengan realitas duniawi. Kemajuan IPTEK juga menyentuh kehidupan para suster, baik dalam hidup harian maupun hidup karya. Perkembangan zaman ini sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi kongregasi. Secara faktual, para suster tidak bisa menghindarkan diri dari perkembangan dunia zaman sekarang. Bahkan mereka dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman ini demi kelangsungan hidup dan karya kongregasi. Meskipun dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, para suster juga sekaligus dituntut untuk tidak hanyut dalam arus zaman yang semakin komersial dan individualis. Anggota kongregasi yang tidak mampu memaknai perkembangan zaman ini secara positif akan terseret pada gaya hidup yang serba duniawi atau bahkan meninggalkan panggilannya demi meraih kenikmatan yang ditawarkan oleh perkembangan itu. Oleh karena itu, kongregasi.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. berusaha untuk menjamin para anggotanya dengan berbagai kegiatan rohani agar memiliki ketahanan hidup religius. Mengingat pentingnya perkembangan hidup rohani ini, para suster yang tinggal dan berkarya di berbagai komunitas, juga mengusahakan kegiatankegiatan kerohanian sesuai dengan nasehat Konstitusi. Setiap komunitas mencari bentuk dan waktu kegiatan rohani yang cocok bagi para anggotanya. Pada umumnya setiap komunitas memiliki jadwal dan program sehubungan dengan kegiatan rohani tersebut. Jadwal dan program itu meliputi jadwal harian, program bulanan maupun tahunan. Berdasarkan pengamatan penulis, juga berdasarkan dokumen yang penulis baca, banyaknya kegiatan rohani yang dilaksanakan dalam setiap komunitas pada khususnya dan kongregasi pada umumnya, belum menjamin seorang suster bertahan dalam hidup panggilannya terutama dalam Kongregasi PRR. Penulis melihat bahwa seorang suster yunior belum mampu menyadari dan memanfaatkan semua kegiatan rohani yang diberikan oleh komunitas maupun kongregasi dalam usaha mengembangkan hidup rohaninya sehingga memiliki ketahanan hidup religius. Penulis melihat bahwa kegiatan-kegiatan rohani yang dilaksanakan baik dalam komunitas maupun kongregasi masih dijalankan sebagai suatu kewajiban belaka atau sebagai suatu rutinitas. Dalam arti ini, kegiatan rohani belum sepenuhnya disadari sebagai suatu kebutuhan yang mendasar dalam hidup panggilan sebagai seorang suster. Menurut hemat penulis, seorang suster yunior kurang mampu memanfaatkan setiap kegiatan rohani dalam usaha meningkatkan ketahanan hidup.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. religiusnya karena ketidakmampuannya dalam menghadapi serta mengatasi keinginan-keinginan pribadinya. Dengan kata lain, suster yunior belum mampu masuk ke kedalaman hatinya. Pikiran dan hatinya selalu dihantui oleh berbagai hal duniawi yang mengganggu konsentrasinya dalam usaha mendalami makna terdalam dari hidup panggilannya. Data menunjukkan bahwa ada begitu banyak suster yunior yang keluar biara dengan berbagai macam alasan. Data terdekat tentang jumlah para suster yunior yang keluar biara yang penulis temukan adalah antara tahun 2001-2005 sebanyak 16 suster, antara tahun 2005-2011 sebanyak18 suster; tahun 2011-2015, sebanyak 23 suster; dan tahun terakhir, yaitu 2016 ada sebanyak 5 suster. Jadi, sejak 2001-2016 ada sebanyak 46 suster yunior yang harus meninggalkan Kongregasi PRR. Tentu ada begitu banyak faktor yang menyebabkan sehingga para suster yunior ini memilih untuk meninggalkan panggilan. Salah satu di antaranya adalah kekurangmampuan suster yunior untuk mendalami dan memaknai hidup rohaninya, sehingga motivasi hidup panggilan sebagai seorang suster semakin dangkal. Dan ketika tantangan menerpa dirinya, baik tantangan dari diri sendiri, dari luar, dan karya dia kehilangan suka cita dalam panggilan. Akibatnya, yang bersangkutan kehilangan orientasi hidup panggilannya. Dia merasa bahwa hidupnya tidak bermakna, kosong, kering dan merasa tidak berharga. Jalan terakhir yang ditempuh adalah memilih untuk meninggalkan panggilannya. Bagi penulis, salah satu cara untuk membantu seorang suster yunior dalam usaha untuk membangun ketahanan hidup religiusnya adalah dengan.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. mengikuti retret terbimbing. Sebab dalam retret terbimbing ini para suster khususnya suster yunior dibantu oleh pembimbing untuk bisa lebih masuk ke dalam diri, dan dengan jujur serta terbuka di hadapan Tuhan memaknai hidupnya, menilai diri baik dari segi penghayatan ketiga nasihat Injil, melihat kehidupan bersama, juga karya yang dijalankan (Konst, 179.2e). Dalam retret terbimbing ini juga, pemusatan segala perhatian diberikan kepada peserta, agar dapat melakukan latihan-latihan rohani untuk melepaskan diri dari segala kelekatan tak teratur, dan dapat menemukan serta merasakan peristiwa yang dialami bersama Tuhan. Dengan demikian peserta dapat memaknai kembali hidupnya dan memurnikan motivasinya untuk mencintai Tuhan dalam menjawab panggilan Tuhan (Konst, 125.1). Sebagai anggota Kongregasi PRR, penulis merasa prihatin terhadap situasi ini. Penulis juga merasa bertanggung jawab secara moral terhadap kekurangmampuan para suster yunior untuk memaknai panggilannya secara mendalam sehingga tidak mampu bertahan dalam hidup panggilan. Untuk itu, melalui tulisan ini, dengan judul ”MAKNA RETRET TERBIMBING BAGI KETAHANAN HIDUP RELIGIUS SUSTER YUNIOR PRR REGIO JAWA, penulis bermaksud untuk membantu para suster yunior sehingga mereka memiliki ketahanan hidup religius.