• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan antara Profil Perempuan dalam Novel Sebelum Kemerdekaan dengan Profil Perempuan dalam Novel Setelah Kemerdekaan

– 290, Oxford University Press

3. Perbandingan antara Profil Perempuan dalam Novel Sebelum Kemerdekaan dengan Profil Perempuan dalam Novel Setelah Kemerdekaan

Profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan yang dinyatakan berdasarkan aspek psikofisik disimpulkan sebagai (a) perempuan yang pasif, (b) perempuan penyayang dan penyabar, (c) perempuan beradab, pembimbang, dan setia, (d) perempuan emphatik, dan (e) perempuan penyabar dan setia. Profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan yang dinyatakan berdasarkan aspek psikofisik disimpulkan sebagai (a) perempuan yang pengesal, (b) perempuan pencemburu dan pemfitnah, (c) perempuan yang teguh pendirian, (d) perempuan penggosip, dan (e) perempuan bertanggung jawab dan teguh pendirian.

Dari identifikasi profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan di atas terdapat profil perempuan yang mempunyai persamaan, yaitu sebagai perempuan penyabar terdapat pada butir (b) dan (e). Sebagai perempuan setia terdapat pada butir (c) dan (e), sedangkan profil yang lainnya mempunyai perbedaan. Profil perempuan yang mempunyai persamaan dalam novel setelah kemerdekaan sebagai perempuan yang teguh pendirian terdapat pada butir (c) dan (e), sedangkan profil yang lainnya mempunyai perbedaan. Perhatikan tabel 3 berikut.

Tabel 3 Perbandingan antara Profil Perempuan dalam Novel sebelum Kemerdekaan dengan Profil Perempuan dalam Novel setelah Kemerdekaan

No Profil Perempuan dalam Novel sebelum Kemerdekaan

No Profil Perempuan dalam Novel setelah Kemerdekaan 1 2 3 4 5 6 7

Perempuan yang pasif Perempuan penyayang Perempuan penyabar, Perempuan beradab, Perempuan pembimbang, Perempuan emphatik, Perempuan setia. 1 2 3 4 5 6

Perempuan yang pengesal,

Perempuan pencemburu Perempuan pemfitnah,

Perempuan yang teguh pendirian, Perempuan penggosip,

Perempuan bertanggung jawab

Selain mempunyai persamaan profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan dan profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan terdapat perbedaan profil perempuan di antara kedua karya sastra tersebut seperti terlihat pada table 3 di atas. Profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan adalah perempuan yang pasif, perempuan penyayang, perempuan penyabar, perempuan beradab, perempuan pembimbang, perempuan setia dan perempuan emphatik, Profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan adalah perempuan yang pengesal, perempuan pencemburu, perempuan pemfitnah, perempuan yang teguh pendirian, perempuan penggosip, dan perempuan bertanggung jawab.

Profil perempuan yang pasif dalam novel sebelum kemerdekaan dinyatakan oleh Rasmani terhadap hubungannya dengan Masrul. Menyadari hubungannya dengan Masrul hanya sebagai sahabat, adik dan kakak, Rasmani menyikapi kehidupan cintanya dengan Masrul secara pasif menerima kenyataan sebagaimana adanya. Satu sisi ia menempatkan

dirinya sebagai konselor dalam kehidupan rumah tangga Masrul, di sisi lain ia mempunyai harapan yang terpendam untuk menjadi istri Masrul. Namun, ia lebih mementingkan kebahagiaan Masrul dan tidak mementingkan egonya sendiri sehingga Rasmani tidak memanfaatkan situasi kemelut rumah tangga Masrul untuk kepentingan dirinya sendiri. Ia mengarahkan perhatiannya hanya kepada kebahagiaan orang yang dicintainya saja.

