• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Singkat Kongregasi Putri Reinha Rosari

BAB III. PENELITIAN TENTANG MAKNA RETRET TERBIMBING

A. Gambaran Umum Suster Yunior PRR Regio Jawa

3. Sejarah Singkat Kongregasi Putri Reinha Rosari

Kongregasi Putri Reinha Rosari (PRR) sebagai kongregasi pribumi yang didirikan untuk menjawab kebutuhan iman umat yang mengalami ketiadaan bimbingan hirarki. Dengan kepercayaan kepada Yesus dan penyertaan Bunda Maria iman mereka tetap teguh. Pesatnya jumlah umat dalam perkembangan selanjutnya tidak diimbangi dengan pendalaman dan pemurnian penghayatan iman yang disebabkan karena kurangnya tenaga misionaris ( Konst, art. 101)

a. Latar Belakang Berdirinya Kongregasi PRR

Latar belakang berdirinya Kongregasi PRR tidak terlepas dari sejarah perkembangan iman umat di Keuskupan Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya di wilayah Flores dan Timor. Sejak tahun 1556, iman katolik mulai diwartakan di Nusa Tenggara Timur terutama pulau Solor sebagai pusat misi, juga di Flores dan Timor oleh para misonaris Ordo Dominikan dan Goa (India). Iman umat di kepulauan ini berkembang baik dari abad ke-16 sampai akhir abad ke-17 (Heuken, 1995: 172-181).

Pada tahun 1613 benteng Lohayong yang menjadi tempat perlindungan bagi umat juga para misionaris direbut oleh VOC sehingga pusat misi di Solor dipindahkan ke Larantuka. Selama masa kekuasaan VOC, imam-imam Katolik hidup dalam suatu kecaman. Imam-imam diancam hukuman mati kalau masuk wilayah kekuasaan VOC. Kebanyakan imam-imam Katolik mengalami penganiayaan yang hebat. Imam-imam ditangkap, diusir, dipenjarakan bahkan dibunuh. Kondisi ini menjadikan umat kurang mendapat perhatian dari para misionaris. Walaupun demikian umat Katolik diwilayah Larantuka ini tetap bertahan dalam imannya akan Yesus. Kekurangan imam menyebabkan umat di wilayah ini hidup tanpa bimbingan para hierarki selama lebih dua abad (Heuken, 1995: 172-181).

Datangnya imam-imam pada abad ke-19 semakin menumbuhkan dan memelihara hidup iman umat di kepulauan NTT hingga saat ini. Umat menemukan ketahanan imannya pada misteri Penyelamatan Yesus Kristus yang terus menerus direnungkan umat dalam peristiwa-peristiwa doa Rosario, terlebih dalam Perayaan Pekan Suci setiap tahun dan pada Jalan Salib selama bulan puasa. Bagi umat, Maria adalah tokoh pelindung utama yang setia dalam memperjuangkan kehidupan sosial dengan kondisi alam yang tandus. Dalam situasi hidup sosial ekonomi yang sulit ini, umat menemukan harapannya dalam iman yang kokoh akan Yesus Kristus, sumber keselamatan dan kebahagiaan abadi. Segi hidup Yesus yang sungguh menyapa hati umat adalah penyelamatan dalam misteri kesengsaraan dan kebangkitan Yesus, karena hidup ini penuh dengan tantangan baik jasmani maupun rohani (Heuken, 1995: 172-181).

Dalam usaha membangun mempertahankan dan mengembangkan iman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dalam hal iman, iman umat berakar pada misteri kesengsaraan, kebangkitan Kristus dan Maria menjadi pelindung utama iman umat. Dalam kepengurusan Gereja, karena ketiadaan imam, umat sendiri mengatur hidup agamanya di bawah pimpinan awam yang dipilih secara adat atas dasar kesalehan. Semangat misioner tumbuh dengan kuat dalam kehidupan umat. Keyakinan misioner yang kuat dan kesatuan dalam kelompok membuat umat berhasrat untuk menyelamatkan umat di luar kelompoknya. Penyebaran iman dilakukan dengan cara sharing dengan tetap berdasar atas kenyakinan, bahwa keselamatan hanya ada pada Yesus Kristus. Semangat misioner ini menjadi semakin nyata sejak permulaan abad ke-20. Umat di wilayah ini bertumbuh sebagai Gereja yang berdikari dengan tetap taat kepada hierarki Universal (Roma). Hal itu dapat dibuktikan dengan kesetiaan umat mengikuti Tahun Liturgi Gereja dan sikap terbuka dalam menerima pembaharuan yang dilakukan oleh para imam yang datang pada abad ke-19 dan seterusnya (Heuken, 1995: 172-181).