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan. latar. permasalahan, sebagai berikut:. belakang. di. atas,. penulis. mengidentifikasi.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 1.. Apa peranan retret terbimbing bagi ketahanan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa?. 2.. Sejauh mana retret terbimbing bermakna bagi ketahahan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa?. 3.. Bagaimana. katekese. model. Shared Christian Praxis. (SCP) dapat. meningkatkan ketahanan hidup religius suster yunior PRR regio Jawa?. C. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk: 1.. Mengetahui dan mendeskripsikan peranan retret terbimbing bagi ketahanan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa.. 2.. Mengetahui sejauh mana retret terbimbing bermakna bagi ketahanan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa.. 3.. Memaparkan bagaimana upaya katekese Shared Christian Praxis (SCP) dalam meningkatkan ketahanan hidup religius suster yunior PRR regio Jawa. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini adalah: 1.. Membantu para pemimpin komunitas dalam usaha formasi bagi para suster yunior.. 2.. Membantu staf pembina dalam pembinaan lanjutan para suster Yunior dalam usaha memurnikan kembali motivasi awal..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. 3.. Membantu suster-suster Yunior untuk dapat mengembangkan diri dan mempertahankan panggilan hidup religius.. 4.. Membantu para suster Yunior PRR untuk menghayati hidup sebagai seorang religius dengan segala konsekuensi dan mensyukurinya dengan setia menjalankan tugas perutusan.. 5.. Sebagai refleksi bagi penulis agar semakin mampu menghayati, bertahan dalam panggilan serta mensyukuri hidup panggilan sebagai anugerah dari Tuhan.. 6.. Sebagai masukan bagi kongregasi agar semakin menyadari betapa pentingnya retret terbimbing bagi seluruh anggota kongregasi, dalam usaha menemukan dan memperbaiki diri sebagai kaum terpanggil.. E. Metode Penulisan Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode analisis deskriptif. Dalam tulisan ini penulis memberikan gambaran tentang makna retret terbimbing, menjelaskan tentang cara-cara membangun ketahanan hidup religius pada umumnya dan menurut Kongregasi PRR, melalui studi pustaka yang juga diperkuat dengan penelitian kepada para suster yunior. Untuk mendapat data yang valid, penulis akan mewawancarai para suster yunior yang sudah mengikuti retret terbimbing.. F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagi berikut:.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. Pada bab I, penulis menguraikan gambaran umum tentang isi karya tulis ini, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab II berisi tiga bagian pokok pembahasan. Pertama tentang hidup religius suster yunior yang meliputi; pengertian hidup religius dan hidup religius suster yunior. Kedua tentang usaha membangun ketahanan hidup religius suster yunior dan tantangan yang dihadapi, meliputi; ketahanan hidup religius suster yunior, usaha-usaha yang dilakukan dalam membangun ketahanan hidup religius suster yunior dan tantangan yang dihadapi suster yunior dalam hidup religius. Ketiga tentang retret terbimbing sebagai salah satu usaha untuk membangun ketahanan hidup religius suster yunior yang meliputi; pengertian retret terbimbing dan tujuannya, peranan Allah, pembimbing dan peserta dalam retret terbimbing, makna dari retret terbimbing dan proses retret terbimbing. Dalam Bab III, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang berisikan empat bagian pokok. Pertama tentang gambaran umum suster yunior PRR Regio Jawa yang meliputi: sejarah singkat berdirinya Regio Jawa, bentuk kegiatan yang dilakukan suster yunior PRR Regio Jawa, sejarah singkat Kongregasi Putri Reinha Rosari dan upaya yang dilakukan oleh kongregasi dalam membangun ketahanan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa. Kedua tentang metodologi penelitian yang meliputi; permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, pengumpulan data, analisis data, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, dan instrumen penelitian. Ketiga tentang laporan hasil penelitian yang meliputi; hasil dokumen, hasil observasi dan hasil.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. wawancara. Keempat tentang pembahasan hasil penelitian tentang makna retret terbimbing bagi ketahanan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa. Bab IV memaparkan usulan program katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Bagian ini merupakan usulan program katekese model Shared Christian Praxis sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa, yang meliputi; latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan program, tujuan program, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan, langkah-langkah katekese model Shared Christian Praxis, dancontoh satuan program (SP) persiapan katekese model Shared Christian Praxis. Bab V berisi tentang penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama membahas kesimpulan. Bagian kedua merupakan saran yang ditujukan kepada Kongregasi Putri Reinha Rosari, komunitas-komunitas para Suster PRR dan para suster yunior..