Profil perempuan penyayang dan penyabar dinyatakan oleh ibu Rasmani, Dalipah dan ibu Hanafi dan Rapiah. Profi penyayang ibu Rasmani dinyatakan dalam bentuk ungkapan cinta kasihnya kepada anaknya, Rasmani. Begitu pula dengan ibu Hanafi. Profil penyayang ibu Hanafi dinyatakan dalam bentuk ungkapan cinta kasihnya kepada anaknya, Hanafi. Profil penyayang Dalipah dinyatakan dalam bentuk ungkapan cinta kasihnya kepada adiknya, Rasmani. Profil penyayang ibu Rasmani dan ibu Hanafi sebagai bentuk ungkapan cinta kasihnya kepada anaknya. Sifat penyayang ibu Rasmani dinyatakan dalam bentuk mengasuh Rasmani kecil. Sifat penyayang ibu Hanafi dinyatakan dalam bentuk menyenangkan hati Hanafi. Menyekolahkan dan merawat anak yang sakit dengan penuh welas asih merupakan manifestasi sifat penyayang kedua tokoh ibu tersebut. Penyayang dan penyabar merupakan profil perempuan yang menyatakan kepribadian Dalipah. Sifat penyayang dan penyabar sebagai kepribadian hadir secara bersamaan dalam perilaku Dalipah dalam kaitan ungkapan cinta kasihnya kepada adiknya Rasmani.

Profil penyabar dinyatakan oleh ibu Rasmani dan ibu Hanafi. Sifat penyabar sebagai suatu kepribadian kedua tokoh ibu itu dinyatakan dalam situasi yang berbeda. Sifat penyabar ibu Rasmani dinyatakan dalam bentuk penderitaan terhadap kesulitan ekonomi. Sifat penyabar ibu Hanafi dinyatakan dalam bentuk penderitaan oleh karena kelakuan Hanafi yang tidak menyenangkan hatinya. Hanafi telah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan kepada

istrinya. Hanafi merubah status kebangsaannya, ‘masuk Belanda’. Ia menceraikan istrinya dan ia pun telah

merendahkan ibunya. Dengan demikian, pribadi penyabar kedua tokoh ibu itu adalah dalam bentuk penderitaan yang mereka alami dalam kehidupannya. Penderitaan itu dilaluinya dengan penuh kesabaran.

Profil perempuan penyabar dinyatakan oleh Rapiah. Kesabaran Rapiah terhadap perlakuan suaminya itu sudah merupakan kepribadiannya Perangainya baik, hati tulus dan sabar. Setiap Hanafi menghinanya dengan tidak ada salahnya, ia hanya menerima kekerasan itu dengan tersenyum dan muka yang jernih saja. Bahkan setelah ditinggalkan cerai oleh suaminya, ia tetap menjalankan kehidupannya bersama ibu mertuanya dengan sabar, tiada ia mengeluh dengan keadaannya sebagai seorang janda. Ia pun bertekad akan membesarkan anaknya, Syafei tanpa ayah tiri. Profil perempuan beradab dan pembimbang dinyatakan oleh Corrie. Pembimbang dalam konteks penceritaan Corrie merupakan suatu situasi psikologis di antara dua posisi yang berlawanan, yaitu antara menyintai Hanafi atau tidak. Ketidakmampuan memilih salah satu di antara yang berlawanan itu menunjukkan situasi psikologis Corrie berada dalam kebimbangan. Selama pergaulan dengan Hanadi, Corrie menjunjung kesopanan, tata karma, moral, nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat Melayu. Begitu pula setelah bertunangan dengan Hanafi, Corrie tetap menjaga kesopanan. Ia tidak mau disentuh oleh Hanafi karena mereka belum resmi sebagai sumai istri. Dalam perjalanannya dari Surabaya ke Betawi, Corrie tidak pernah memesan satu kamar, selalu ia memasan dua kamar pada setiap penginapan yang dikunjunginya. Ia juga menjaga kehormatan dirinya ketika dilecehkan oleh tante Lien yang hendak

‘menjual’nya kepada Baba Cie. Ia bercerai dengan suaminya juga karena kehormatannya telah ‘tergadai’ oleh

suaminya. Ia dituduh berzina oleh suaminya, suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Setelah ia bercerai dengan Hanafi, kehormatan dirinya tetap dijaganya. Ia tidak mau diperlakukan seperti perempuan murahan walaupun ia janda. Oleh karena itu, perbuatan yang tidak menyenangkan dari seorang cheif terhadap dirinya di kantor tempatnya bekerja membuat ia sangat marah sekali sehingga ia berhenti dari pekerjaan itu yang baru sehari ia bekerja di tempat itu.