Mgr. Gabriel Manek, SVD, Sr. Anfrida, SSpS dan P. A. van de Burg SVD adalah misionaris yang membaktikan hidupnya bagi umat di wilayah ini. Ketiga misionaris ini membaca dan melihat situasi serta kebutuhan umat saat itu. Supaya iman umat semakin tumbuh mendalam, maka dibangun suatu persekutuan hidup membiara yang dibaktikan kepada kepentingan Gereja.

Pada tanggal 15 Agustus 1958, Kongregasi Putri Reinha Rosari didirikan di Larantuka oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD dibantu oleh Sr. Anfrida, SSpS dan

P. A. van de Burg SVD. Nama PRR adalah warisan penghormatan kepada Bunda Maria yang telah berabad-abad lamanya mendampingi umat dalam mempertahankan iman akan Putera-Nya. Kongregasi memilih Maria Ratu Rosari sebagai pelindung utama dalam kongregasi. Sejak berdirinya kongregasi sampai dengan saat ini, sebagai kongergasi pribumi memberikan pelayanan dan pendampingan bagi umat di beberapa negara yakni: Timor Leste, Afrika, Italia, Belgia, dan Indonesia. Jumlah keanggotaan per Desember 2015, 440 suster (307 K.Kekal + 95 K.S + 38 Nov). Suster-suster tersebar di 34 Keuskupan dan 71 komunitas baik di dalam Negeri maupun di luar Negeri. Di Indonesia ada 54 komunitas di 23 Keuskupan, Italia 6 komunitas di 4 Keuskupan, Belgia 1 komunitas di 1 Keuskupan, Timor Leste 5 komunitas di 2 Keuskupan, dan Kenya- Afrika 5 komunitas di 4 Keuskupan. Para suster bekerja melayani kepentingan Gereja, melayani umat sesuai dengan spiritualitas dan kharisma kongregasi (Dok. MU VII. hl. 4-28).

b. Visi dan Misi Kongregasi

Visi dan misi yang dipaparkan di sini diambil dari rangkuman pertemuan para pemimpin komunitas yang berpedoman pada Konstitusi Kongregasi PRR (Dok. MU VII. hl. 4-28)

1). Visi

Visi Kongregasi PRR berpedoman pada visi pendiri yang membaca kebutuhan umat saat itu yakni pembentukan iman jemaat. Maka visi kongregasi adalah sebagai Putri-putri Reinha Rosari, membangun hidup sebagai jemaat Kristus yang merasa terpanggil kepada cara hidup religius, yang dengan penuh

rasa syukur atas kurnia iman dan panggilan, ingin membaktikan seluruh hidup dalam ikatan kaul kebiaraan untuk menghayati secara radikal ketiga nasihat Injil. Dengan itu sebagai religius PRR memuliakan Tuhan dan hidup untuk kepentingan-Nya semata-mata. Menyerahkan seluruh diri untuk mewartakan Kristus dan menghadirkan kerajaan-Nya agar banyak orang mengimani dan mencintai Dia, berpartisipasi membangun hidup sebagai jemaat Kristus, yang selalu bersyukur atas rahmat iman dan turut serta bersama Kristus, membebaskan sesama dari berbagai belenggu dalam keseharian hidup. Dalam pengalaman nyata, meskipun ada banyak kelemahan, kerapuhan dan dosa, tetap mau mengikuti Kristus, yang sedia untuk diperbaharui setiap kali oleh rahmat Tuhan, agar semakin mampu dan sedia diutus untuk menghadirkan Tuhan dalam kesaksian hidup dan kerasulan nyata terutama menghadirkan kasih Allah yang membahagiakan orang-orang miskin dan tersisihkan (Dok. MU VII. hl. 4-28).