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II RETRET TERBIMBING BAGI KETAHANAN HIDUP RELIGIUS SUSTER YUNIOR Hidup religius adalah “hidup yang dibaktikan demi kemuliaan Allah, yang diungkapkan secara nyata melalui penghayatan dan pengamalan ketiga nasihat Injil (PC, art. 5). Untuk mencapai pada proses penyerahan diri kepada Allah melalui penghayatan ketiga nasihat Injil, seorang religius pada umumnya dan suster yunior pada khususnya perlu memiliki ketahanan hidup religius. Ketahanan hidup religius itu penting. Dikatakan penting karena dengan adanya ketahanan hidup religius maka seorang religius akan memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan (Simatupang, 1980: 7). Untuk sampai pada tahap ini, seorang religius perlu memiliki usahausaha untuk membangun ketahanan hidup religiusnya. Salah satunya adalah dengan mengikuti retret terbimbing.. A. Hidup Religius Suster Yunior Hidup religius dapat dipahami sebagai hidup khusus yang dibaktikan kepada Allah. Hidup khusus ini menuntut suatu pengorbanan di mana seorang religius harus meninggalkan hal-hal duniawi, dan menguduskan diri kepada Allah melalui penghayatan ketiga nasihat Injil (LG, art. 44). Hal ini dapat terjadi jika seorang religius memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan sendiri melalui hidup Doa, Sabda dan Sakramen. Secara khusus, seorang religius yunior yang telah membangun hubungan yang mendalam dengan Tuhan akan memiliki ketahanan.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. dalam hidup, sehingga mampu mengatasi setiap tantangan dan kesulitan yang dihadapi (Simatupang, 1980: 7).. 1.. Pengertian Hidup Religius Hidup religius itu dibaktikan untuk kemuliaan Allah, dan diungkapkan. secara nyata melalui penghayatan dan pengamalan ketiga nasihat Injil. Konsili Vatikan II dalam Dekrit Perfectae Caritatis tentang pembaharuan dan penyesuaian hidup religius menyatakan bahwa: Hidup di mana orang meninggalkan dunia, dan menguduskan diri kepada Allah melalui pengikraran nasehat-nasehat Injili di muka umum, menurut suatu kharisma yang khas dan dalam bentuk stabil hidup bersama, untuk melaksanakan berbagai bentuk pelayanan kerasulan kepada umat Allah. Selain itu Konsili Suci, telah menunjukkan bahwa usaha menuju cinta kasih sempurna, melalui nasihat-nasihat Injil yang bersumber pada ajaran, maupun teladan Sang Guru Ilahi. Yesus sendiri menjadi contoh penghayatan ketiga nasihat Injil (PC, art.1).. Hidup religius itu dapat dipahami sebagai hidup demi kemuliaan Allah, pengabdian bagi gereja dalam menjalankan tugas perutusan, pelayanan kasih melalui nasihat-nasihat Injil, dan pilihan hidup sebagai jawaban atas panggilan Allah.. a.. Hidup demi Kemuliaan Allah Hidup religius adalah hidup demi kemuliaan Allah atau merupakan cara. hidup yang memiliki arti dan makna yang mendalam yakni hidup dalam Tuhan, menurut jalan Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka hidup religius itu dihayati dalam suasana cinta persaudaraan. Suasana persaudaraan ini dapat dibangun, jika seorang religius mampu menyerahkan diri secara tuntas sebagai korban yang.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. dipersembahkan kepada Allah, dengan seluruh eksistensi dirinya sebagai ibadat yang terus menerus kepada Allah” (KHK, Kan. 607 § 1). Eksistensi diri ini menyangkut hidup rohani, penghayatan ketiga nasihat Injil, hidup berkomunitas dan karya kerasulan (VC, art. 9). Penghayatan ketiga nasihat Injil perlu didasarkan pada Sabda dan teladan Tuhan (LG, art. 43), sehingga sebagai seorang religius patutlah mengikuti teladan Tuhan, mengorbankan diri untuk sahabat-sahabatnya. Sebab Tuhan sendiri mengatakan kamu adalah sahabat-sahabat-Ku jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu (Konst, art. 115). Hidup religus demi kemuliaan Allah dapat diartikan juga sebagai hidup yang memancarkan kemuliaan Salib Kristus. Di sini Kristus mengajak kaum religius untuk selalu bersukacita. Bersukacitalah dalam kemuliaan Tuhan seperti yang dikatakan Malaikat kepada Maria (Luk1:28). Yesus sendiri juga mengajarkan kepada para murid untuk senantiasa bersukacita. Yesus mengatakan “Itulah sukacitaku dan sekarang sukacitaku itu penuh” (Yoh 3:29). Maka seorang religius perlu membangun sikap dalam diri untuk senantiasa bersukacita dalam kemuliaan Allah, karena Allah sendiri akan membimbing dan menuntun sang religius dalam menghayati makna hidupnya.. b. Pengabdian bagi Gereja dalam Menjalankan Tugas Perutusan Hidup religius adalah suatu pengabdian seluruh pribadi di dalam Gereja, sebagai tanda pernikahan yang mengagumkan yang diadakan oleh Allah sebagai tanda dari zaman yang akan datang (KHK, Kan. 607). Seorang religius yang telah membaktikan diri pada Allah, dapat menjalankan tugas perutusan yang dipercayakan oleh Tuhan sendiri melalui karya-karya kongregasi. Dengan.