Profil perempuan setia dinyatakan oleh Corrie dan Rapiah. Kesetiaan Corrie adalah terhadap pilihan hatinya. Bila ia mengikuti kata hatinya, Hanafilah satu-satunya orang yang paling dekat kepadanya. Ia tidak bisa hidup tanpa Hanafi sekaligus ia tidak dapat pula menyintai Hanafi. Kalaupun kemudian ia menerima lamaran Hanafi, hal itu bukan ia menyintai Hanafi, melainkan didasari oleh rasa kasihan. Kesetiaan Rapiah, adalah konsisten dengan laki-laki yang telah menjadi suaminya, junjungan tempat ia menetapkan hatinya buat selama hayatnya. Bahkan, setelah ditinggalkan cerai oleh Hanafi, Rapiah tidak mau menggantikan Hanafi dengan laki-laki lain.

Profil perempuan emphatik dinyatakan oleh nyonya Asisten Residen. Profil nyonya Asisten Residen adalah seorang perempuan emphatik. Sikap emphatik merupakan rasa peduli terhadap kehidupan orang. Nyonya Asisten Residen sangat peduli terhadap kehidupan Rapiah. Nyonya Asisten Residen kawan Hanafi, tetapi ia tidak menyukai sikap Hanafi yang selalu memojokkan Rapiah dalam setiap pembicaraan dengan kawan-kawan Belandanya. Ia beremphati

kepada Rapiah seakan-akan perlakuan Hanafi kepada Rapiah itu merupakan penghinaan terhadap kaum perempuan. Karena Hanafi selalu memandang buruk kelakuan istrinya itu, nyonya Asisten Residen akan bicara membela Rapiah. Profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan adalah perempuan yang pengesal dinyatakan oleh Gudam. Profil perempuan yang pengesal itu merupakan kepribadian Gudam dalam hubungan dengan Sutan Duano. Kepribadian itu muncul pada saat ia merasa malu dengan dirinya sendiri. Gudam merasakan bahwa ia telah mempermalukan dirinya sendiri sebagai perempuan yang tidak berperasaan, yang telah begitu berani menawarkan kehormatannya kepada seorang laki-laki tua yang tidak menyukainya. Sutan Duano tidak mencintainya. Ia sangat malu kepada dirinya sendiri karena keliru menafsirkan kebaikan Sutan Duano. Oleh karena itu, ia kesal dan jengkel sendiri telah menganggap laki-laki itu menyukainya. Selain itu, ia pun sangat kesal kepada Sutan Duano karena tidak memenuhi undangannya datang ke rumahnya untuk doa selamat karena Acin telah sembuh dari penyakitnya. Sutan Duano menolak undangan tersebut. Gudam marah karena undangannya ditolak oleh Sutan Duano. Gudam sangat kesal dan marah karena keteguhan Sutan Duano. Ia marah dan menyumpahi Sutan Duano. Ia pergi dari ladang Sutan Duano sambil menangis dan sakit hati. Profil perempuan pencemburu dan pemfitnah dinyatakan oleh Saniah. Sifat pencemburu itu bermula dengan santernya berita di kampung itu bahwa Sutan Duano menyirami sawah Gudam, sedangkan sawah lain tidak. Karena cemburu itulah, ia menuduh Sutan Duano telah meniduri Gudam malam hari masuk melewati jendela rumah Gudam. Hal itu disampaikannya kepada Acin, anak Gudam. Itulah kali pertama ia menebarkan fitnah untuk memprovokasi Acin agar benci kepada Sutan Duano. Saniah merasa kalah bersaing dengan Gudam kemudian ia melakukan provokasi menuduh Sutan Duano telah berbuat mesum dengan Gudam di ladang dan telah pula memperkosa dirinya pada saat menjelang subuh. Tuduhan itu telah mengundang reaksi keras dari masyarakat sehingga Sutan Duano diusir dari kampung itu. Profil perempuan yang teguh pendirian dinyatakan oleh Iyah dan Lela. Iyah teguh pendiriannya menyikapi hubungan perkawinan terlarang anaknya dengan Masri. Lela teguh pendiriannya tidak pulang kampung selama mamaknya, Angku Datuk belum menerima keberadaan suaminya, Gunawan. Keteguhan pendirian kedua tokoh perempuan itu dilatarbelakangi oleh keadaan psikologis yang menekan mereka. Tekanan hidup yang dialami Iyah dan tekanan Angku Datuk kepada Lela menimbulkan suatu sikap konsisten terhadap keputusan yang mereka ambil dari tekanan-tekanan psikologis tersebut. Iyah memutuskan tidak akan memberitahukan kepada anaknya bahwa perkawianan mereka terlarang. Lela memutuskan tidak pulang kampung. Mereka memegang teguh keputusan tersebut.