2). Misi

Dari visi yang sudah ada, kongregasi merumuskan misi yang merupakan penjabaran visi dan digunakan sebagai rancangan tindakan untuk mewujudkan visi tersebut. Misi Kongregasi PRR adalah dengan sikap rela sedia, mengambil bagian secara aktif dalam mewartakan Kristus melalui pelayanan kebutuhan sesama di mana saja seturut kebutuhan Gereja setempat, terutama yang miskin, yang menderita, yang kurang beruntung nasibnya, dan bersama membangun hidup sebagai jemaat beriman. Dengan aktif melibatkan diri dalam pewartaan Kristus dan menghadirkan Kerajaan-Nya melalui pelayanan dibidang pendidikan, kesehatan dan pastoral serta sosial, untuk melayani kepentingan Gereja dan

kepentingan pengembangan kemanusiaan bagi semua yang berkehendak baik. Fokus bagi peresapan semangat Pendiri, aktif terlibat dalam gerakan kasih, menghadirkan kasih Tuhan yang membahagiakan mereka yang menghauskan-Nya (Dok. MU VII. hl. 4-28).

4. Upaya yang Dilakukan oleh Kongregasi dalam Membangun Ketahanan Hidup Religius Suster Yunior PRR Regio Jawa

Upaya yang dilakukan oleh kongregasi dalam membangun ketahanan hidup religius suster yunior adalah untuk memampukan para suster dalam usaha menghayati ketiga nasihat Injil dengan baik, memiliki semangat hidup rohani, mampu hidup berkomunitas, dan mampu menjalankan tugas perutusan dengan baik. Maka seorang yunior PRR mampu memiliki ketahanan hidup religius dan dapat menghayati hidup dengan sukacita (Konst, art: 175-180).

a. Upaya yang Dilakukan untuk dapat Menghayati Ketiga Nasihat Injil Upaya yang dilakukan oleh kongregasi, yakni menyediakan program pendampingan ke arah penghayatan ketiga nasihat Injil dan penghayatan keseluruhan panggilannya, serta pembekalan untuk peningkatan profesi, sehingga pada saat kaul kekal suster yunior telah matang dan telah memiliki tanggung jawab dalam satu profesi tertentu (Konst, art: 341). Dalam jangka waktu yang panjang ini suster yunior diberi bimbingan seperti pertemuan yuniorat berkala yaitu tiga bulan sekali, rekoleksi, retret tahunan, refleksi tengah tahun, refleksi pembaharuan kaul, evaluasi pembaharuan kaul setiap tahun, wawancara setiap bulan dengan pemimpin komunitas dengan maksud supaya mereka dapat

menghayati ketiga nasihat Injil, yakni kaul kemurnian, kaul kemiskinan dan kaul ketaatan menurut teladan Bunda Maria, dan tentunya akan memiliki ketahanan hidup religius (Konst, 338).

b. Upaya yang Dilakukan untuk Memiliki Kekuatan dalam Hidup Rohani Upaya yang dilakukan kongregasi bagi suster yunior PRR Regio Jawa yakni membantu untuk dapat memiliki kekuatan dalam hidup rohani. Kongregasi pada umumnya dan komunitas pada khususnya melihat kebutuhan hidup rohani yang harus dipenuhi oleh seorang suster yunior, dalam menghayati hidup panggilannya sebagai seorang religius PRR sangat penting, maka diadakan kegiatan penyegaran rohani yang dilakukan tiga kali dalam setahun di bawah bimbingan dan pengaturan seorang pemimpin yunior yang ditunjuk oleh pimpinan umum dan dewan pimpinan umum (Konst, art.338:1). Bagi seorang suster yunior yang ditugaskan oleh kongregasi untuk studi profesi, agar ada pendampingan yang intensif, dan suster yunior tersebut diharapkan mampu memadukan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam penghayatan semangat kongregasi sebagai motivasinya (Konst, art. 342). Hidup rohani menjadi kekuatan bagi seorang religius pada umumnya dan suster yunior pada khususnya karena dengan hidup rohani, seorang religius yunior ikut serta dalam hidup Tritunggal Maha Kudus, yang bersemanyam dalam diri (Konst, art: 168). Dengan demikian hidup suster yunior dijadikan serupa dengan citra Putra Allah, di mana Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara demi kemuliaan Allah. Selain itu juga dasar hidup doa seorang religius pada umumnya dan suster yunior pada khususnya adalah hidup

dalam Roh Yesus utusan Bapa yang senantiasa berdoa dalam hubungan mesra dengan Bapa (Gal. 4: 6).