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. kesetiaan menjalankan tugas perutusan dalam hidup, seorang religius dapat menunjukkan kepada dunia perjamuan dan tempat kediaman serta kebahagiaan yang dijanjikan dan disediakan oleh Allah kepada umat-Nya. Dengan penyerahan diri yang total kepada Tuhan, seorang religius dapat dengan mudah menjalankan tugas dan karya kongregasi dengan hati bebas tanpa ikatan dengan hal-hal duniawi (KHK, Kan. 607). Sebagai religius yang menjalankan tugas perutusan kongregasi, perlu memiliki semangat untuk mewartakan kehidupan Kristus kepada setiap orang. Kristus yang diwartakan adalah Kristus yang menderita, yang solider dengan kaum kecil (EG, art 48). Maka seorang religius dalam menjalankan tugas perutusan, tidak mewartakan diri sendiri tetapi mewartakan Tuhan. Dengan demikian seorang religius dapat membawa Kristus kepada dunia dan dunia kepada Kristus. Dengan membawa dunia kepada Kristus, seorang religius harus mempersembahkan hidupnya kepada Allah, untuk dikuduskan, dengan sarana hidup yang digunakan, yaitu menghayati ketiga nasihat Injil yang diwujudkan melalui pengabdian demi keselamatan sesama, serta senantiasa diarahkan kepada perutusan (EG, art. 48).. c.. Pelayanan Kasih melalui Ketiga Nasihat Injil Hidup religius adalah hidup yang dipersembahkan kepada Tuhan dan. demi pelayanan kasih kepada sesama. Dengan menghayati ketiga nasihat Injil, seorang religius dapat memilih hidup murni, taat dan miskin. Dengan ini hidup religius semakin terarah kepada Tuhan (Joice, 1986: 93). Maka seorang religius akan dengan hati bebas dan terbuka memberikan pelayanan kepada sesama..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. Pelayanan yang diberikan tentunya dengan tulus hati, sabar, dan penuh pengorbanan. Maka sesama yang dilayani akan merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka. Religius yang memiliki hati yang tulus dalam menjalankan tugas pelayanan, tentunya memiliki hati seorang ibu. Hati seorang ibu di sini dilihat sebagai hati yang terbuka, yang siap „pergi keluar‟ untuk melayani (EG, art. 46). Pelayanan dalam hal ini bukan kepada orang yang berkecukupan, tetapi lebih kepada orang yang berkekurangan baik secara jasmani maupun secara rohani (Yoh 21:17). Dalam menjalankan karya pelayanan ini, seorang religius perlu menyadari bahwa karya bukanlah pelarian dari komunitas. Ketika ada salah paham dalam hidup bersama karya menjadi tempat yang paling aman, nyaman bagi seorang religius untuk tidak terlibat dalam hidup bersama. Tetapi dengan menghayati ketiga nasihat Injil, seorang religius dalam menjalankan tugas perutusan atau karya pelayanan haruslah bekerjasama dengan sesama, baik sesama sekomunitas maupun diluar komunitas, sehingga saling memberi inspirasi dalam memajukan karya perutusan (Frans, 1993 b: 23).. d. Pilihan Hidup sebagai Jawaban atas Panggilan Allah Hidup religius adalah suatu pilihan hidup sebagai jawaban atas panggilan Allah. Allah telah memanggil seorang religius untuk hidup menuju pada kesempurnaan (Sir 2:1-18). Untuk mencapai kesempurnaan hidup, seorang religius dengan bebas hati menjalankan kehendak Allah, di mana ia berani meninggalkan manusia lama dan hidup sebagai manusia baru (Ef 4:23-24). Dengan ini seorang religius perlu membaharui hidupnya dari hari kehari menuju.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. kepada kesempurnaan. Maka dengan ini seorang religius dapat menjawab panggilan Allah dan dapat pula menghayati tujuan hidupnya sebagai religius yakni, mengikuti Kristus dan dipersatukan dengan Allah melalui pengikraran ketiga nasehat Injil (Hubertus, 2005: 24). Dalam konteks menanggapi panggilan dan mengikuti Kristus, seorang religius harus membaktikan diri secara total hanya untuk Tuhan (Hubertus 2005: 24). Hal ini menjadi tantangan bagi seorang religius, bagaimana ia memposisikan peranannya secara tepat. Tentunya dengan belajar rendah hati seperti Yesus yang rendah hati dan taat dalam melaksanakan kehendak Bapa di Surga (Mat 12:50).. 2.. Hidup Religius Suster Yunior Suster yunior mengikrarkan ketiga nasihat Injil pertama-tama untuk. mencari dan mencintai Allah (PC, art. 6). Dengan membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan melalui doa, seorang suster yunior dapat menjalani dan menghayati hidup panggilannya pada masa yuniorat dengan lebih baik.. a.. Pengertian Yunior Yunior adalah religius yang telah menerima kaul publik, tiga nasihat Injil. untuk ditepati dan dibaktikan kepada Allah melalui pelayanan kerasulan (KHK, Kan. 654). Seorang yunior akan menjalani masa yuniorat. Yuniorat adalah tahapan pembinaan lanjutan setelah masa Novisiat. Yuniorat dapat dipahami sebagai masa dalam sebuah proses pembinaan diri menjadi pribadi yang matang, kesempatan untuk mendalami hidup rohani dan kesempatan membangun keseimbangan dalam hidup..