Profil perempuan bertanggung jawab dinyatakan oleh Lela. Tanggung jawab Lela bukan sekedar sebagai istri atau ibu bagi anak-anaknya, melainkan lebih jauh lagi, yaitu tanggung jawab dalam keluarga besarnya. Bagi Lela siapa lagi yang harus mengurus persoalan keluarga besar itu kalau tidak perempuan. Lela memutuskan untuk mengurus masalah keluarga besarnya karena laki-laki tidak mampu mengurusnya. Dalam pelaksanaannya, Lela tidak dapat mewujudkan tanggung jawab tersebut. Bukan ia tidak mampu, melainkan faktor yang menghalanginya terdapat dalam dirinya. Perkawinannya dengan Gunawan penyebab utama ia tidak dapat melakoni peran sebagai perempuan yang harus menjalankan tanggung jawab dalam keluarga besarnya. Salah seorang mamaknya, Angku Datuk tidak merestui perkawinan Lela dengan Gunawan. Hal itu mengakibatkan komunikasi |Lela dengan mamaknya menjadi macet total sehingga perseteruan dua orang mamaknya, Angku Datuk dan Angku Sutan tidak dapat diselesaikannya. Begitu pula renovasi Rumah Gadang tidak terlaksana. Ketika ia ingin mewujudkan tanggung jawab yang diamanatkan Angku Datuk kepadanya untuk melakukan renovasi Rumah Gadang, suaminya telah membelikannya sebuah rumah lagi di Air Tawar untuk anak-anak gadis mereka sehingga renovasi Rumah Gadang menjadi batal dengan sendirinya. Profil perempuan penggosip dinyatakan Bu Susi. Ia menggosipkan hubungan Lela dengan Gunawan, kakak Sisca salah seorang guru di sekolah itu, tidak pantas karena perbedaan status. Lela keturunan Minangkabau, sedangkan Gunawan keturunan Tionghoa. Perkawinan campuran antaretnis itu menurut pandangan Bu Susi tidak pantas. Pikirannya itu disampaikannya kepada guru-guru lain dan siswa dalam berbagai kesempatan dan juga kepada Lela. Ia juga mengatakan bahwa Lela tertarik kepada Gunawan karena harta. Ia juga mengatakan hubungan Lela dengan Gunawan telah meresahkan karena banyak siswa yang meniru Lela, yaitu berpacaran antaretnis. Ia memprovokasi guru-guru lain agar antipati kepada Lela. Berbagai upaya dilakukan Bu Susi agar Lela membatalkan hubungannya dengan Gunawan. Bahkan secara langsung pun Bu Susi pernah meminta kepada Lela agar memutuskan hubungannya dengan Gunawan.