c. Upaya yang Dilakukan untuk dapat Hidup Berkomunitas

Hidup berkomunitas merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh kongregasi bagi anggota pada umumnya, dan suster yunior PRR Regio Jawa pada khususnya, di mana dengan hidup berkomunitas membantu untuk mengalami hidup sebagai religius PRR. Maka komunitas mempunyai andil dalam pembentukan hidup suster yunior, untuk dapat kerasan dan hidup bersama didalam komunitas. Suster yunior juga membutuhkan bantuan dari komunitas untuk kegiatan bimbingan rohani. Pendampingan dalam komunitas hendaknya secara terencana, demi tercapainya kematangan kepribadian sebagai seorang religius. Komunitas dapat membantu penghayatan hidup bagi suster yunior, dengan menciptakan suasana yang memungkinkan suster dapat merasa kerasan, diterima dan terlindung serta diharapkan dapat memberikan semangat dan inspirasi serta peneguhan bagi suster yunior. Dengan ini dapat membantu suster yunior, untuk dapat mengambil keputusan menjelang tahun kedelapan, dalam menghayati kaulnya untuk dapat menentukan pilihan hidup sebagai anggota kongregasi secara penuh (Konst, art. 344). Pendampingan untuk hidup dalam komunitas seperti, setia dengan mengikuti aturan makan bersama, doa bersama, di mana dengan kebersamaan baik makan dan doa merupakan tanda persaudaraan dan cinta yang menghidupkan komunitas. Selain itu juga ada rekreasi bersama, pertemuan bersama, di mana kegiatan dalam komunitas merupakan nilai yang berharga bagi pembangunan komunitas itu sendiri (Konst, art: 161.1).

d. Upaya yang Dilakukan untuk dapat Menghayati dan Menjalankan Karya Perutusan Kongregasi

Usaha yang dilakukan kongregasi bagi suster yunior PRR Regio Jawa yakni, membantu untuk dapat menghayati dan menjalankan karya perutusan kongregasi. Karya kerasulan adalah perwujudan penghayatan spiritualitas kharisma yang nyata. Karya-karya pelayanan adalah bentuk jawaban kongkrit kongregasi dalam situasi seturut kebutuhan Gereja-gereja lokal. Dalam karya kerasulan yang dipercayakan dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada suster yunior yakni, tanggung jawab dalam kerja atau bekerja sampai selesai, bila melakukan kesalahan belajar rendah hati untuk meminta maaf, melakukan sesuatu harus diketahui oleh pimpinan karya, disiplin waktu, menyampaikan jika bepergian, jujur dalam pengelolaan keuangan dan bentuk pendampingan yang lain yang dapat membantu suster yunior untuk dapat berkembang dalam berbagai aspek kehidupan sebagai seorang religius (Dok. MU-VII, 54).

Dengan berbagai kegiatan yang sudah dilakukan baik oleh kongregasi pada umumnya dan Regio Jawa pada khususnya bagi suster yunior, belum sepenuhnya membantu suster yunior untuk memiliki ketahanan hidup religius. Penulis melihat bahwa retret terbimbing dapat membantu ketahanan hidup religius bagi suster yunior, karena dengan retret terbimbing suster yunior lebih terbuka dan terarah serta dibantu untuk; menghayati kembali ketiga nasihat Injil, menemukan kehendak Tuhan dalam hidup, dan dapat membantu perkembangan hidup yang tentunya suster yunior akan memiliki ketahanan hidup religius. Maka

dalam penelitian ini akan dilihat dan dideskripsikan makna retret terbimbing bagi ketahanan hidup religius suster yunior PRR Regio Jawa.