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 1). Proses untuk Pembinaan Diri Dalam proses membina diri pada masa ini, pihak yunior dituntut untuk memiliki sikap kreatif, rela, dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, dalam menjalankan panggilan dan karya perutusan sesuai dengan kharisma dan spiritualitas kongregasi (F. Mardi, 2001: 46). Pembinaan diri menjadi pribadi yang baik merupakan unsur yang utama yang membedakan seorang religius yunior dengan yang lain. Kepribadian dapat memberi sifat-sifat yang khas kepada pribadi yunior itu sendiri. Maka yunior tentunya terlebih dahulu mengenal siapa dirinya. Karena dengan mengenal diri sendiri dapat membantu dan membentuk pribadi untuk menjadi lebih baik (S.H, 2008: 2-3). Kepribadian yang baik akan menjadi kunci keberhasilan dalam hidup. Untuk itu suster yunior diharapkan belajar mengenal, memahami, dan mengembangkan nilai kepribadian sebagai proses untuk membina diri (Widyapranawa, 2008: 4).. 2). Mendalami Hidup Rohani Yuniorat dapat dipahami sebagai suatu kesempatan untuk mendalami hidup rohani. Hidup rohani yang sudah dibentuk sejak dari keluarga juga dalam pembinaan selama masa postulat dan novisiat lebih diperdalam lagi (Mardi, 2001: 65). Bimbingan dan pendampingan dalam hidup rohani pada masa yuniorat ini menolong para suster yunior untuk dapat mengambil sikap dalam menjawab rencana dan panggilan Tuhan, serta panggilan atas diri melalui penghayatan ketiga nasihat Injil. Selain menolong dalam panggilan, juga membantu suster yunior untuk melihat lebih jelas karya-karya atau lapangan pengabdian yang lebih luas dalam kongregasi (KHK, Kan. 654). Selama masa ini para suster yunior.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. mempertajam kepekaannya terhadap suara panggilan Tuhan, bertumbuh dalam kenyakinan serta kepercayaan bahwa, ia akan menemukan kepuasan manusiawi, dan kematangan pribadi yang utuh dalam panggilan hidupnya sebagai religius yang merasul (Frans, 1978a: 75).. 3). Membangun Keseimbangan dalam Hidup Yuniorat dapat dipahami sebagai suatu kesempatan untuk membangun keseimbangan dalam hidup. Keseimbangan yang mau dibangun dalam hidup adalah kemampuan untuk hidup doa, berkomunitas dan berkarya. Semangat iman yang hidup serta kesiapsediaan untuk mempersembahkan diri demi kepentingan karya perutusan kongregasi dan Gereja, dilanjutkan dan diperdalam pada masa ini, sekaligus memurnikan motivasi (Frans, 1978a: 75). Dengan membangun keseimbangan dalam hidup ini, suster yunior setelah jangka waktu profesi, meminta dengan sukarela dan yang dinilai cakap dalam kehidupan religiusnya hendaknya diterima untuk membaharui profesi atau profesi kekal. Jika tidak hendaknya dikeluarkan (KHK, Kan. 657 § 1). Kaul sementara bagi suster yunior dalam Kitab Hukum Kanonik disebut dengan masa profesi. Di mana dikatakan bahwa profesi sementara hendaknya diucapkan untuk jangka waktu yang ditetapkan oleh hukum tarekat atau kongregasi sendiri, dan yang tidak kurang dari tiga tahun dan tidak lebih dari enam tahun (KHK, Kan. 655)”. Pada masa ini suster yunior benar-benar menentukan pilihan hidup yang tepat, karena pilihan hidup itu mempunyai konsekuensinya sehingga diberi waktu yang panjang untuk dapat menentukan pilihan yang tepat..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. b. Tujuan Pembinaan Suster Yunior Tujuan pembinaan bagi suster yunior adalah agar suster yunior dapat menghayati hidup khas dari kongregasi secarah penuh, dan dapat melaksanakan perutusan secara lebih tepat (KHK, Kan. 659 § 1). Tujuan dari pembinaan bagi suster yunior dapat dipahami sebagai kesempatan untuk memiliki semangat cinta kasih Kristus, dan pembentukan kepribadian sebagai seorang religius secara terpadu (Mardi, 2001: 67).. 1). Memiliki Semangat Cinta Kasih Kristus Tujuan dari pembinaan suster yunior dapat dipahamai sebagai kesempatan untuk mengolah diri, agar suster yunior memiliki semangat cinta kasih Kristus. Semangat cintakasih diwujudkan dalam karya perutusan. Maka dalam melaksanakan tugas perutusan itu, suster yunior perlu mendapat pendampingan agar semangat cinta kasih Kristus yang ditunjukkan dalam sikap, pengabdian dan pengurbanan dapat dipertahankan. Suster yunior dalam pembinaan diwajibkan untuk mengejar tujuan kongregasi dengan cara hidup menurut konstitusi dan semangat kongregasi (Mardi, 2001: 67).. 2). Pembentukan Kepribadian sebagai Seorang Religius secara Terpadu Tujuan pembinaan yunior dapat dipahami sebagai pembentukan kepribadian sebagai seorang religius secara terpadu. Keterpaduan antara hidup rohani dan jasmani. Maka selama masa pembinaan, diusahakan agar pekerjaan dan hidup rohani suster yunior terpadu secara harmonis sehingga dapat mencapai kematangan manusiawi dan rohani. Suster yunior pada masa ini dituntut untuk.