Simpulan

Perbandingan antara profil perempuan dalam kaba klasik Minangkabau dengan profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan dan profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan.

1. Perbandingan antara profil perempuan dalam kaba klasik Minangkabau dengan profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan; Profil perempuan dalam kaba klasik Minangkabau yang dinyatakan berdasarkan aspek psikofisik disimpulkan sebagai (a) perempuan pendidik, (b) perempuan egois dan setia, (c) perempuan pemberi, (d) perempuan yang ikhlas, (e) perempuan pendidik dan pemimpin yang adil, cendikia dan bijaksana, (f) perempuan setia dan penyayang kepada orang tua, (g) perempuan bijaksana dan (h) perempuan pendidik. Profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan yang dinyatakan berdasarkan aspek psikofisik disimpulkan sebagai (a) perempuan yang pasif, (b) perempuan penyayang dan penyabar, (c) perempuan beradab, pembimbang, dan setia, (d) perempuan emphatik, dan (e) perempuan penyabar dan setia. Perbandingan antara profil perempuan dalam kaba klasik Minangkabau dengan profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan terdapat persamaan. Artinya, tokoh perempuan dalam kaba klasik Minangkabau dan dalam novel sebelum kemerdekaan mempunyai persamaan profil, yaitu profil perempuan setia dan profil perempuan penyayang, sedangkan profil lain mempunyai perbedaan.

2. Perbandingan antara profil perempuan dalam kaba klasik Minangkabau dengan profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan. Profil perempuan dalam kaba klasik Minangkabau yang dinyatakan berdasarkan aspek psikofisik disimpulkan sebagai (a) perempuan pendidik, (b) perempuan egois dan setia, (c) perempuan pemberi, (d) perempuan yang ikhlas, (e) perempuan pendidik dan pemimpin yang adil, cendikia dan bijaksana, (f) perempuan setia dan penyayang kepada orang tua, (g) perempuan bijaksana dan (h) perempuan pendidik. Profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan yang dinyatakan berdasarkan aspek psikofisik disimpulkan sebagai (a) perempuan yang pengesal, (b) perempuan pencemburu dan pemfitnah, (c) perempuan yang teguh pendirian, (d) perempuan penggosip, dan (e) perempuan teguh pendirian dan bertanggung jawab. Perbandingan antara profil perempuan dalam kaba klasik Minangkabau dengan profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan terdapat perbedaan Artinya profil perempuan dalam kaba klasik Minangkabau mempunyai perbedaan dengan profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan.

3. Perbandingan antrara profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan dengan profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan. Profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan yang dinyatakan berdasarkan aspek psikofisik disimpulkan sebagai (a) perempuan yang pasif, (b) perempuan penyayang dan penyabar, (c) perempuan beradab, pembimbang, dan setia, (d) perempuan emphatik, dan (e) perempuan penyabar dan setia. Profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan yang dinyatakan berdasarkan aspek psikofisik disimpulkan sebagai (a) perempuan yang pengesal, (b) perempuan pencemburu dan pemfitnah, (c) perempuan yang teguh pendirian, (d) perempuan penggosip, dan (e) perempuan teguh pendirian dan bertanggung jawab. Perbandingan antara profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan dengan profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan terdapat perbedaan Artinya profil perempuan dalam novel sebelum kemerdekaan mempunyai perbedaan dengan profil perempuan dalam novel setelah kemerdekaan.

Daftar Pustaka

Damono, Sapardi Djoko. 2002. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Endah, Syamsuddin St. Rajo. 1982. Cindua Mato. Bukittinggi: Kristal Multimedia. Kartono, Kartini, 2007. Psikologi Perempuan. Jilid 1 & 2. Bandung: Mandar Maju. KBBI (1998: 789) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 1988: Jakarta: Balai Pustaka Mahkota, Ambas. 1982. Anggun nan Tongga. Bukittinggi: Kristal Multimedia.