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. membina diri agar semakin menjadi pribadi religius yang matang, dewasa, dan tangguh dalam menghadapi tantangan dalam panggilan dan karya kerasulan sesuai dengan spiritualitas kongregasi (Mardi, 2001: 67). Yang menjadi fokus pembentukan seorang yunior adalah kepribadiannya sebagai religius, di mana suster yunior memiliki kedewasaan afektif dan mempunyai motivasi tindakan yang sungguh disadari. Apakah setia atau tidak, dapat dilihat, apakah dalam perjalanan waktu mampu menata batin dan mengolah rasa demi nilai panggilan (Mardi, 2001: 68). Selama menjalani masa yuniorat, prinsip-prinsip hidup religius sebagai dasar hidup membiara yang diterima selama masa novisiat mulai diaplikasikan dalam hidup dan karya. Untuk itu perlu adanya bimbingan dan pembinaan secara berkelanjutan.. c.. Bentuk Pembinaan Suster Yunior Bentuk pembinaan bagi suster yunior pada proses pembinaan menuju. kepada kedewasaan sebagai seorang religius sangat penting. Dalam proses pembinaan ini profesi suster yunior hendaknya diucapkan untuk jangka waktu yang telah ditetapkan oleh hukum, di mana tidak kurang dari tiga tahun dan tidak lebih dari enam tahun (KHK, Kan. 655). Untuk sahnya profesi sementara ini, seorang yunior harus mentaati ketentuan yakni menyelesaikan masa novisiat; diterima dengan bebas oleh Superior yang berwenang dengan penilaian dewannya menurut norma hokum, diungkapkan dan diikrarkan tanpa paksaan, dan ketakutan berat (KHK, Kan. 656). Selama proses menjalani masa yuniorat, suster yunior dibantu dan dibimbing sampai pada waktu yang ditetapkan untuk layak.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. mengikrarkan kaul kekal, masuk sebagai anggota penuh dalam kongregasi. Maka bentuk pembinaan yang tepat adalah; doa, sabda dan sakramen serta wawancara.. 1). Hidup Doa, Sabda dan Sakramen Bentuk pembinaan bagi suster yunior adalah dengan mendalami hidup doa, sabda dan sakramen. Di sini suster yunior dibantu dan dibimbing untuk merawat dan memelihara” benih panggilan Tuhan” yang telah ditanam oleh Tuhan sendiri melalui hidup doa, mendengarkan sabda dan menerima sakramen. Pembinaan untuk suster yunior diarahkan untuk meningkatkan kemampuan membatinkan nilai-nilai panggilan dan mewujudnyatakan dalam kesaksian hidup yang efektif, menolong meningkatkan kemampuan untuk menjawab dengan bebas dan berani menanggung resiko atas keputusannya sendiri (Mardi, 2001: 69). Dalam perjalanan hidup mengikuti Tuhan, hidup seorang yunior haruslah berpola pada Yesus Kristus. Karena itu, Kitab Suci sangat berperan dalam bimbingan rohani bagi suster yunior. Dalam program pembinaan dan bimbingan untuk yunior perlu ditanamkan rasa cinta akan peristiwa Yesus Kristus. Di samping itu, karena program ini bertujuan mendampingi yunior untuk terlibat dalam tugas perutusan, konstitusi menjadi pegangan bagi suster yunior (Mardi, 2001: 69).. 2). Wawancara Bentuk lain dalam pembinaan para suster yunior adalah pendampingan lewat wawancara pribadi secara teratur. Dalam konteks ini, perlu penekanan pada bimbingan motivasi, di mana pembina membantu para suster yunior untuk menjernihkan motivasi mereka. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. menghadapkan para yunior pada tujuan dan cara hidup kongregasi. Pembinaan yang bersifat mendampingi akan membuat yunior terbuka dan siap sedia untuk mengolah hidup dan panggilannya secara terus menerus. Untuk itu, program yang berkesinambungan dari novisiat haruslah dilanjutkan (F. Mardi, 2001: 79); memberi kesempatan bagi mereka untuk memperdalam pengetahuan yang diperlukan dalam usaha pembinaan hidup rohani. Dengan demikian, bentuk pembinaan yang diusahakan pada masa yuniorat ini membantu para suster yunior agar lebih matang dalam hidup panggilan dan memiliki ketahanan hidup religius.. B. Usaha Membangun Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior dan Tantangan yang Dihadapi Ketahanan hidup religius bagi suster yunior itu penting, karena suster yunior yang masih dalam proses pembinaan untuk menjadi pribadi yang matang, dewasa dan mandiri dalam hidup panggilan (F.Mardi, 2001: 67). Sebab dengan memiliki ketahanan hidup religius, suster yunior mampu mengatasi setiap tantangan dan kesulitan yang dialami, baik yang datang diri dalam diri, luar dan dari karya. Ketahanan dapat terwujud, jika suster yunior setia membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan melalui usaha-usaha baik dari dalam maupun dari luar diri (Simatupang, 1980: 7). Dengan demikian, penghayatan hidup religius oleh para suster yunior semakin mendalam. Mereka tidak mudah goyah ketika berhadapan dengan tantangan dan kesulitan, dan hidupnyapun akan menjadi tanda dan berkat bagi sesama. Akhirnya, mereka semakin matang dan hidup religiusnya lebih bermakna dan berkualitas..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. 1.. Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior Ketahanan hidup religius bagi para suster yunior sangat dibutuhkan,. sebab mereka akan berhadapan dengan berbagai aturan yang serba berbeda antara hidup di komunitas karya dan komunitas pembinaan awal di postulat dan novisiat (Frans, 1978a: 75). Di komunitas karya, suster yunior hidup dengan berbagai macam anggota, ada yang senior dan ada yang medior. Begitupun dalam karya. Di Novisiat segala pekerjaan diabdikan kepada pendidikan religius. Sedangkan di komunitas karya, pekerjaan diabdikan kepada karya kerasulan dan pencarian nafkah (Frans, 1978a: 75). Dengan demikian ada berbagai macam tantangan dan kesulitan yang dialami dan dihadapi. Jadi, suster yunior haruslah memiliki ketahanan hidup religius, memiliki ketangguhan untuk mengatasi setiap tantangan (Simatupang, 1980:7-8).. a.. Pengertian Ketahanan Ketahanan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia maupun bangsa,. seperti ketahanan nasional, ketahanan pangan dan lain sebagainya. Secara leksikal, ketahanan berarti perihal tahan (kuat); kekuatan (hati dan fisik); daya tahan (KBBI, 1986: 992). Jadi ketahanan itu sendiri adalah kemampuan untuk menolak dan mengatasi segala suatu bahaya atau ancaman. Umumnya ketahanan dipergunakan untuk penolakan terhadap suatu bahaya atau ancaman yang datang dari luar (Simatupang, 1980:7-8)..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. 1). Ketahanan Sebagai suatu Penolakan Ketahanan hidup religius suster yunior dapat dipahami sebagai suatu penolakan kondisi dinamika. Kondisi dinamika dapat dimengerti sebagai suatu bangsa atau pribadi yang memiliki keuletan dan ketangguhan. Tidak hanya itu juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan ketahanan, kekuatan dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman. Tantangan dan ancaman sering kali datang dari dalam maupun dari luar. Tantangantantangan yang dihadapi dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara atau pribadi tertentu. (Simatupang, 1980: 6). Ketahanan juga merupakan pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metode) keuletan dan ketangguhan pribadi tertentu (Simatupang, 1980: 6). Ketahanan harus dibina secara berkelanjutan yang dimulai dari dalam diri, lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan juga negara sehingga mampu mengembangkan kekuatan itu sendiri.. 2). Ketahanan sebagai Kondisi Dinamika Kehidupan Ketahanan dapat dipahami sebagai kondisi dinamika yang dialami oleh setiap pribadi yang meliputi seluruh aspek kehidupan, baik secara jasmani maupun rohani. Ketahanan dalam aspek kehidupan perlu memiliki keuletan. Ketangguhan. yang. mengandung. kemampuan. mengembangkan. kekuatan. menghadapi, dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup pribadi tertentu untuk dapat mencapai tujuan hidupnya. Perlu diusahakan agar tetap berkelanjutan sehingga pribadi terus.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. memiliki kekuatan untuk dapat mengatasi setiap tantangan yang dialami dalam hidupnya (Simatupang, 1980: 10).. 3). Ketahanan sebagai Ketangguhan Ketahanan dapat dipahami sebagai ketangguhan yang mengandung kemampuan, mengembangkan kekuatan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Hal ini akan terwujud jika seseorang dapat mengatur dan membangun sikap yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan (Simatupang, 1980: 10). Inilah modal yang kuat bagi setiap orang dalam membangun sikap kepercayaan diri untuk berani menghadapi setiap tantangan. Dengan adanya kepercayaan diri yang tangguh, orang. akan. berhasil. dalam. mengatasi. setiap. persoalan. hidup. serta. mempertahankan hal-hal baik yang merupakan tujuan dari hidupnya. Jadi ketahanan sangat penting dalam hidup setiap orang dan membangun kekuatan dari dalam diri untuk dapat mengatasi setiap tantangan yang dihadapi (Simatupang, 1980: 10).. b. Pengertian Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior Ketahanan hidup religius perlu dimiliki setiap suster yunior. Hal ini dibutuhkan untuk membantunya dalam menghayati ketiga nasihat Injil dengan lebih baik serta mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Ketahanan hidup religius suster yunior dapat dipahami sebagai suatu keadaan yang dinamis, sebagai suatu sikap batin, dan suatu proses pemurnian diri..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. 1). Ketahanan sebagai suatu Keadaan Dinamis Ketahanan hidup religius pada umumnya dan suster yunior pada khususnya adalah suatu keadaan yang dinamis, di mana suster yunior memiliki semangat dan tenaga untuk bergerak cepat serta mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Dapat dipahami juga bahwa suster yunior memiliki kepekaan dan kemampuan dalam menghadapi segala macam bentuk ancaman dan tantangan, sehingga tidak mudah terpengaruh pada acaman atau hambatan itu. Ancaman dan tantangan serta hambatan yang dialami suster yunior bisa datang dari dalam diri maupun luar, dan dari karya yang mengancam dan membahayakan hidup panggilannya (Simatupang, 1980:7-8). Tantangan dapat dilihat dalam hidup suster yunior di mana, kurang menghayati ketiga nasihat Injil dengan tidak taat pada pimpinan. Sikap tidak taat pada pimpinan seperti kurang mendengarkan, sering menggerutu dan mengeluh (Konst, art. 137-148). Suster yunior yang kurang menghayati kaul kemiskinan di mana bersikap gaya hidup mewah atau boros (Konst, art. 127-136). Penghayatan kaul selibat sebagai seorang religius yang salah, jika membangun relasi yang intim dengan lawan jenis yang dapat menggagalkan panggilan (Konst, art. 119-126); kurang menghayati kebersamaan dalam hidup dan menjalankan karya dengan tidak bertanggung jawab (Konst, art. 116-165).. 