Moeis, Abdoel. 2013. Salah Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka.

Navis, AA. 1992. Kemarau. Jakarta: Grasindo

Purwanto, M. Ngalim. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ratna, Nyoman Kuta. 2012, Teori dan Metode, dan Praktik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Selasih. 2011. Kalau Tak Untung. Jakarta: Balai Pustaka.

Syamsuddin, Nang. 2012. Mengurai Rindu. Bantul Yogyakarta: Rahima Intermedia Pubishing Slametmuljana. 1989. Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara. Jakarta: Balai Pustaka.

Biodata Hermawan

HERMAWAN, akrab dipanggil AN, lahir di Jakarta 14 Desember 1961. Berlatar belakang pendidikan S-1 Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta 1986 dengan skripsi "Memahami Adam Ma'rifat Kumpulan Cerpen Danarto" dan Sastra Indonesia Universitaas Gadjah Mada(UGM) Yogyakarta tahun 1998 untuk S-2 dengan tesis "Profil Wanita dalam Kaba". Lelaki yang hobi mengembara telah mulai menulis sajak semenjak lahun 1982. Enam puisinya pemah diterbitkan Himpunan mahasiswa sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta dalam Antologi Puisi 86 GAGA. Walaupun masih dalam bentuk yang sederhana ia sudah berani membukukan hasil karya puisi beberapa mahasiswa di Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta pada tahun 1986. Ia sekarang tinggal di RT 01 RW 1 No36 Kel. Batang Kabung, Padang. Tahun 1990-1991 membantu pembuatan sinetron Jendela Rumah Kita episode "Cintaku Tertahan di Lahan Harapan" bersama Dede Yusuf dan sinetron Siti Nurbaya, serta Sengasara Membawa Nikmat produksi TVRI dan Pemda Sumatera Barat sekaligus pemain figuran dengan sutradara Dedi Setadi dan Agus Wijoyono. Terakhir sinetron Pulanglah Si Anak Hilang bersama sutradara Kardy Said yang di tayangkan oleh TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). Dari tahun 1991-1992 menjadi redaktur tamu di Remaja Mingu Ini Haluan Minggu untuk membicarakan cerpen-cerpen yang terbit setiap minggu. Sehari-hari kerjanya sebagai staf pengajar Kopertis Wilayah I dari 1987-1990 dpk Akademi Manajemen Koperasi (AKOP) Sumatera Barat, setelah itu,1991-sampai sekarang menjadi staf pengajar Kopertis Wilayah X dpk Universitas Bung Hatta 1998-2006, seterusnya mengajar dan menjadi Wakil Direktur di Akademi Manajemen Informatika Komputer (AMIK) Kosgoro 2007-2015. Saat ini sedang menjadi mahasiswa Pascasarjana Program Doktor Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang angkatan 2012 dengan rencana disertasi "Profil Perempuan dalam Teks Sastra Pengarang Minangkabau". Dua buku antologi puisinya terbit tahun 2015 yaitu Ragam Puisi Kolaborasi Cinta Anak Negeri dan Bung (antologi Puisi Dosen Universitas Bung Hatta). Tiga buku lagi yaitu puisi-puisi yang dimuat dalam buku Patah Tumbuh Hilang Berganti Kumpulan Puisi (2015). Satu cerpen yang dimuat dalam buku Sepenggal Rindu Dibatasi WaktuKumpulan Cerpen (2015) dan dua Esai dan kritik sastra dalam buku Dari Kemilau Masa Lampau Kumpulan Esai dan Kritik (2015). Semenjak Agustus 2015 ditetapkan sebagai dosen PNSD Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta(Kopertis) Wialayah X (Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau) pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Rokania Kabupaten Rokan Hulu Riau. Awal tahun 2016 disepakati menjadi Ketua HISKI Komda Sumatera Barat yang sebelumnya adalah Sekretaris HISKI Komda Sumatera Barat dari tahun 1997- 2016.

Dokumen terkait