2). Ketahanan sebagai suatu Sikap Batin Ketahanan hidup religius dipahami sebagai suatu sikap batin. Sikap batin merupakan dasar-dasar dari keputusan-keputusan yang serius yang menentukan hidup suster yunior dan orang-orang lain yang ada disekitarnya. Sikap ini akan.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. membantu suster yunior untuk menilai diri sendiri dan orang lain. Suster yunior juga tentunya tidak hanya mengenali diri dan orang lain, tetapi juga mengenali setiap pilihan yang perlu dipertimbangkan secara matang, dan ukuran apa yang seharusnya dipakai dalam memilih (Henricus, 2006:76). Setiap orang dalam hal ini suster yunior, selalu berusaha untuk memilih apa yang dapat membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Perlu disadari bahwa dalam diri setiap orang ada kecenderungan dan kekuatan yang saling berlawanan, yang satu berasal dari Roh baik, yang mendorong orang untuk semakin dekat dengan Tuhan dan mencintai sesama sementara yang lain adalah Roh jahat, yang membawa orang semakin jauh dari Allah dan tenggelam dalam kejahatan (Henricus, 2006:76).. 3). Ketahanan sebagai suatu Proses Pemurnian Diri Ketahanan sebagai suatu proses pemurnian diri bagi suster yunior dalam hidup religiusnya, dapat dipahami sebagai suatu kesempatan untuk memurnikan kembali motivasi hidupnya. Sebagai seorang religius khususnya suster yunior, ketahahan dalam hidup itu penting, di mana kaum religius dapat menghayati dan menjalankan ketiga nasihat Injil, hidup doa, merayakan Ekaristi sebagai usahausaha untuk membangun ketahanan hidup religius suster yunior itu sendiri. Sebagai satu proses untuk pemurnian diri, suster yunior dapat belajar hidup dalam kebersamaan dan juga dalam menjalankan karya perutusan (Krispurwana, 2015: 7). Dengan ini suster yunior dapat memiliki ketahanan dalam hidup, serta mampu menentukan hidup dan membuat keputusan yang baik tentang dirinya sendiri dan orang lain. Dengan demikian hidup religius akan menjadi anugerah bagi Gereja.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. dan dunia. Kehadirannya menjadi tanda dan kesaksian ditengah perjalanan hidup umat manusia (Krispurwana, 2015: 7).. 2.. Usaha-Usaha yang Dilakukan dalam Membangun Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior Ketahanan hidup religius suster yunior dapat terbangun melalui tiga. usaha yakni, usaha dari dalam diri, usaha dari luar diri dan peranan Allah melalui Roh Kudus. Usaha dari dalam diri sendiri dilakukan dengan cara berusaha menghayati dan mengamalkan ketiga nasihat Injil serta memiliki semangat dalam hidup doa dan latihan rohani dan, merayakan Perayaan Ekaristi. Maka suster yunior yang memiliki ketahanan dalam hidup religiusnya akan dengan mudah menghayati ketiga nasihat Injil. Suster yunior sendiri akan semakin mencintai Allah melebihi segalanya, karena Allah terlebih dahulu mencintai pribadi suster yunior itu sendiri (Joyce, 1986: 22). Dengan demikian suster yunior berani mengatakan, ”Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). a.. Usaha dari Dalam Usaha dari dalam diri adalah kekuatan yang dibangun oleh suster yunior. dalam hidup panggilannya untuk memiliki kekuatan dalam menghadapi tantangan dan kesulitan yang dialami dalam hidup panggilannya (Simatupang, 1980: 6).. 1). Menghayati dan Mengamalkan Ketiga Nasihat Injil Menghayati dan mengamalkan ketiga nasihat Injil merupakan usaha dari dalam diri. Suster yunior dari hari kehari mengamalkan janji yang diucapkannya.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. di hadapan Tuhan dan sesama, yakni hidup murni, taat dan miskin. Nasihat Injil itu sendiri merupakan karunia Ilahi yang oleh Gereja diterima dari Tuhan dan dipelihara dalam hidup dengan bantuan rahmat-Nya (Silvester, 2016: 22). Ketika seorang religius mengikrarkan janji di hadapan Tuhan dan sesama maka pengikraran nasihat-nasihat Injil merupakan tanda yang dapat menarik pribadi sang suster yunior secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas panggilan sebagai orang Kristiani dengan tekun dan setia (LG, art. 43-44). Suster yunior yang telah menerima tiga nasihat Injil untuk ditepati, dibaktikan kepada Allah, lewat pelayanan Gereja dan digabungkan dalam tarekat dengan hak serta kewajiban yang ditetapkan oleh hukum (KHK, Kan. 654). Penghayatan ketiga nasihat Injil, yakni kaul kemurnian yang diabdikan kepada Allah, kemiskinan Injili dan ketaatan apostolis, mengajak suster yunior untuk menjawab panggilannya dan mengikuti Dia dengan melaksanakan nasihatnasihat Injil tersebut. Melalui ketiga nasihat Injil inilah hidup seorang suster yunior tertuju kepada Allah, kepada sesama se-kongregasi, dan kepada seluruh Gereja menjadi lebih kuat. Kaul seorang religius bersifat apostolis artinya melupakan diri demi keselamatan orang lain dengan bersedia diutus, berusaha menciptakan komunitas iman untuk menjalankan tugas perutusan (Konst, art. 116).. a). Kaul Kemurnian Kaul kemurnian atau biasa disebut juga kaul keperawanan, artinya seorang religius tidak menikah dan hidupnya diabdikan kepada Allah. Konsili.

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait